Chapter 2: Sakura Tree

20 9 0
                                    

Kousei menyukai suasana damai dan tenang area apartemennya. Pikirannya bertualang, mengais ide-ide untuk novelnya. Teluh menemani perjalanannya. Bulan dan bintang-bintang menonton pijakan santainya pada tanah.

Buku kecil akan terbuka dan pena meliuk bila mendapat ide yang diinginkan. Beberapa jam lagi hari pernikahannya dan Kousei tak bisa tidur semalaman ini.

Ah, sebelum-sebelumnya Kousei sulit tidur, tetapi yang ia rasakan sekarang berbeda.

Ada rasa bahagia, tak sabar, gugup, sekaligus takut ia gagal jadi pemimpin keluarga yang baik.

Tempo jantungnya yang menggedor rongga dada semakin cepat, ia hirup napas banyak-banyak dan pejamkan mata guna dapati ketenangan.

Sulit. Mengapa untuk menetralkan detak jantungnya saja sulit? Biasanya Kousei orang yang mudah tenang di situasi sulit sekalipun.

Apa karena hari ini hari yang sakral baginya?

Tentu.

Hari ini ia dan Kaori akan bersatu, berbagi cinta, berbagi nama, berbagi rumah, dan berbagi segalanya.

Kousei hanyut dalam pikirannya dan tak menyadari sebuah pohon sakura tua yang berukuran besar menghalangi jalan. Batangnya kokoh, tampak tak mudah ditebang. Akar besarnya pun menancap erat pada tanah dan menciptakan retakan.

Pohon sakura? Sejak kapan ada pohon sebesar dan setua ini?

Kousei tak sadar waktu menunjukkan pukul 03.33 lewat 33 detik, tanggal 30 Maret 2023, dan ia di depan sekolah menengahnya dulu. Kelopak-kelopak bunga di pohon itu melebarkan cahaya merah muda yang silau, akibatnya Kousei menutup mata dengan buku.

Ketika manik birunya terbuka lagi, ia berada di tempat yang tak dikenalinya.

[]

Thirty Three ✔️Where stories live. Discover now