4

446 89 5
                                    

Pengen banget buat cerita yang krisis hati, yang buat kalian mewek sesegukan gitu🙊.
Tapi kayaknya susah deh, hadeuhhhhh...
Ya udin, seadanya aja deh.
Btw, cerita ini aku up gak panjang2, cuma 15 part doang. Meski misalkan nanti keseluruh part ada 40 pun yaaaaa, ketentuan up ikut event ya gitu cuma di jatah 15 doang. Wkwk...

Happy Reading
**

Hujan deras kembali mengguyur bumi, membuat sebagian para penghuninya memilih diam di tempat hangat dan nyaman. Jika bisa, Mika juga ingin melakukannya.

Pegangan tangannya semakin lama semakin mengencang, matanya terpejam berusaha mengenyahkan peristiwa mengerikan yang baru saja dialaminya. Beruntung Dewa datang tepat waktu, jika tidak mungkin ...

Jika ini keadaan normal, ia tak mungkin berani memeluk seorang laki-laki asing dengan begitu eratnya, sangat erat, seolah menumpahkan semua rasa takut dan frustasinya pada laki-laki yang hanya membiarkannya entah karena kasihan atau apa pun itu.

Setelah sekian menit perjalanan motor berhenti di depan pagar rumahnya, tepukan pada tangannya menyadarkan Mika jika mereka sudah sampai.

"Bangun. Mau sampai kapan kamu meluk kayak gitu?!"

Refleks, gadis itu melepaskan pegangannya. Meloncat turun dari motor besar itu dengan terburu-buru hingga membuatnya nyaris terjungkal.

"Akhhhh!"

Cekalan pada lengannyalah yang menyelamatkannya untuk tak berbenturan dengan aspal, tarikan ia rasakan dan sejurus kemudian tangan yang lainnya merengkuh pinggangnya membuat tubuh mereka saling menempel.

Mata keduanya saling bertatapan dalam diam, dengan posisi yang begitu dekat bahkan hembusan hangat bisa mereka rasakan berhembus pada wajah masing-masing.

Tersadar, Mika segera melepaskan diri. Dan laki-laki di depannya hanya berdehem sambil menepuk-nepuk pundaknya entah melakukan apa.

"Ma-makasih." Mika mengutuk dalam hati, entah kenapa suaranya bergetar seperti itu. Gugup bercampur malu pasti tergambar jelas di wajahnya yang memerah. Ia menggigit bibir, kegiatan yang selalu dilakukannya saat merasa gugup.

"Mm." Dewa, laki-laki itu hanya mengangguk sebelum kembali menaiki motornya dan berlalu pergi.

"Eh ..." Mika baru teringat ia masih memakai jaket laki-laki itu tapi Dewa sudah terlanjur pergi, ia berpikir nanti saja setelah dicuci ia akan mengembalikannya.

Sampai di dalam rumah, bi Siti__asisten rumah tangganya menyambutnya dengan wajah cemas. "Aduh, non. Kenapa jam segini baru pulang, basah-basah lagi. Kalo sakit gimana? Bibi siapin air hangat, ya. Non mandi biar gak sakit."

Rasa hangat memenuhi dada Mika, sejak kematian mamanya bi Siti-lah yang membesarkannya, ia sudah menganggap wanita parih baya ini ibu keduanya. Rasa cemas yang tergambar di wajah itu membuatnya merasa disayangi.

"Iya, bi. Tadi kehujanan." Ia membuka jaket dewa dan memberikannya pada pembantunya itu.

"Tadi yang nganter pulang bukan den Rama, ya? Non, hari ini gak bareng den Rama lagi? Kok, tumben?"

Mika hanya mampu mengulas senyum simpul. Rama, laki-laki yang disukainya itu saat ini pasti tengah bersama pacarnya, menghabiskan waktu bersama, menatapnya dengan penuh  kelembutan dan ...

Tak dapat dicegah hatinya kembali merasakan sakit. Seperti diremas dan dihujam ribuan pisau. Ia berdehem berusaha menjaga agar suaranya tak bergetar. "Enggak, tadi di antar temen lain."

Tak ingin mendapat pertanyaan lain ia pun bergegas naik ke kamarnya dan mandi, setelah selesai ia langsung bergelung di selimutnya yang hangat. Ah, kamarnya memang tempat yang paling nyaman untuknya.

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang