"Pacar? Aku gak punya pacar Ma." Jawab Dima.

Namun...

Arra? Astaga Dima melupakan Arra. Seorang gadis yang sangat-sangat berbahaya.

Dima langsung berdiri meninggalkan game nya dan langsung meminta ponselnya yang sedang Stela pegang.

Benar saja, ini nomor monster kecil itu. Kecil-kecil dah jadi monster gimana gedenya.

"Apa?!" Ketus Dima pada Arra.

"......."

"Males!"

Stela dan Radit mengerutkan keningnya saat mendengar nada bicara Dima yang tak bersahabat itu.

"......"

"Oke gue kesana sekarang, puas lo!" Ucap Dima setelahnya telpon ia matikan sepihak tanpa menunggu jawaban dari Arra.

"Kenapa ngomognya gitu ke pacar kamu kak?" Tanya Stela saat Dima sudah mematikan telponnya.

"Dia bukan pacar aku Ma."

"Terus siapanya kamu? Mama tau kamu ga asal kasih nomor telpon ke orang."

"Tapi dia bener-bener bukan pacar aku." Jawab Dima merasa frustasi dengan keadaannya. Astaga mengapa ia harus dihadapkan dengan gadis bernama Arra.

•••••••


Sudah sekitar dua puluh lima menit Dima hanya duduk diam disebelah Arra yang juga hanya diam menatap danau dihadapannya.

"Lo kalo gak ada kegiatan lain mending jangan panggil gue deh. Gue juga punya banyak banget kegiatan." Kesal Dima. Pasalnya ia hanya diam, duduk tak melakukan apapun dan setidaknya Atrw harusnya bicara padanya walau terkesan dengan nada dingin tak apa yang penting tak sehening ini.

"Gue gak suka sepi. Gue gak suka sunyi hening kayak gini." Keluh Dima lalu menekuk sebelah kakinya.

Tak menoleh, pandangan Arra masih pada danau didepannya.  "tapi gue suka sunyi. Gue suka sepi, gue suka hening."

"Lo tuh aneh!"

"Ini belum aneh."

Jawaban dari Arra tak Dima hiraukan. Ia mengeluarkan ponselnya lalu mengklik icon kamera bersiap memfoto danau dihadapannya lalu setelahnya mengunggahnya ke media sosialnya.

"Hasil foto lo gak akan bagus kalo lo foto asal cekrek." Kritik Arra.

Merasa terhina dima melirik tak suka pada Arra. "Lo bisa foto nih danau lebih bagus dari hasil foto gue?"

Tak menjawab, Arra langsung mengambil ponsel yang sedang Dima pegang lalu mulai memfoto danau itu.

"Liat. Bandingin sama hasil foto lo tadi." Arra mengembalikan ponsel Dima.

Dima tersenyum. "Punya bakat foto juga lo, mendingan lah sikap dingin, cuek, datar lo itu masih ada kelebihan dalam hal foto memfoto."

Arra tah menyahuti. Ia kembali duduk bersandar pada pohon yang ada dibelakangnya dengan mata terpejam.

"Bahkan mungkin gue lebih buruk sama apa yang lo pikirkan saat ini." -Arra.

••••••••••

Dima lelah sedari pagi tak kunjung istirahat. Bahkan ia melewatkan tidur siangnya di hari sabtu. Dima seharusnya sudah tidur namun si kucrut Lucas malah menelponnya dengan suara memelas meminta bantuan.

Ia kira Lucas sedang dalam masalah karna ia bilang sedang berada di kantor polisi. Dima buru-buru keluar kamar lalu merampah kunci yang ada dimeja dan sialnya mengapa yang ia ambil malah kunci mobil yang jelas-jelas mobil dan motor itu berbeda kuncinya.

Tak ingin semakin lama, mau tak mau Dima menggunakan apa yang ada daripada harus masuk kembali naik turun tangga untuk mengambil kunci motor.

Sekitar tiga puluh menit Dima sampai. Ia keluar dari mobil dengan pandangan tak terbaca. Apa apaan ini. Lucas berada diluar dan saat ini sedang cengengesan dengan wajah sok lugu.

"Sialan! Gue hampir mati gara-gara kebut. Eh lo disini malah cengengesan." Desis Dima yang membuat Lucas menyengir lebar.

"Gue gabisa pulang gara-gara keabisan duit. Telpon si guguk Jeck gak diangakat makanya gue telpon lo."

"Repotin bgt hidup lo. Kalo repotin kayak gini mending mati aja ga guna juga lo hidup."

"Gitu amat lu sama gue."

"Buruan masuk. Gue tinggal juga lo disini."

"Sabar napah sih, Dim. Kayaknya lo sensian amat sekarang."

Dima tak menyahuti. Ia duduk anteng dengan Lucas yang menyetir mobil.

"Gue laper. Cari makan dulu lo yang bayarin."

Dima mendengus. Temen modelan Lucas yang harusnya sudah dibasmi. Bisa-bisanya dia mamanfaatkan uang temennya sendiri.

"Lama-lama ngelunjak nih orang."

Sampai di cafe, Lucas mulai memesan apa yang ia mau begitu pula dengan Dima.

Sambil menunggu makanan datang keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Lo gimana sama Arra?" Tanya Lucas memecah keheningan setelah lama diam.

"Kayaknya dia dah mulai capek deh. Soalnya dari dua hari yang lalu gak ada tuh dia ganggu-ganggu gue sampai sekarang." Jawab Dima lalu mulai meminum minumanya yang baru saja tiba.

"Mungkin aja. Tapi kemarin gue liat Fara jalan sendirian. Atau mungkin Arra gak masuk sekolah gara-gara sakit?" Ucapan Lucas membuat Dima diam sejenak lalu kembali melanjutkan minumnya lagi.

"Masa bodo lah. Lagipula dia juga bukan bener-bener pacar gue kan?" Jawab Dima yang mendapat anggukan kepala dari Lucas.

Mulai menikmati makananya dalam diam keduanya sama sekali tak berbicara saat makan dan tak memperhatikan sekitarnya.

Seorang gadis berpenampilan feminim dengan bandana yang menghiasi rambut indahnya itu terus menatap kearah Dima lalu tersenyum manis dari kejauhan,  "hallo sayang. Lama tak bertemu."

Senyum manisnya berganti dengan smirk khasnya saat melihat seseorang juga sedang mengawasi dua orang yang sedang makan itu.

"Ingin bermain-main denganku rupanya." Kekeh gadis itu dengan smirk-nya.


°°°°°°°°°°°°°°°°°°


Bukankah mulai menarik? Ingat, jangan pernah tinggalkan kisah ini karna kemungkinan kedua orang itu akan mengintaimu.

See you again gaes:))

Hello ArrabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang