Regrets : 10 - Friends

949 123 9
                                    

All My Regrets : 10 

.

.

.

"Seragam itu, kau yang menabrakku pagi tadi, 'kan?"

Eren memasang raut bingung, "Ah, benarkah? Aku tidak mengingatmu, maaf kalau begitu." Jawab Eren canggung.

"Kalian bertemu? Dimana?" tanya Mikasa pada kedua pemuda di depannya dan menatap mereka secara bergantian.

Sementara Levi beranjak setelah menghabiskan tehnya, mengambil tasnya lalu berpamitan, "Aku berangkat dulu. Kalian kenalanlah sendiri dan jangan membuat ribut. Jangan lupa jaga Mikasa." ucapnya pada siapapun yang ada di ruangan itu tanpa menunggu lama lagi langsung menghilang dari balik pintu.

Melihat Armin yang tidak bergeming, membuat Eren yakin kalau mereka sudah kenal sejak lama.

Sayang sekali, baik Eren atau Armin tidak menjawab pertanyaan Mikasa.

Setelah melepas coat-nya, Armin mendekat dan menjulurkan sebelah tangannya pada Eren, "Namaku Armin Arlert. Aku teman Mikasa, salam kenal."

Eren menjabat tangan Armin lalu membalas, "Eren Yeager. Salam kenal."

Mikasa mengerucutkan bibirnya karena sempat tidak digubris dan memasang raut malas.

Begitu tangan terlepas, Armin mengambil satu kursi yang terpisah untuk ia duduk dan mulai bercerita tentang dirinya sendiri.

Eren bukanlah tipe yang seperti itu, jadi ia hanya mendengarkan dan akan menjawab jika ditanya.

"Jadi kalian kenal waktu awal masuk SMA ya?" tanya Armin.

Mikasa mengangguk, "Iya, Eren itu sangat pendiam." Ucapnya pada Armin diselingi tawa ringan.

Eren tersenyum tipis, bermaksud mengiyakan fakta tersebut.

"Oh iya, Eren, Armin dan aku berteman sejak kecil. Kami baru berpisah waktu kakakku mengambil pekerjaan di Shiganshina." Ucap Armin menjelaskan.

Eren menggumam, terpikir oleh kata-kata Jean semalam, "Kurasa kau tidak terlihat seperti orang Paradis."

Armin tersenyum, "Benar. Aku dan Mikasa berasal dari Marley."

Eren mengernyitkan dahinya, dalam hati ia sempat terkejut karena selama ini Mikasa pindahan dari Marley? Eren tidak tahu fakta itu sampai detik ini. Sebenarnya banyak yang masih tidak diketahui tentang gadis itu. "Marley? Kau jauh-jauh dari Marley untuk menjenguk Mikasa?" tanya Eren.

Pasalnya, Marley cukup jauh dari Paradis, terlebih kota Shiganshina berada di tengah pulau. Itu artinya butuh sekitar 6 jam perjalanan menggunakan pesawat.

Armin mengedikkan bahunya, "Tentu saja. Bagaimana aku tidak khawatir kalau mendengar kabar dia sakit?" pertanyaan Eren terdengar sedikit bodoh baginya.

"Hahahaha, padahal aku tidak mau kau repot-repot datang kemari." Balas Mikasa. "Aku jadi merasa bersalah telah membuatmu harus datang ke Paradis."

Eren menggumam, "Benar juga, ada aku disini."

"Er—" ucapan Mikasa terpotong sebelum ia menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba reflek memegang kepalanya, "aku pusing..." gumamnya.

Sedetik kemudian badannya terasa lemas, seakan ingin pingsan.

"Mikasa?!" gumam Eren. Berhubung Eren di sebelahnya, secara reflek ia langsung menangkap Mikasa dan segera membaringkannya di kasur.

Armin dengan segera menekan tombol darurat yang ada di dekat sandaran tempat tidur untuk menghubungi para perawat.

All My Regrets (Eren X Mikasa) | EreMikaWhere stories live. Discover now