06. Code 1404 A.W

7 4 0
                                    

Dilarang keras meniru setiap adegan dalam cerita ini! Hanya sebuah fiksi karangan jadi jangan sampai membawanya ke real life.

Terdapat banyak kata-kata kasar disetiap part dan paragrafnya, HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN!

Selamat membaca~

🔞

"Apa rahasia tentang diriku yang diketahui bocah perempuan ini?" tanya kepala sekolah dengan seringaiannya.

"Bocah ini ingin menyampaikannya langsung atau membeberkannya kesatu sekolah, Pak?"

Kepala sekolah terkikik geli. "Aku sangat ingin tau dan penasaran sudah seberapa jauh kau mengetahui rahasiaku, Anna?"

Anna tersenyum tipis.

"Apa yang kau ketahui? Seorang bocah yang kerap kali dirundung sepertimu hanyalah seorang bocah yang bermulut besar!" sambungnya.

Baik, kini giliran Anna yang terkikik geli. "Kau harus tau Pak bahwa orang-orang yang sepertiku yang sering dibully dan diolok-olok orang bahkan memiliki sebuah bom yang siap meledak kapan saja."

Kepala sekolah menaikkan satu alisnya.

"Orang sepertimu yang memiliki kekuasaan akan selalu menganggap orang-orang sepertiku adalah manusia yang paling lemah," kata Anna. "Pak, kau harus ingat bahwa aku juga memiliki bom yang akan menghancurkan hidupmu!" lantas terkekeh kecil.

Suara ketukan pulpen diatas meja terdengar yang dibunyikan oleh laki-laki berusia tiga puluh tahunan lebih itu. "Baik. Sekarang katakan yang ingin kau sampaikan!"

"Kau penasaran, Pak?" tanya Anna kemudian menyenderkan punggungnya kekursi. "Kalau Anda benar-benar penasaran maka pukul tujuh malam aku akan menemuimu dirumahmu, pak. Jangan pergi dan tunggu kedatanganku!"

__OoO__

Derap langkah kaki terdengar pelan semakin mendekat kearah sebuah pintu berwarna coklat tua, tombol bel yang berada disisi kiri pintu berbunyi sebanyak tiga kali.

Anna mendengus pelan, kentara sekali terlihat kesal karena penghuni rumah belum juga membukakkan pintu untuknya. Lama menunggu, akhirnya pintu berwarna coklat tua itu terbuka menampilkan sesosok pria dengan balutan kemeja putih.

"Mengejutkan. Kau mendatangin kandang harimau, Anna."

"HAHAHAHAHA..." Anna tertawa kencang, sebuah tawa yang mengelegar lalu sedetik kemudian tawa itu berubah menjadi seringai kecil. "Kandang harimau ini akan porak poranda dan sang harimau akan kalah oleh rubah kecil ini."

Kepala sekolah terdiam untuk beberapa saat meski sebenarnya perkataan Anna belum tercerna diotaknya, ia yang ingin berujar terpotong akibat Anna yang lebih dahulu menyela. "Aku—"

"Aku bercanda pak!" seru Anna. "Kau tega pak membiarkan gadis sepertiku berdiri lama didepan rumahmu? Kau ingin mangsamu ini kabur?" sambungnya.

Namun belum sempat kepala sekolah mengizinkan Anna untuk masuk gadis itu telah lebih dahulu nyelonong masuk kedalam rumah yang megah itu.

"Rumahmu sangat besar dan megah, pak!" kata Anna.

"Inilah hasil kerja kerasku!"

"Ya hasil kerja memanipulasi dan memihak pada yang berkuasa?!" seru Anna.

GIRLCODEWhere stories live. Discover now