Sexy Romance 8|| Positif

3.3K 85 14
                                    

"Siapa bapak dari anak ini?"

"Bapak apaan?"

"Bapak anak kamu, Mora!"

"Aku nggak hamil, Mas."

Raka tidak menyangka malam ini dikejutkan dengan temuan di dasbor motor adiknya. Dia, laki-laki bertubuh tinggi dan berkulit hitam manis yang menjaga Amora--adiknya--dari kecil sampai sekarang. Ya, hanya berdua. Jangan kaget. Sejak kecil mereka merekatidak  punya orang tua lagi. Ayah dan ibu meninggal waktu usia Raka 8 tahun dan Amora 5 tahun.

Tadinya mereka tinggal dengan keluarga angkat. Cuma waktu Raka sadar Ayah angkat ini di rumah yang mereka tinggali hampir melecehkan Amora yang kala itu baru masuk kelas 1 SMA, dia putuskan untuk mengajak adiknya keluar. Berdua hidup mandiri dengan bekerja apa saja.

Kalau sekarang lihat body-nya Raka kelihatan kekar itu karena dia pkebanyakan ambil kerjaan kerjaan. Apa saja disambar. Tidak peduli hujan atau panas, siang atau malam. Yang penting kerja, biar dapat uang bisa makan.

Amora sebagai anak perempuan tugas utamanya berbenah rumah. Dia juga bantu kerja, mulai dari yang ringan-ringan.

Omong-omong, Raka walaupun kerjanya serabutan dia tetap ambil kuliah. Tahun ini baru lulus dan rencananya mau daftar di perusahaan IT. Dia, 'kan, ahli di bidang progamaer. Seperti; Javascript, HTML dan semacamnya. Tidak tanggung-tanggung, Raka samapi ambil kurus juga biar bisa makin menguasai.

Uangnya?

Dari SMP dia sudah menabung buat bisa capai semua. Zaman masih dikasih saku, dia tidak tidak mau jajan.  SMA ambil kerja sampingan guru privat. Sempat tunda kuliah satu tahun buat kumpulkan biaya, tapi uangnya bisa selamat karena dia dapat beasiswa.

Raka sudah janji. Kalau nanti ada pekerjaan dan gaji yang lumayan oke, dia mau biayain sekolah Amora supaya bisa lanjut pendidikan ke perguruan tinggi.  Raja tuh, gambaran kakak yang ideal sepanjang hayat, walau kadang dia bisa menyebalkan juga.

Contohnya sekarang.  Amora akui dia baik selama ini. Hampir tidak pernah marah. Tapi, gara-gara kasus alat test pack yang ditemukan di dasbor motor Amora beberapa waktu lalu bikin dia jadi kayak emosi tinggi begitu. Padahal, Amora berani sumpah kalau dia tidak tahu.

Raka kaitian dengan peristiwa sekitar tiga minggu lalu, di mana Amora pulang dengan baju yang hampir sobek-sobek sedikit di bagian kerah. Amora jujur ke kakaknya soal apa yang terjadi antara dia dan laki-laki aneh. Ganteng, tapi sayang otaknya eror.

Amora sih, tidak menampik soal pesona laki-laki itu. Memang sempat ada rasa berdebar. Bagian-bagian pembentuk di wajahnya hampir sempurna. Dan, sebagaimana wanita yang hari-hari terbiasa berkutat dengan baju kotor dan pelanggan ibu-ibu yang selalu komplain kalau bajunya telat diantar, lihat cowok yang bening kayak begitu hampir saja Amora khilaf. Untung tidak sampai kelabasan.

"Mas Raka, aku berani sumpah tespek itu bukan punya aku!"

"Bukan punya kamu, kenapa ada di dasbor motor kamu?" Raka makin galak. "Mas juga masih ingat, loh, kamu bilang beberapa waktu lalu perut kamu sakit karena datang bulan kamu nggak lancar."

Amora langsung mencebik. "Masalah kayak gitu kan memang biasa terjadi sama perempuan. Tapi bukan berarti aku hamil. Mungkin karena stres atau ada gangguan dalam hormon."

Raka masih memicing di depan Amora.

"Aku berani sumpah lho, Mas, aku nggak ngapa-ngapain."

"Masih susah Mas percaya." Raka masih mengira Amora berbuat sesuatu dengan orang asing yang adiknya sendiri tidak tahu siapa namanya.

"Aku harus bilang apa lagi, dong!"  Mulai kesal Amora.  Habis,  segala penjelasan sama sekali tidak ada yang dipercaya. "Memang waktu itu aku deketin dia, bukan apa-apa karena aku lihat mukanya pucat banget. Malah dia keringat dingin. Terus, waktu aku mau kasih tau Kara, dia tarik aku untuk ke kamar."

"Terus sampai situ kalian ngapain lagi?"

"'Kan aku udah bilang sama Mas Raka, kejadiannya kayak apa."

"Tadinya,  Mas mau percaya sama kamu. Tapi alat tespek dan kondisi kamu saat ini bikin Mas ragu."

"Kita nggak ngapa-ngapain, Mas!" Amora  sampai bingung  karena saking susahnya menjelaskan ke Raka sampai meremat kepala.

"Gini lho, Mas. Oke, aku ngaku awalnya aku memang terkesima sama dia. Saat itu juga pikiranku lagi kalut. Mas tau nggak, cuma gara-gara parfum laundry yang dipesan pelanggan itu nggak sesuai permintaan. Pelanggan nggak mau bayar dan dia protes. Aku dimarahin sama bos laundry. Makanya aku merasa lagi down banget."

"Kalau aku dipecat, buat hari-hari kita tuh makan apa?" sambung Amora. "Sedangkan Mas belakangan ini makin sibuk kursus. Aku nggak mau ganggu Mas Raka."

Raka tetap menunjukkan kalau dia belum percaya 100% dengan cerita Amora.

"Terus, kenapa kamu lama di dalam kamar?" Amora terdiam.  "Lihat ini!" Diangkatnya lagi tinggi-tinggi tespek yang menunjukkan 2 garis merah. "Hasilnya positif, Mo!"

"Aku pakai motor ke mana-mana untuk antar baju yang sudah di laundry. Bukan cuma itu doang, aku juga kadang terima untuk mengantar pesanan anak-anak kampus yang malas keluar. Udah jelas motor itu sering parkir di mana-mana. Mungkin aja ada orang yang iseng buang sampah tespek ke motor aku!"

Raka masih menimbang.

"Kalau Mas masih nggak percaya, ya udah kita ke bidan aja. Periksa, bener nggak aku hamil."

"Nggak bisa." Raka menolak.

"Loh, kenapa nggak bisa? Dari tadi Mas nggak percaya aku udah jelasin. Berani sumpah nggak ada apa-apa yang terjadi. Aku bahkan buat dia pingsan sebelum sebelum sempat ngapa-ngapain."

"Kita nggak bisa ke bidan, Mo. Kita tinggal di rumah cuma berdua. Sampai laki-laki itu nggak mau tanggung jawab, bisa-bisa Mas Raka yang dikira ngapa-ngapain kamu!"

Amora mendengkus kesal. "Ya nggak mungkin, lah. Semua orang juga tahu kita dari dulu memang murni kakak adik kandung. Mas Raka jagain aku dengan baik, nggak mungkin mereka mikir kita sampai berbuat gitu."

"Jijik, tau!" tandas Amora sembari bergidik.

"Kamu bisa mikir kayak gitu. Tapi, belum tentu yang lain. Mereka kadang-kadang suka lain di luar lain di dalam."

Masalah belum selesai,  ada saja hal yang buat Raka jadi makin negatif thinking.

Amora tiba-tiba merasa mual.  Asam lambungnya pasti naik. Makan terganggu ditambah Raka bikin kepanjangan makin pening.

"Mas, besok lagi aja, ya,  lanjut ngobrolnya. Aku ngantuk. Lagian dari tadi agak pusing sama mual."

"Oh, mual ya?" Raka terdengar menyindir. Amora salah sebut tadi.

"Mual lambung, Mas!"

Raka angkat bokong dari kursi. Dia kacak pinggang di depan Amora yang menatapnya sendu.

"Pokoknya, Mas nggak mau tau. Besok Mas harus tanya laki-laki itu. Mas harus dengar cerita kalian dari dua versi. Sampai ada yang beda,  Mas udah putusin mau lakuin apa."

*

Sexy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang