7

454 102 7
                                    

redaksisalam_ped
trinaya_123

Mika tak yakin dengan apa yang dilakukannya kini, saat ini ia tengah duduk dibonceng oleh Dewa, bukan masalah diboncengnya tapi saat ini mereka ... membolos.

Demi Tuhan mereka membolos!!

Entah apa yang merasukinya hingga ia mau saja saat laki-laki itu membawanya keluar lewat gerbang belakang yang dibuka-kan sang satpam, dan meyakinkan dirinya tentang tasnya yang nanti akan ada yang mengantarnya.

"Kak, gak apa-apa nih kita bolos?" Pertanyaan itu sudah diajukannya entah untuk keberapa kali.

"Ck, gak apa-apa. Tenang aja. Kamu kalo sekali lagi nanya aku turunin deh!" balas laki-laki itu terdengar jengkel.

Ancaman itu ternyata tak mempan sama sekali pada gadis yang masih saja resah itu tak peduli berapa kali Dewa menenangkannya.

"Tapi kak ..."

"Ck, dasar cewek."

Mereka pun akhirnya diam sampai motor berhenti di sebuah pasar. Dengan kebingungan gadis itu mengekori Dewa yang menyusuri ruko perruko yang sepertinya di bangun dadakan dari terpal, entah mencari apa.

Jujur saja ini pertama kalinya Mika ke pasar tradisional, ia cukup takjub melihat bebagai dagangan yang di gelar beralaskan tikar, apapun bisa di temukan di sana, mulai dari bahan-bahan pokok rumah tangga, perabotan, baju dan berbagai hiasan seperti lukisan dan patung bisa di temukan.

"Kak, kita di mana?"

Dewa masih terus mengedarkan pandangannya mencari sesuatu. "Pasar minggu."

Jawaban laki-laki itu membuat kening Mika menyerngit, jelas telihat tak percaya, ini baru hari rabu masa iya mereka ke pasar minggu. Ia pun memutuskan berhenti dan bertanya pada seorang bapak pedagang. "Pak, ini pasar apa, ya?"

"Pasar rebo, neng."

Rebo adalah nama hari dalam bahasa sunda di daerah mereka, dan benar saja Dewa membohonginya. Mika berjalan tergesa menyusul laki-laki itu yang sudah berjalan cukup jauh di depannya.

"Ih, kakak bohong. Pasar rebo juga."

Dewa hanya melirik gadis yang kini menyenyajarkan langkah dengannya, memperhatikan bagaimana bibir gadis itu yang mengerucut saat mencibir.

Laki-laki itu berhenti di sebuah kios pernak-pernik, begitupun dengan Mika yang mengikutinya. Entah apa yang di cari laki-laki ini, tak peduli bagaimana Mika bertanya Dewa selalu menjawab jika ia berisik.

"Kakak dari tadi cari apa sih. Kok kita muter-muter mulu?!.l" Keluhnya setelah untuk ke tiga kalinya mereka melewati tempat yang sama dan pada akhirnya laki-laki itu malah masuk ke kios penjual asesoris.

"Nyari yang pas," dan sekian lama akhirnya laki-laki ini menjawab dengan benar meski tetap membingungkan.

"Ck." Mika hanya bisa berdecak.

Ia ikut melihat-melihat, cukup tertarik dengan beberapa gantungan kunci lucu berbentuk hewan peliharaan. Saat tengah asyik memilih, Dewa__laki-laki itu menghampirinya. "Nih." Ia menyerahkan sesuatu padanya.

"Ini apa kak?" Dengan kebingungan ia menerimanya.

"Kalung." Jawab Dewa singkat.

Mika menatapnya datar, sedatar wajah laki-laki didepannya yang terlihat tak acuh, meski sebenarnya sejak tadi kehadirannya cukup menarik lawan jenis yang berkunjung ke sana seperti mereka.

"Iya, aku tau ini kalung. Tapi maksud Mika itu untuk apa?" tanyanya kesal.

"Ya, untuk di pakai." Jawab laki-laki yang mulai berjalan keluar dari kios.

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang