35 || blood and wounds

Start from the beginning
                                    

"Nah Bara-

"Cukup!!Genta!! Apa penawarannya?, karena gue yakin Lo gak bakal ngasih tau Lingga cuma-cuma"

Dipotong seperti itu oleh Pele ,Genta terkikik geli. Pele terlalu pintar untuk dikelabui.

Tapi Genta tidak langsung menjawab, malahan dia membuka jaketnya membuat yang lainnya menatap Genta awas tapi tak lama semuanya langsung membola begitu melihat baju putih Genta terdapat banyak noda darah disana.

Topan yang biasanya selalu terlihat santai, kali ini dia bahkan sampai menggertakkan giginya. Saking  kelewatannya Genta yang setelah membunuh adiknya pun ia masih bisa setega itu untuk menyakiti orang lain.

Pele langsung berteriak kencang.

"Genta, Lo apain Lingga?!"

"Menurut Lo?"

Pele langsung maju, tapi Topan keburu mencekal lengannya.

"Gue gak pernah nyangka Gen, Lo sekotor dan sebajingan gini!!"

Mendengar cacian itu, Genta malah tersenyum simpul.

"Oke, sekarang gue pinta semuanya keluar dari sini kecuali Pele. Dan Lingga gak ada disini kalo Lo mau nyari cari diluar, karena Lingga gak ada disini. Dan penawarannya cuman satu gue mau Pele sebagai ganti Lingga "

Mendengar itu semuanya langsung melotot tak terima.

"Lo gila!"

Maki Erlang.

"Iya atau gak sama sekali, karena gue yakin si Lingga sekarang tuh anak benar-benar udah kehabisan darah dan kalo gak ditolong dia bisa mati"

Oke sekarang, bahkan Genta berani mengakui jika dirinya memang bajingan.

Pele yang sedari tadi diam, langsung maju.

"Gue bisa jaga diri Lo semua pergi bawa Lingga"

"Gak bisa, si Genta bisa ajah bunuh Lo Pel!"

Pele tersenyum miring.

"Gue lebih baik mati daripada harus ngorbanin Lingga"

Mendengar itu Iky menarik Erlang, Pele sudah memutuskan maka mereka tidak bisa menolak.

"Gimana?"

Tanya Genta begitu melihat Pele bergerak maju ke arahnya.

"Gue terima, sekarang dimana Lingga"

"Gue bakal kasih tau lewat pesan, kalo yang lainnya udah pasti keluar dari area dan sampe ada yang minta bantuan ke yang lain gue bakal batalin dan tetep nahan Lingga dan Lo juga Pel. Tapi kalo kalian semua nurut gue, bakal ngasih tau Lingga, gimana?"

"Oke "

Mendengar itu Genta tersenyum senang.

"Oke, sekarang semuanya bisa keluar. Kecuali Pele"

Mendengar itu semuanya langsung keluar, tapi sebelum benar-benar keluar Bara menghampiri Pele.

"Gue gak bakal bilang makasih dan maaf. Karena Lo sendiri yang buat keputusan. Jadi Pel gue tanya sebelum benar-benar terlambat. Lo nyesel?"

Ditanya seperti itu Pele tersenyum tipis.

"Apapun buat Lingga gue gak pernah merasa nyesel toh gue utang nyawa sama dia jadi emang udah waktunya ajah buat bayar"

Setelah semuanya keluar dan Genta benar-benar memastikan mereka semua sudah pergi, kini hanya ada Pele dan Genta.

"Nah, Pele sekarang Lo maju kemari. Biar gue liat wajah menyedihkan Lo"

Disuruh seperti itu , Pele mencibir tapi dia tetap menurut dan maju selangkah demi selangkah.

Membuat Genta makin tersenyum lebar.

Tapi sebelum Pele mencapai langkah ke-lima. Dari arah belakang terdengar suara tembakan dan bersamaan itu peluru dengan cepat menembus tubuh Pele.

Membuatnya jatuh Limbung ke depan bersama darah yang mulai keluar.

Genta langsung menatapnya terkejut.

"Gak usah ngedrama lagi. Dimana Lingga? Gue udah penuhin syarat Lo. Dan Lo tau kalo Lo berani main-main sama gue. Tembakan berikutnya gue pastiin di kepala Lo"

Mendengar ancaman dari seseorang yang berada di ujung ruangan, Genta langsung mengubah mimik wajahnya dan tertawa kencang sampai-sampai Genta memegang perutnya.

Puas dengan tawanya Genta pun duduk di bawah lalu membawa ponselnya yang berada di saku, mengetik sesuatu dan tak lama terdengar bunyi notif dari orang itu.

"Sesuai janji gue udah kiriman ke Lo"

Orang yang tadi menembak Pele, langsung  membaca isi pesan dari ponsel retaknya beberapa jam lalu dibanting. Pegangan pada pistolnya menguat seiring dengan informasi yang baru saja ia terima, wajahnya mengeras. Orang itu pun menatap tajam ke arah Genta yang dibalas dengan seringai Genta.

Tempat itu ternyata tidak jauh darinya dia pun segera bergegas.

Tapi sebelum dia mencapai arah keluar, Genta memanggil.















"Tara"









Tara orang yang menembak Pele itu, berhenti tapi enggan berbalik.

"Lo baru bunuh temen Lo dan Lo pergi gitu ajah?"

Tara kira apa, tapi kemudian anak itu melanjutkan langkahnya tapi sebelum benar-benar keluar pergi meninggalkan Genta dan tubuh terkapar Pele.

Tara berucap.

"Ada harga di setiap pengorbanan, gue yakin Pele nerima keadaannya"

Tara pun pergi dari sana, meninggalkan Genta yang sudah kembali tertawa kencang.

Rumah Untuk Lingga (Completed)Where stories live. Discover now