"Pulang yuk." Theressa menerima uluran tangan Sabian. Keduanya pergi dari makam. Tanpa mereka berdua sadari, ada seorang gadis yang dari tadi menunggu mereka pergi dari pemakaman ini dan berjalan mendekati makam Theo.

Gadis berbaju dress putih selutut dengan kacamata hitam bertengger di wajahnya itu bersimpuh di sisi kanan makam. Gadis itu meletakkan seikat bunga tulip putih di atas makam Theo.

"Hai, maaf ya gue gak pernah berkunjung." Gadis itu mengusap air mata yang baru saja membasahi pipinya. Ia menaburkan bunga di atas makam Theo.

"Maaf juga, gue udah jahat ke kembaran dan sahabat-sahabat lo, Yo. Gue piker tadinya Irene penyebab kematian lo, taunya sahabat gue sendiri. Gue nyesel banget udah nyakitin sahabat-sahabat kita." Gadis itu melepas kacamata hitamnya. "Gue bakal minta maaf sama Theressa hari ini, Yo. Doain gue dimaafin ya?" ia menarik nafas Panjang lalu ia hembuskan.

"Irene udah maafin gue semalem, Yo. Kata Irene gue harus minta maaf langsung ke yang lainnya. Rencananya mala mini gue dateng. Nanti malem ada acara ulang tahun Theressa, Yo." Ia kembali menaburkan kelopak bunga mawar di atas makam. Lalu ia bangkit dari duduknya.

"Gue pulang dulu ya. Mau siapin mental buat minta maaf nanti." Gadis itu mencium batu nisan Theo cukup lama. Lalu ia memakai kacamata hitamnya dan berjalan menjauh dari sana.

Gadis menjalankan mobilnya memasuki parkiran sebuah mall. Ia berencana membelikan Theressa kado ulang tahun. Keyna tau, walaupun ia tidak memberikan Theressa kado, gadis itu akan tetap memaafkannya. Namun, rasanya tidak enak jika tidak membawa kado.

Disisi lain, sahabat-sahabat Theressa sedang sibuk menyiapkan pesta ulang tahun Theressa. Bahkan, Theressa pun ikut serta dalam menyiapkan pesta ini.

"Re, lu harusnya pura-pura gak tau tentang pesta ini. Harusnya lo terkejut tau!" Carollina memajukan bibirya beberapa sentimeter. Cilla melemparkan kertas yang sudah ia ubah bentuknya menjadi sebuah bola dan memngenai kening Carollina.

"Mulut lo biasa aja!" Cilla menjulurkan lidahnya meledek Carollina.

Theressa menggeleng melihat kedua sahabatnya. Ia kembali menata balon-balon yang sudah diisi gas tadi.

"Ressa, sana naik ke kamar. Siap-siap dibantuin Irene ya." Nadia datang sambil membawa kue yang ia buat tadi di dapur bersama Nayla.

Theressa dan Irene berjalan menaiki tangga dan masuk ke kamar. Theressa mencepol rambutnya dan mengambil handuk yang menggantung di jemuran kecil yang ada di balkon kamarnya.

"Irene tolong siapin baju gue ya." Irene mengangguk dan langsung menata pakaian yang akan dipakai Theressa. Ia juga menata beberapa make up di atas meja rias.

Tak perlu waktu lama bagi Theressa untuk mandi. Ia mengambil pakaian yang sudah disiapkan Irene dan kembali lagi ke dalam toilet.

"Irene makeupin," rengek Theressa dengan manja sambil menggoyang-goyangkan sebelah tangan Irene. Gadis itu menaruh ponselnya di atas ranjang Theressa dan menyuruh Theressa untuk duduk di depan meja riasnya. Lalu Irene mulai memoles tipis make up di wajah Theressa.

"Ren, tadi gua waktu balik dari makam Theo sama Sabian liat ada cewek jalan ke makam Theo. Itu lu?" Irene menggeleng. Theressa bingung saat melihat Irene menggeleng di pantulan cermin.

"Temen Theo kalik, atau fansnya?" Theressa menaikkan kedua bahunya. Irene menghembuskan nafas.

"Itu pasti lo kan." Batin Irene.

Setelah selesai, Irene mengajak Theressa untuk turun. Mereka berjalan berdampingan menuruni anak tangga.

"Cantik banget." Sabian merangkul pinggang Theressa dan mengecup kening gadis itu. Irene berjalan menghampiri Nico.

Theressa [COMPLETED]Where stories live. Discover now