NAYLA - 53

3.8K 290 16
                                    

"Cinta yang katanya memberi kebahagiaan pada nyatanya hal itu tidak pernah aku dapatkan."

_Nayla Shaquille Assadiq


Nayla memandang tempat disekelilingnya, alisnya menaut bingung karena merasa asing pada tempat kali ini. Dimana dirinya?

Kenapa tempat ini begitu sangat aneh? Nayla tidak pernah melihat tempat ini sebelumnya.

"Nayla, anakku..."

Suara itu membuat Nayla menoleh, matanya menatap tak percaya pada seseorang yang kali ini lihat.

"Ma-mama?" Beonya tak percaya.

Mata keduanya beradu, baik keduanya sama-sama merindukan satu sama lain. Takdir memaksa mereka berpisah, bahkan sejak kecil Nayla tak pernah merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu.

Diana mendekat, mendekap tubuh putrinya dengan penuh sayang. Mencium wajah Nayla berkali-kali, tangisnya pecah.

Nayla pun sama, balas memeluk tubuh hangat ibunya. Setelah melihat ibunya, Nayla tak ingin apa-apa. Seperti luapan keinginannya sudah terpenuhi, Nayla tak ingin apapun lagi ketika sudah melihat wajah ibunya kembali.

"Ma, mama jangan pergi lagi. Nayla nggak mau sendiri lagi. Semuanya jahat ma, budhe jahat! Bang Jevan jahat, Devano jahat! Bahkan ayah juga!"

Diana menggeleng, membayangkan bagaimana putrinya banyak mengalami kesulitan karena kesalahannya di masa lalu membuat dadanya terasa sesak.

"Maafin mama, sayang. Maafin mama, karena kesalahan mama kamu jadi menanggung banyak beban." Ucap Diana, merasa sangat bersalah pada putrinya itu.

Nayla menggeleng, tangisnya kembali pecah. Entah kenapa rasanya sesak dan menyakitkan. Nayla tak kuat lagi menahannya. Semua rasa sakit yang ia terima selama ini ingin ia segera akhiri.

Nayla ingin mengakhiri semuanya, termasuk hidupnya sendiri.

"Ma, Nayla pengin ikut mama. Nayla udah nggak kuat, Nayla pengin tenang." Ucap Nayla dengan suaranya yang bergetar.

Diana tidak ingin menjadi egois, putrinya tidak boleh menyerah secepat ini. Masih banyak hal yang harus putrinya itu lewati.

"Enggak sayang, hidup kamu masih panjang. Kamu enggak boleh nyerah, jangan buat kesalahan yang sama kayak mama dulu. Anak mama, anak yang kuat 'kan?" Diana menangkup pipi Nayla dan mencoba menguatkan hati putrinya.

"Tapi ma...."

Diana menggeleng, "Mama harus pergi, sayang. Jaga diri baik-baik, mama akan selalu bersama kamu."

Setelah mengatakan hal itu, sosok Diana menghilang dari pandangan Nayla. Nayla jatuh terduduk, hatinya tercubit. Perasaannya hancur berantakan.

Nayla terus berteriak memanggil nama ibunya berkali-kali.

"Enggak, mama nggak boleh pergi! Mama!"

Nayla membuka mata, keringat dingin meluncur deras dari pelipisnya. Mimpi itu terasa sangat nyata, Nayla tak bisa menahan air matanya.

"Nayla...."

Kesadarannya kembali ketika mendengar suara yang tak asing terdengar di telinganya. Kepalanya ia tolehkan, ada sedikit rasa terkejut ketika melihat Ratih kini tengah duduk di kursi samping ranjangnya.

NAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang