09. Sayonara

4 4 1
                                    

Dilarang keras meniru setiap adegan didalam cerita ini. Hanya sebuah fiksi karangan yang bersifat untuk menghibur jadi jangan sampai membawanya ke real life.

Terdapat banyak adegan dan kata-kata kasar dalam setiap partnya. Harap bijak dalam memilih bacaan.
Diperuntukkan untuk usia diatas 18 tahun!

Terimakasih dan selamat membaca~

Enjoy.



"satu..."

"Dua... "

"Tiga..."

Anna menghitung setiap langkah mundur kaki Irene. Sementara itu, seluruh tubuh Irene bergetar hebat dan ia merasakan kedua kakinya begitu lemas yang bisa dilakukannya hanya terus berjalan mundur ketika Anna terus melangkah maju dengan palu tersebut.

"Sebelas—ah, kau sudah sangat mentok temanku, berbaliklah! Kau lihat punggungmu sudah menyetuh oven besar itu."

Sial. Irene merutukin dirinya sendiri yang bodoh sekarang dirinya benar-benar tidak bisa kabur. "Jangan berani-beraninya kau Anna!! Ini rumahku!"

"Lantas bagaimana temanku? Apakah aku harus bergetar ketakutan seperti seekor rusa yang memasukin kandang singa?"

"MENJAUH DAN KELUAR DARI RUMAHKU, BITCH!" titah Irene tanpa sadar suaranya meninggi, meneriakin Anna.

"Pestanya belum selesai Irene, kau lupa? Aku adalah tamu VIP yang kau undang, Irene. Lantas kau ingin mengusir tamu mu ini?"

"Bedebah sialan! Kau tamu yang tak diharapkan, Anna!"

Anna menyeringai dan dalam satu hentakan ia menahan leher Irene dengan sisi tangan kanannya. Irene tercekat, gerakan cepat Anna yang secara tiba-tiba membuat bagian belakang tubuhnya terbentur cukup keras kesisi oven besar yang ada dibelakangnya.

"Beginikah caramu memperlakukan tamu VIP mu, Nona?" tanya Anna.

Irene memukul lengan Anna mencoba melepaskan diri dari gadis bersurai coklat tersebut. Tenggorokannya terasa tercekat dan perlahan pasokan udara diparu-parunya mulai menipis.
"Berengsek! Lepasin sialan! Aku bisa mati, sial."

"Hahahaha." Anna tertawa kencang. "Memohon dikandang sendiri, itu memalukan!"

"Persetan!" Irene memukul kuat lengan Anna, gadis itu lalu melirik garpu yang ada ditangan kirinya melalui ekor matanya kemudian dengan cepat menancapkan benda tumpul itu ke lengan Anna membuat si korban praktis melepas tangannya dari leher Irene.

Mendapat kesempatan, Irene mendorong tubuh Anna sebelum akhirnya berlari kearah lantai dua.

Sementara Anna gadis itu berdecak keras, sialan ini kedua kalinya Irene bisa melukai dirinya dan Anna mengakui bahwa Irene adalah lawan yang cukup hebat.

Bravo.

Tidak ingin membuang waktu Anna menyusul Irene yang sudah lebih dulu melarikan diri kearah lantai dua. Masih setia dengan palu besarnya yang bak seperti senjata palu yang digunakan oleh Thor di film Avengers. Anna menyelusuri setiap tempat dirumah itu mencari keberadaan teman baiknya itu.

GIRLCODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang