Nggak ada alasan khusus sebenarnya, dia hanya ingin dunia tahu kalau sahabat-sahabatnya adalah orang-orang keren dan wajibnya mata dunia harus tahu semua.
Lea bertemu Dina, Gibran, Jev dan Dante dalam kelompok bernama Makutawangsa, kelompok Orientasi Mahasiswa Baru kampusnya. Mereka bisa akrab satu sama lain hanya karena membicarakan soal Arsenal di hari pertama Ospek. Akhirnya Lea mengenalkan pacarnya, Vano dan Sahabatnya dari SMA, Hasa, pada mereka, dan terbentuklah grup chatting 'orang semua'.
Hingga Gibran membawa kembarannya, Maureen untuk masuk ke dalamnya dan Dina mengenalkan Abel, teman sekontrakannya untuk ikut gabung bersama mereka.
Balik ke Apartemen Vano, sembilan orang itu jelas lagi lirik-lirikan, masih memikirkan ide ajaib Azalea, hingga manusia yang satu jam lalu menumpang tidur di kamar Vano, berjalan ke arah mereka semua sambil menenteng buku George Orwel, 1984 serta laptop di tangan kiri si perempuan yang ditenteng dengan lampauan kebrutalan sampai-sampai Gibran si manusia paling sayang gadget mau jerit memandang Gista memperlakukan PC-nya kayak kertas koran.
"Kak Vano password wifinya apa? Aku radiv kepanitiaan nih! Kok 'anggepajasedekah' salah terus sih?"
Kalau ini Gista, cewek mungil setinggi 156 senti meter, sepupu Lea sekaligus pacar Hasa——jalan satu bulan——manusia akselerasi 2 tahun yang sekarang harusnya masih kelas 2 SMA tapi malah sudah masuk semester 1 bangku kuliah. Satu-satunya anak yang dianggap bocah oleh 9 orang lainnya. Bukan hanya Hasa yang suka banget bayiin dia, Gista si bayi besarnya semua orang.
"Kan bukannya udah pernah connect ke laptop lo Ta?" tanya Vano memastikan. "Udah pernah dikonekin sama Yaya."
Si cewek yang masih berdiri di tempatnya nyengir. "Aku ganti laptop, hehehe, sekalian flexing ini tuh!"
"UDAH TAU LAPTOP BARU KOK LO NENTENGNYA KAYAK NENTENG KRESEK NASI PADANG SIH TA?" akhirnya Gibran angkat bicara, kepalanya mau meledak ngeliat apa yang dilakukan Gista pada laptop barunya itu.
"Ohiyaya?" Gista dan tampang wajah tanpa dosanya muncul, ia membenahi laptop di tangannya. Lalu mengerling, "dah ya." Setelah itu perhatiannya kembali pada Vano si pemilik Apartemen. "Tok-tok passwordnya?"
"LeaVanoalways4ever." Dante menyahut, lelaki yang sedang tiduran di karpet sambil main ponsel itu menoleh, mengangkat kedua alisnya dua kali, lalu tertawa tatkala menangkap wajah Gista yang syok alami. "L nya kapital, V nya kapital, pake 4 buat for. Baru diganti kemaren sore sama si pasangan amoral."
"Ew... just duno how to react. Ew." Dia nggak tahu kalau sepupunya dan pacar sepupunya adalah pasangan alay. "Kenapa diganti ke arah tulisan vandalisme bawah jembatan kereta gitu Kak?"
"Sepupu lo iseng." Vano ikut tertawa melihat kengerian Gista. Termasuk manusia lainnya.
Dina nggak bisa berhenti tertawa, dengar Gista yang selalu punya sesuatu lucu dari mulut ajaib si kecil. "Vandalisme bawah jembatan kereta, bener juga. HAHAHAHAHA."
"Awal denger passwordnya juga gue merinding Ta. Ekspresi Gista itu ekspresi gue dua jam lalu ya anjir." Gibran nggak bisa menyembunyikan rasa jijik campur mual miliknya.
"Ye duafa, jangan protes!" Vano menyentil daun telinga teman satu jurusannya itu.
"Alright, hope both of you ever lasting." Gista meletakan laptop di meja makan, mengetik password wifi, mendengarkan mereka berbincang lagi mengenai Channel YouTube.
"Ta, kok lo no reaction sih, tumben?" tanya Vano yang nggak biasanya ngeliat Gista nggak heboh dan ceriwis untuk berita yang baru ia dengar. "Ini sepupu lo ada ide gila, lo denger nggak sih?"
BẠN ĐANG ĐỌC
Create Things
Tiểu Thuyết Chung["Glimpse of" series #1] "Guys, besok ngevlog yuk?" Mereka punya tujuan. Tujuannya sederhana, yaitu bisa bersama untuk waktu yang cukup lama, tapi ternyata pendewasaan baru bisa mereka hadapi jika melalui tercerai-berai dulu tubuhnya. "Always look a...
-P r e r e c o r d-
Bắt đầu từ đầu
