HS06: The Truth

33 6 0
                                    

Vote aja dulu, siapa tau suka❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote aja dulu, siapa tau suka
❤️





Krystal selesai bersiap untuk misi resmi bersama keluarganya. Ia masih berdiri didekat jendela, sambil menatap jauh keluar sana.

Ia masih mencoba menerima sesuatu dari apa yang selesai ia baca. Beberapa lembar kertas yang ia minta pada Renjun kemarin, tentang latar belakang Jeno.

Jadi... ini kebenarannya.




🍂🍂🍂




(Sudut pandang aku sebagai Krystal)

Kami melaksanakan misi yang mengharuskan kami menemukan siapa dalang yang mengirim Jeno.

Setelan hitam dari atas kebawah sempurna menutupi seluruh lapisan kulit.

Ditambah masker, sarung tangan kulit, sepatu boot dan kacamata yang seluruhnya berwarna hitam terlihat sempurna saat kupakai. Indah, namun mematikan.

Aku yakin tak ada yang bisa mengidentifikasi kami dengan mudah, bahkan mustahil. Segala alat elektronik kami tinggal. Hanya senjata dan peluru terikat sempurna di lingkar perutku.

Dan inilah. Misi resmiku dari Ayah dimulai.

Segala informasi telah kami terima. Dimana tempatnya, bagaimana orangnya, berapa banyak suruhannya, bahkan senjata yang digunakan mereka pun kami tahu.

Kami memasuki gedung megah namun sangat padat kardus coklat berukuran besar. Siapa sangka isinya adalah bom rakitan dan segala macam persenjataan ilegal.

Aku berada ditengah saat pencarian. Dipimpin paman Suga dan paman DO yang sangat lihai mengidentifikasi segala sudut ruangan, luar biasa. Disusul Bara dan Paman Minho menjaga diarea belakangku.

Kami menyusup mengendap-endap sambil membungkuk, beberapa menit kemudian kami menemukan ruang inti dari gedung itu. Bisa dikatakan sebagai jantung gedung ini.

Aku mendapati Jeno bersama mereka. Namun ia tak dapat mengenali aku.

Tak lama kami membabi buta tempat itu, melucuti bebas peluru ke ruangan yang hanya berisi belasan manusia dan beberapa alat elektronik. Ku tegaskan lagi, kami hanya membabi buta ruang inti itu.

Paman DO, Paman Suga, dan Paman Minho memberiku perintah membunuh mereka semua.

Tentu saja sangat mudah kulakukan. Mulai dari dahi, jantung, sampai leher aku sanggup menembaknya berkali-kali tanpa berkedip.

Namun, saat tiba giliran Jeno, tanganku bergetar. Bayangan ayah dan ibuku muncul dikepalaku beberapa detik. Takut penyesalan terjadi suatu saat nanti. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan.

HEADSHOT | HeroWhere stories live. Discover now