Chapter 4: Blonde Witch

118 9 5
                                    

"Selamat datang di perbatasan dunia, Arima Kousei-kun."

Perbatasan dunia? Apa aku sudah mati?

Suara perempuan yang masuk ke telinganya tak lagi asing. Suara lembut dan riang milik sang pemilik hati, Miyazono Kaori.

Kaori? Tidak, dia masih di rumahnya pagi-pagi begini.

Tempat yang dipijaknya sekarang sepenuhnya putih dan berbentuk balok yang tak berujung. Sesosok bertudung hitam menghampirinya, Kousei menjaga jarak. Bukan karena takut terpapar virus-pandemi covid-19 sudah selesai di akhir 2021, melainkan berjaga-jaga jika sosok ini akan berbuat jahat.

Kousei tak tahu ia di mana, entah di alam yang mengantarnya ke akhirat, mimpi, atau halusinasinya saja. Apa imajinasinya terlampau hebat hingga Kousei bisa merasakannya langsung?

"Aku takkan menyakitimu." Sosok itu berhenti beberapa langkah. Tudung ia naikkan, memperlihatkan rambut pirang yang membelai punggung dan senyum cerah yang terlukis di wajah bulatnya.

"K-kaori?"

"Aku Miyazono Kaori, tapi bukan Kaori yang kaukenal."

"M-maksudmu?" Kousei waspada, ia amati gerak-gerik wanita yang serupa Kaori di depannya. Baik itu tinggi, rambut, bentuk wajah, suara, dan senyumnya benar-benar salinan Kaori.

"Aku penyihir yang disebut di legenda. Penyihir yang membuat portal setiap 33 tahun sekali untuk bertemu laki-laki yang dicintainya."

Penyihir?

Kening Kousei mengerut, ia tak semudah itu mempercayai hal-hal di luar logika seperti sihir. Ia lebih yakin kalau ia sedang berhalusinasi sekarang.

"Kau tahu tentang dunia paralel 'kan? Aku dari dunia pertama, dunia para makhluk fantasi. Portal pohon sakura ini membawaku ke dunia-dunia lain setiap 33 tahun sekali.

"Aku tidak bisa melakukannya setiap tahun karena portal ini memerlukan sihir yang sangat besar. Aku sudah melakukan ini selama tiga ribu tahun lebih, artinya sudah seratus dunia yang kukunjungi. Karena sihir awet muda pula aku tidak menua, hebat 'kan?"

Kaori versi penyihir di depannya berbicara panjang lebar, menjelaskan mengenai siapa dirinya dan kekuatannya. Sifat cerewetnya benar-benar persis Kaori yang Kousei kenal.

Tetap ia tidak bisa percaya begitu saja. Semirip apapun fisik dan sifatnya, masih ada kemungkinan kepalsuan.

Penjelasan Kaori mudah dimengerti olehnya, tetapi Kousei cobakan mencerna sesuatu yang di luar logikanya.

Sulit.

Sihir itu bohong, bagi Kousei. Ia tidak pernah melihat kekuatan sihir. Kalau ada kejadian-kejadian aneh, ia akan mencoba mengaitkannya dengan sains. Sesuatu yang supranatural sulit diterima akalnya.

"Tapi ... membuka portal antardunia ini membuat diriku di dunia lain dikutuk tidak bersatu denganmu, Kousei-kun. Entah itu satu di antara kita ada yang mati, kita tidak dipertemukan, dan hambatan-hambatan lain. Aku tahu Kousei-kun sulit menerima ini."

Kousei membatu, ia tak menghindar Kaori yang maju dan menggenggam pelan kedua tangannya. Tatapan lembut perempuan itu tertuju pada manik biru tuanya, beserta senyum hangat. Hati Kousei melunak, sentuhan dan senyuman ini hanya ia dapatkan dari Kaori.

Wanita ini benar-benar Kaori, perempuan yang ia cintai. Namun, dari dunia yang berbeda. Kousei luluh tanpa ia berpikir lebih panjang dan Kaori menggunakan sihirnya.

"Aku benar-benar Miyazono Kaori dan ingin bertemu dirimu, Arima Kousei. Sosok yang telah mati di dunia pertama."

[]

When deadline hari ini jam 23.59 tapi masih ada rencana bikin book event lain lebah suka:

59 tapi masih ada rencana bikin book event lain lebah suka:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Thirty Three ✔️Where stories live. Discover now