Chapter 6: Forget

19 8 6
                                    

“Akan kuperlihatkan dunia sebelumnya.” Sebelah tangan Kaori terangkat dan ia rentangkan ke samping, cahaya putih berpendar di sekitar telapaknya. Ruang yang tadinya bersih kini berubah menjadi dinding dengan 99 potongan video yang berjalan.

“Di dunia pertama, kau dan aku sama-sama penyihir. Kau mati dalam misi yang berat, tak mungkin aku perlihatkan 'kan?” Kaori menunjuk layar.

Ada laki-laki bersurai pirang yang membaca buku sihir dan perempuan pirang di belakangnya yang mengayunkan tongkat untuk menyusun buku-buku ke rak. Lanjut ke dunia-dunia selanjutnya.

Kousei dibuat terpukau dan melupakan logikanya. Ia seakan menonton film singkat dari kehidupan dirinya di dunia lain, sambil mendengar penjelasan Kaori.

Di dunia ke-99, ia melihat Kaori yang pingsan setelah pertunjukan musiknya dengan Kousei. Laki-laki itu tak menyangka dirinya bisa menekan tuts-tuts piano dengan lihainya dan Kaori yang begitu lincah menggesek senar biolanya.

Memang di dunianya sekarang Kousei dan Kaori hanya orang yang awam musik. Mereka orang biasa yang menikmati musik populer yang cepat naik dan cepat dilupakan.

“Apa kau sekarang percaya ini bukan imajinasi?”

Potongan-potongan 99 dunia itu lenyap, mengembalikan ruangan itu kembali putih bersih. Kousei yang masih terpukau pun menganggukkan kepala. Ide-ide mengalir lancar di otaknya.

“Kousei-kun, aku tidak bisa melakukan ini lagi,” ucap Kaori, dua tangannya kembali menggenggam milik Kousei.

“Kenapa?”

“Membuat portal ke dunia lain adalah kesalahan besar, aku di dunia lain dikutuk dengan cara tak bisa bersatu dengan dirimu. Karena itu di 98 dunia sebelum ini ada saja cara memisahkan kita. Entah ada yang mati duluan, tidak dipertemukan sama sekali, dijodohkan paksa, dan lain-lain.”

“Ar-artinya ada kemungkinan aku dan kau di dunia ke-100 berpisah?” Genggaman terlepas karena Kousei memegang bahu Kaori akibat refleksnya. Manik di balik bingkai kacamata melebar cemas.

Kaori mengangguk tenang. “Karena itu aku akan mencabutnya, entah berhasil atau tidak. Aku takkan lagi membuat portal dan kembali ke dunia pertama. Sebagai gantinya aku akan menerima hukuman Penyihir Agung, seberat apapun itu.”

Kousei menunduk, walau bukan dirinya yang secara langsung membuat Kaori di dunia pertama seperti ini, tetap saja ia merasa bersalah. Kenapa dirinya di dunia pertama begitu lemah hingga mengorbankan Kaori dan kembaran mereka—Kousei dan Kaori—di 98 dunia lain?

“Aku akan membayar kesalahan Arima Kousei dunia pertama, jika dia kuat tidak mu—”

Kaori menggeleng, setia menyematkan senyum lembutnya. “Ini bukan salahmu, Kousei-kun. Akulah yang salah karena egois dan menentang hukum alam. Kau kembalilah dan bahagiakan aku di dunia ke-100.”

Perempuan itu mengangkat tangan dan ia taruh di atas kepala Kousei, walau ia harus berjinjit karena perbedaan tinggi mereka.

“Astaga, kalau kau tidak menunduk kau jadi tinggi sekali,” kekeh Kaori.

“Ap-apa yang kaulakukan?”

“Agar pencabutan kutukannya benar-benar berhasil, kau harus melupakan semua ini. Selamat tinggal, Kousei-kun.”

[]

Kalian jangan prokras kayak aku gaes, kalau udah mepet sama deadline ya ngemaso dan sempat nulis doang. Revisi kagak 😀👍

Thirty Three ✔️Where stories live. Discover now