6

463 102 19
                                    

redaksisalam_ped
trinaya_123

Haapy Reading


Terus menangis membuat Mika lelah, saat motor sudah berhenti beberapa menit lalu di depan pagar rumahnya, ia masih diam untuk menenangkan sesegukannya. Terdengar tarikan napas panjang dari Dewa, laki-laki yang ada di depan itu berbalik masih dengan posisi duduk memboncengnya.

Perlahan helm yang dipakainya di copot, hingga kini tak ada lagi kaca penghalang yang bisa menghalangi pandangan mereka, keduanya saling menatap dalam diam.

"Kenapa kamu cengeng sekali." Tanpa di duga, jari-jari dingin, besar dan sedikit kasar itu menyentuh pipinya membuat gadis itu seketika membeku, mengusap tetesan air mata yang mengalir dari matanya yang terasa perih, mungkin karena terlalu banyak menangis.

"Masuklah, kasihan pembantu dan satpam rumahmu yang sedari tadi ngintip di balik pos gardu."

Dengan perkataan bernada lembut itu, sontak Mika tersadar dengan situasi mereka yang terlihat intim yang pasti mudah menimbulkan salah paham, karena dua kotak kue ditangannya ia kesulitan untuk turun dan mau tak mau harus di bantu laki-laki itu.

"Kak, nih.." Gadis itu menyodorkan kueh-kueh itu saat Dewa sudah kembali duduk di motor ninjanya besarnya.

"Satu aja. Satu lagi buat kamu." Laki-laki itu hanya membawa satu kotak kue saja dan menolak satu kotak lainnya.

"Loh, gak usah. Kakak bawa pulang aja dua-duanya." Mika masih menyodorkan satu sisa kotak ditangannya membuat laki-laki itu berdecak.

"Ambil, susah amat sih. Anggap aja itu hadiah."

Akhirnya gadis itu menyerah, tapi tampak belum puas dengan argumennya. "Hadiah apa?"

Dewa, laki-laki ini terkenal dingin dan memiliki sikap yang tak terlalu baik. Entah kesabaran dari mana ia mentolelir lagi dan lagi sesuatu yang tak disukainya padanya. Seingat Mika, laki-laki ini pernah menolak seorang gadis yang menyatakan cinta padanya, tak perduli meski menangis menjerit pun laki-laki itu berlalu begitu saja meninggalkannya dan berkata dengan dingin ia tak menyukai drama di mana wanita menangis.

"Anggap aja kado ulang tahunmu." Jawaban laki-laki itu mengembalikan Mika dari lamunannya.

"Tapi kan, ulang tahun aku masih agak lama." Seakan masih ingin menguji seberapa besar stok kesabaran laki-laki didepannya gadis itu kembali menyanggah dengan wajah tak semurung tadi.

"Jadi kapan ulang tahunmu?" dan pertanyaanlah yang didapatnya.

"Masih satu bulanan lagi."

Dewa mengangguk, laki-laki itu memakai kembali helmnya dan menyalakan motornya. "Yah, anggap aja hadiahnya aku kasih lebih awal. Udah jangan bawel, kalo gak suka tinggal kasih kucing kan gampang!" Itulah ucapan terakhir Dewa sebelum berlalu pergi tanpa menunggu tanggapan dari Mika.

Sambil memeluk kotak kue, vadis itu berjalan memasuki pagar rumah dengan perasaan sedikit lebih baik. Sepertinya Dewa tak seburuk gosip yang terdengar, buktinya laki-laki itu dua kali menolongnya, memberinya bahu untuk menangis bukan membuatnya menangis. Mengingat hal itu ia segera menggeleng dengan wajah memerah, bisa-bisanya ia menangis didepan Dewa yang asing baginya, tapi tak dapat dipungkiri ia merasa nyaman.

Setelah mandi dan berganti pakaian kini gadis itu menikmati potongan cake tart strawberi kesukaannya. Ajaib, dari mana Dewa tau ia menyukai kue itu. Ah, tapi mungkin hanya kebetulan saja. Mungkin saja ada seseorang yang tengah berulang tahun jadi Dewa membelinya dan secara kebetulan itu adalah kue kesukaannya.

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang