15

880 121 21
                                    

Semua terasa lebih berwarna dan terasa indah. Yah, setidaknya begitulah yang Dewa rasakan sejak ia dan Mika resmi berpacaran. Ia tak memerlukan jawaban karena dengan Mika yang tak menolak perhatiannya dan kasih sayangnya saja sudah cukup, sejak ciuman di malam itu ia dan Mika resmi menjalin kasih.

Dengan sebelah tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya dan kepala tertunduk berfokus pada ponsel, laki-laki itu mengabaikan setiap tatapan dari pada siswa-siswi yang melewatinya. Ia tetap bersandar di dinding tak menghiraukan pandangan menyelidik dan beberapa bisik-bisik dari para siswi yang sepertinya sengaja berlalu-lalang entah karena ingin menarik perhatiannya atau memang kurang pekerjaan, yang jelas seorang Dewa tak pernah peduli, yang diperdulikannya hanya sosok cantik yang sejak tadi ia tunggu yang kini masih berada di dalam kelasnyap. Tak lama Mika yang ditunggu-tunggunya pun menghampiri dengan wajah bersemu memerah.

"K-kak ...." Panggilan bernada ragu itu membuatnya mendongak lengkap dengan senyum lembut yang selama ini hanya ia berikan pada gadis didepannya dan mamanya saja.

"Sudah selesai?"

Mika mengangguk sebagai tanggapan dan ia mengulurkan tangan yang tentunya disambut ragu kekasihnya itu. Saat tangan mungil itu menyentuh tangannya ia tak dapat menahan sengatan aliran yang menimbulkan getaran ringan membuat degub jantungnya berpacu cepat.

"Akkkhhhh!"

Mengabaikan pekikkan histeris para siswi yang menonton di sekitar, ia dan Mika pulang bersama menghadapi tatapan menyelidik dan tak percaya yang selama beberapa hari ini selalu mengiringi kebersamaan mereka. Ia memang sengaja tak menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang, ia ingin menunjukkan pada semua orang jika Mika adalah gadisnya.

Motor berhenti di depan pagar rumah Mika saat mereka sudah sampai, gadis itu menyerahkan helm padanya dan ia menyerahkan sekotak coklat yang membuat pipi gadis didepannya kembali bersemu merah.

"Untuk aku?"

Senyum geli yang kemudian di susul usapan lembut mengacak poni depan gadis itu dilakukannya menanggapi pertanyaan bodoh kekasihnya itu. "Bukan, buat pembantu kamu. Nih ambil!" Mika ikut tersenyum membuat mata gadis itu menyipit, ia tak tahan untuk tak meraihnya ke dalam pelukannya.

"K-kak ...." Mika berusaha mendorongnya yang membuatnya semakin enggan melepaskan gadis itu dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Sebentar saja." Ia menghirup aroma lembut gadis itu hingga memenuhi dadanya, memejamkan mata saat ketenangan itu hanya ia rasakan saat bersama Mika.

Mika membiarkannya memeluknya dan sebagai balasan juga memeluknya, mereka berpelukan hanya beberapa lama karena tak enak menjadi tontonan satpam dan pembantu di rumah gadis itu.

"Masuklah!"

Mika memang belum merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya. Perlahan ia akan membuat gadis itu mencintainya, melupakan cinta pertamanya, memberinya bahagia seperti janjinya dimasa lalu dan menghapus semua rasa sakit yang selama ini membelenggu pemilik punggung kecil yang kini berlalu dari hadapannya. Ia bertekad untuk membuat gadis itu selalu tersenyum.

Namun, Dewa tetaplah seorang namusia biasa yang hanya bisa berencana. Yang menentukan semuanya tetaplah Tuhan. Rahangnya seketika menegang dengan mata yang menyorot dingin, jantungnya berpacu cepat dengan tangan bergetar mencengkram ponsel Kevin yang kini menayangkan vidio status di instagram yang beberapa saat lalu di unggah si pemiliknya.

"Brengsek!" umpatan disertai bunyi nyaring dari ponsel yang menghantam lantai tak terlalu dihiraukannya, ia bergegas keluar melewati Kevin yang menatap nanar ponsel kesayangannya yang kini hancur tak berbentuk lagi.

"Wa, ponsel gue!!"

Ia juga mengabaikan teriakan histeris sahabatnya itu, bergegas menuju motornya dan segera melajukannya menuju sekolah. Sial! Seharusnya ia mengantar Mika pulang terlebih dahulu bukannya menghadiri pesta membososankan itu, ia seharusnya ia cepat pergi dari sana dan menuruti firasatnya jika akan ada sesuatu yang buruk terjadi!

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang