Inheritance and Will (52)

Start from the beginning
                                    

Target itu juga berada di bagian perutnya, dua kali dia mundur ke belakang dan membuat tubuhnya masih bisa dikatakan aman dari serangan. Seseorang tertawa dengan senangnya, saat dia mengenai bagian lengan Hoseok sampai pengawal itu meringis menahan sakit.

"Ampuh, kau lumayan juga." Dalam satu layangan tangan, menggunakan sikutnya Hoseok membuat mundur beberapa langkah pria dengan badan besarnya. Lalu menggunakan kakinya yang untuk menendang ke belakang saat ada kesempatan. Hal itu membuat kedua pria disana menjadi kewalahan, apalagi pemuda itu masih cekatan walau terluka lumayan parah. "Rasakan itu, aku tidak terima dengan serangan kalian!" Sentak nya kuat dengan membuang ludah bercampur darah saat dirasa menyakitkan.

Ada kepalan tangan mengenai bibirnya hingga mengakibatkan dia merasa perih akhirnya.

Hoseok tidak terlalu fokus karena suara kecil dari beberapa bom yang menempel di sekitar rumahnya. Ini bukan bagian mudah, dia butuh seorang manusia yang handal dalam masalah ini. Seokjin contohnya karena dia yakin kalau pemuda itu bisa mematikan pacu bom di sini.

Dengan kedua tangannya dia menahan tendangan mereka. Dia menutup mukanya dengan lengan tangan itu, sama halnya dia terjepit sendiri dalam pandangan lirikan ke belakang. Punggungnya di tahan oleh kayu yang di cat dan dipasang dengan rapi. Pagar pembatas itu menjadi salah satu benteng untuk dia selamatkan diri. Semakin dia menahan serangan mereka, semakin lemah juga di bagian tulang punggungnya.

Hoseok hampir jatuh dengan kepala melayang, menahan diri untuk tidak menyentuh lantai sebisa mungkin. Raut wajahnya tidak merasa takut, dia hanya khawatir kalau dia mati sebelum menjalankan tugas secara penuh. Kewajiban dan sumpahnya tidak akan berarti, seseorang akan menangis di sekitar makamnya. Dia tidak ingin hal itu terjadi sampai detik ini juga.

"Aku akan bunuh kau! Ku bunuh kau!" Gertaknya. Tangan itu juga mengeluarkan pisau diantara lengan bajunya. Memberikan semburat kilau yang memantulkan cahaya dari lampu di ruangan itu. "Dalam mimpimu!" Dalam satu gerakan, tangan itu dipaksa walau terpelintir. Membuat tubuh itu terpental ke belakang akibat gerakan membanting musuh. Satu orang langsung tewas jatuh dari ketinggian sepuluh meter dengan darah keluar dari belakang kepalanya.

Pria dengan tubuh besar itu menggunakan belati yang tersembunyi di belakang jasnya. Itulah kenapa Hoseok terpaksa mengambil pisau kecil itu sebagai bentuk perlindungan nya. "Selama aku masih bisa bernafas, aku akan pastikan kalau diriku sendiri bertahan dan kau tidak." Hembusan nafas pelan keluar dari lubang hidungnya. Menetralkan otak dan seluruh darah di setiap urat bagian tubuhnya.

Hoseok adalah pengawal terlatih, semua yang dia jalani bukan permainan. Untuk apa dia kalah dengan tentara yang menjelma menjadi mafia. Kalau dia seperti ini dan kalah hanya karena luka di tangan kanannya, sama saja dia menjatuhkan harga dirinya dan mau mencium kaki Kim Taehyung.

Sungguh!

Dia tidak mau hal itu terjadi dalam hidupnya. Lebih baik dia mencium atap rumah ini ketimbang kaki pemuda yang sombong dan mengatakan kalau dirinya adalah adiknya.

"Keterlaluan!"

Hoseok mengumpat dengan keras. Saat halusinasi mengenai dirinya yang menjadi budak ayahnya di masa kecil terlintas. Ini bukan hal tepat dia ingat masa lalu, apalagi saat sesuatu membentur dinding rumah ini. Kesempatan baginya untuk menjadikan lawannya jatuh, dia dan kedua kakinya melipat kuat diantara leher dan mencekiknya.

"Kau yang akan mati!" Diantara marah dan kesal, ini hal wajar. Bahkan kedua tangannya mencengkram kuat leher itu sampai kedua mata di bagian kelopak matanya menjadi melotot. Hoseok seperti pembunuh psikopat yang kejam. Keluar dari jalur biasanya, saat dia membunuh secara elite seperti biasa, sebagai seorang pengawal.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now