Nanti gue ganti. Gue nggak ada uang cash, adanya kartu semua jadi ngutang ke ibu kantin. Tadi ditagih, gue ga bawa uang, yaudah nyaranin nama lo aja.

Cahya kesal langsung menekan tombol blokir.  Malas sekali mendengar alasan halunya Rival.

"Gue benci dia!" Cahya menggebrak meja hingga menimbulkan suara keras. Rasa kesalnya menggebu-gebu.

"Shit! Tapi gue juga sayang dia!"

Cahya langsung menepuk mulutnya sendiri. "Gue delete ucapan tadi. Gila banget kalo sayang sama modelan kaya Rival!"

Sasa menguap lebar. Malas sekali mendengar kalimat plin-plan dari Cahya. Lebih baik ia tidur.

****

"Kenapa lo?" tanya Lego melihat muka muram Rival. Sepertinya ada yang tidak beres.

Rival menggeleng pelan.

Genta ikut penasaran. Tak biasanya cowok itu diam. "Kenapa lo?"

Rival tetap menggeleng pelan tanda tidak pa-pa.

Gilang lebih penasaran. "Ke---"

"GUE NGGAK PA-PA!" Rival ngegas padahal Gilang belum selesai bertanya.

Ketiganya langsung diam mendengar itu. Tak mau bertanya lagi daripada kena semprot. Semuanya memusatkan pandangan ke arah Rival ketika mendengar suara benda dibanting. Ternyata ponsel Rival dibanting.

"Kenapa lo banting?!" tanya Genta. Ponsel itu termasuk mahal.

"Nggak pa-pa."

Ketiganya hanya bisa mengembuskan napasnya. Lelah bertanya hanya dijawab tidak pa-pa.

"Kenapa sih nomer gue harus diblokir sama Cahya!" gerutu Rival.

"Jadi, lo kaya gini karena Cahya blokir nomer lo?" selidik Gilang.

Rival menggeleng. "Enggak sih."

"HALAH BACOT!"

Rival berdecak kesal. "Salah gue apa, ya? Di mana-mana dihujat mulu."

"Cahya juga. Kenapa pake marah. Lo pikir gue peduli apa, Cay?! Oh, jelas tidak!" oceh Rival membuat semuanya menatap aneh.

"Ya udah kalo nggak peduli diem. Nggak usah bacot," saran Genta.

Rival mengangguk. Ketiga teman Rival fokus bermain PUBG. Hanya Rival sendiri yang diam, karena ponselnya dibanting hingga retak.

"Gimana sih cara biar Cahya nggak marah?!"

"Mari ... kita mutilasi!" sahut Lego yang langsung berhenti nge-game karena mendengar perkataan itu.

"Gue bagian ngasah pisau," ucap Genta ambil bagian.

"Kalian itu ... sungguh tega."

Rival yang malang.

*****

Rival tersenyum manis ketika Cahya membuka pintu rumahnya. Niatnya ke sini untuk membujuk cewek itu.

Cahya langsung ingin menutup pintunya ketika melihat Rival tapi Rival gesit mencegahnya.

"Jangan dulu, Cahya."

"MAU APA LO?!"

"Buka blokir nomer gue."

Cahya menggeleng tegas tanda tidak mau. Ia masih sebal.

"Kenapa?"

"Males aja."

"Cay, kita pacaran loh." Rival mengingatkan, barangkali Cahya lupa.

"Hm."

"Utututu ... minta dibanting." Rival gemas melihat Cahya seperti ini.

"Siapa yang mau banting adek gue hah?!" sahut Guntur yang tiba-tiba datang dari arah dalam.

Rival hanya cengengesan.

"Lo mau banting Cahya?!"

"Bukan, mau banting abangnya. Skuyy gledek kita baku hantam. Gue lagi esmosi butuh samsak," ucap Rival begitu entengnya.

"Males banget gue nglawan anak bawang macem lo."

"Gue sentil pake jari aja lo bisa ilang!"

"Hilih bacot."

Cahya malas mendengar perdebatan itu. Lebih baik ia masuk.

"Lepasin!" sentak Cahya saat Rival mencekal tangannya.

"Maafin gue."

Rival langsung menangkup wajah Cahya agar menatapnya. "Lo sebel beneran sama gue hm?"

"Hm y."

"Kenawhy?"

"Ya introspeksi diri dong! Gue capek banget sama tingkah lo!"

"Capek itu wajar, Cay. Yang nggak wajar itu ketampanan seorang Rival Antergio," balas Rival ngawur membuat Cahya makin sebal.

Guntur menguap lebar. Malas sekali melihat drama prahara ini. Lagi dan lagi, ia hanya dijadikan angin.

"Gue beliin bakso mau?"

"Gak!" tolak Cahya cepat. Apaan, sogokannya murah sekali.

"Seblak mau?"

"Oh, tentu tidak!"

"Camilan?"

"No!"

"Maunya apa?!" Rival ngegas. Tak sabaran. Cahya langsung melirik sinis. Sadar akan ia yang kelepasan Rival langsung tersenyum manis.

"Cahya sayang maunya apa hm?" tanya Rival lembut. Cahya tertegun, jiwa bapernya bangkit. Bibirnya berkedut ingin tersenyum tapi ia tahan. Jaga image.

"Najisun!" maki Guntur dalam hati.

"Bakso, seblak, Pizza, redvelvet, burger, ayam bakar, atau apa? Mau yang berkelas dikit juga nggak pa-pa makanannya. Tinggal pilih, asal buka blokiran nomer gue."

Cahya langsung mengangguk semangat. Tawaran itu menggiurkan.

"PERGI LO BERDUA! ALERGI GUE LIAT DRAMA KALIAN!" Guntur selaku orang yang selalu menjadi angin di antara mereka berdua emosi.

*****

Thank you ❤️ jangan lupa tekan bintang ❤️

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now