HS14: I Do This

23 5 2
                                    

Vote dulu yuk❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu yuk
❤️





"Dia?"

Jeno dan Krystal terkejut dengan suara itu. Mereka kompak menghadap belakang seraya mencari tahu siapa pemilik suara dengan nada rendah itu.

"Siapa dia yang kalian maksud?!" tanya Hero dengan wajah pucat dibelakang Jeno dan Krystal.

"Krystal!"

"Krystal! Jelasin ke gue!" sentak Hero.

"Gue bakal jelasin" sahut Jeno.

"Gaada yang perlu dijelasin" sahut Krystal cepat, yang membuat Hero semakin butuh kejelasan.

Jeno dan Krystal tampak begitu tenang, mereka menghiraukan Hero yang matanya sudah terlihat berkaca-kaca.

Namun, perlahan Krystal melangkahkan kaki jenjangnya mendekati Hero.

Selangkah

Dua langkah

Tiga langkah

Brak!

Suara pintu yang didobrak dari luar sukses mengejutkan mereka bertiga. Nampak seorang lelaki memandangi Krystal dan berteriak padanya.

"Krystal! Gawat!"

"Ayah... Ayah diserang anak buah orangtua Ara." celetuk Bara di depan pintu.

Hero kembali tercengang saat ia mendengar nama Ara. Mulutnya menganga tak percaya, masih tak dapat mencerna apa yang sedang terjadi disini.

"Kita harus pulang! Paman DO dan paman Suga udah nyiapin pesawat sama mobil Van-nya. Kita harus cepet!"

"Pulang sekarang sebelum kita kehilangan Ayah." sambung Bara dijawab anggukan Krystal kemudian bergegas meninggalkan ketiganya.

"Ayo pulang." kata Krystal pada Jeno, dan bergegas keluar bersama.


"Lo juga harus pulang." kata Krystal tanpa ekspresi, ia lalu menarik tangan Hero.



🍂🍂🍂

Hero pasrah dengan keadaan, mengingat nyawanya sedang diujung tanduk sekarang. Ia semobil dengan mahkluk apa sekarang? gengster? mafia? Monster? atau iblis? Entahlah. Tangannya bergetar saat duduk diantara Jeno dan Krystal.

"Dimana Ayah sekarang?" tanya Krystal pada Bara.

"Ayahmu sedang sekarat di kastil. Suruhan Ara menyiksanya. Mereka ingin membunuhmu, tapi kamu tidak dirumah. Mereka masih melukai ayahmu, mereka mungkin benar-benar akan berhenti jika kita sampai di kastil." jawab paman Suga.

Percakapan percakapan kecil seperti ini mampu membuat Hero mengosongkan pikirannya.

Bukan untuk memfokuskan ke suatu hal, namun ketakutan yang mengosongkannya. Tak ada kesempatan lagi untuk hidup, batinnya.

"Lalu apa rencana paman?" tanya Krystal.

Sunyi, tak ada jawaban selama beberapa detik. Paman Suga lalu melakukan kontak mata pada Krystal melalu kaca spion diatas kemudi mobil, mengingat ada seorang tak dikenal sedang duduk bersama mereka.

"Tak apa. Dia temanku. Dia akan jadi tanggung jawabku. Biar aku yang mengurusnya" Sambung Krystal.

"Entahlah. Aku tidak bisa memikirkan rencana yang matang saat ini. Pikiranku hanya tertuju pada Ayahmu." jawab paman Suga.

"Baik. Aku punya rencana"

"Apa rencanamu? Jangan ceroboh" kata paman Suga.

"Paman Suga, Paman DO bersama yang lain menghadapi para suruhan itu. Jeno akan bersamaku nanti. Aku akan menyelesaikan orangtua Ara."

Sempat hening saat Krystal mengucap rencana itu. Sampai pada akhirnya dibalas anggukan oleh paman Suga.

"Baiklah. Kupastikan mereka semua lenyap malam ini. Kau jaga diri baik-baik, jaga kakakmu. Jangan lengah. Lalu bagaimana dengan temanmu?" Sontak semua orang memandang Hero.

"Biar ia jadi urusanku." sahut Krystal singkat. "Alangkah baiknya kita harus mempersiapkan diri dan mengisi keperluan kita di markas, secepatnya."

Hampir saat subuh mereka sampai di markas. Segala perlengkapan juga dipersiapkan matang.

Peluru, masker, sarung tangan serba hitam, lengkap dengan rompi antipeluru sudah tertempel ditubuh mereka. Kini, saatnya mereka melancarkan aksinya.

"Paman. Aku pergi sekarang." kata Krystal kepada paman dan kepada saudara-saudaranya. Ia pergi bersama Jeno dan Hero saat menerima anggukan dari seluruh keluarga Araga.




🍂🍂🍂

"Krystal. Jadi ini lo Sebenernya." ujar Hero sontak menghentikan langkah ketiganya ditengah perjalanan.

"Lo harus pulang." sahut Krystal tak menengok kearah Hero.

"Hero. Rahasiakan ini atau lo juga terpaksa harus kita bunuh." sahut Jeno.

"Pergi. Jangan pernah kembali." tutur Krystal.

Tak lama Hero bergegas meninggalkan mereka. Frustasi. Perasaan campur aduk mengguncang kepalanya. Ia ingin bertindak, namun tak tahu bagaimana caranya.









...
to be continue















Zeno wassoyo☺️

Zeno wassoyo☺️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEADSHOT | HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang