BAB 2B -- Cinta Pertama Berakhir Pahit

94 6 16
                                    

"Hey ... Ro, aku ingin kita putus secara baik-baik. Bukan dengan tangis air mata kamu."

Wisnu berhasil menghentikan kedua tangan Rosary dan memegangnya kuat-kuat. Namun, hal itu justru membuat Rosary kesakitan.

"Bagiku nggak ada yang namanya putus itu baik-baik karena jika baik-baik aja maka nggak akan pernah ada ucapan putus! Sekarang, lebih baik kamu pergi aja. Ini udah jelas, kan? Nggak ada yang perlu dikatakan lagi."

"Tapi untuk yang terakhir kalinya aku ingin ngajak kamu makan, Ro. Kamu tadi bilang kalau belum makan, kan? Aku ingin memastikan kamu udah makan sebelum kamu pulang ke rumah. Aku nggak ingin kamu sakit."

"Untuk apa kamu masih peduli? Itu sungguh nggak perlu. Sekarang, silakan kamu pergi, Wisnu! Tinggalkan aku, carilah dia yang bisa memenuhi semua persyaratan dalam percintaanmu!"

Rosary menunduk, menangis, dan memegang dadanya yang terasa sesak.

Bunga-bunga angsana berguguran semakin ganas menghujani tubuh gadis cantik yang masih terduduk di bangku tepi jalan musim gugur itu.

Sedangkan Wisnu, pemuda itu hanya menghela napas. Sebaik apapun pemuda itu tetap saja kini berubah menjadi sosok laki-laki jahat di mata Rosary.

"Ro ... maafkan aku. Ijinkan aku mencium kening kamu untuk yang terakhir kalinya, Rosary Mawar Adriana ...."

***

Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul satu siang. Dan sudah sesiang ini tidak ada satu pun sahabatnya yang mengangkat telepon ataupun membalas pesan.
Pemuda itu heran dan merasa bosan berada di rumah tanpa melakukan apa-apa di hari Minggu ini.
Ia kembali memainkan ponselnya, dibukanya aplikasi chatting yang bernama whatsapp dan mengetikkan sesuatu pada salah satu sahabatnya.

"Hey, gadis musim gugur! Lagi ngapain? Bales kek pesan aku, dari tadi di-read juga nggak. Sama aja deh kamu sama si Aliya! Huh ...."

Tidak berselang lama, sebuah pesan masuk dan segera dibukanya dengan antusias.

"Aku lagi di jalan musim gugur."

"Lho? Ngapain di sana? Sama siapa? Kok nggak ngajak aku?"

"Sendiri ...."

"Kirain sama si Wisnu. Aliya juga dari tadi nggak jawab pesan aku."

"Aku barusan putus sama Wisnu."

"Apa? Putus? Kok bisa?"

"Adit, please jangan tanya-tanya dulu. Hati aku lagi nggak enak."

"Maaf, Ro. Ya udah, aku sekarang ke sana ya? Kamu jangan kemana-mana! Tunggu aku sampai dateng!"

Pemuda tampan yang ternyata adalah Adityo Wiratama, sahabat Rosary sejak kecil itu merasa terkejut. Selama ini yang Adit tahu, hubungan Rosary dan Wisnu sama sekali tidak ada masalah yang berarti.
Bahkan, teman-teman mereka di kampus dulu merasa iri pada hubungan percintaan Rosary dan Wisnu yang dinilai sebagai pasangan yang sangat serasi. Bagai putri cantik dan pangeran tampan di negeri dongeng.

Adityo mengambil jaket kesayangannya yang tersampir di kursi kamar dan memakainya. Kunci motor di meja pun segera diambilnya.
Dibukanya pintu kamar kemudian beranjak keluar rumah dengan motornya untuk segera menemui sahabatnya itu.

Ia yakin, pasti Rosary sangat sedih dan terpukul karena ia tahu bahwa gadis cantik itu sangat mencintai Wisnu.

***

Jantung Musim GugurWhere stories live. Discover now