Regrets : 9 - Blonde

902 125 13
                                    

All My Regrets : 9 

.

.

.

"Eren, apa kau ada waktu?"

Baru saja Eren ingin menanyakan siapa, tapi orang dari suaranya saja Eren sudah tahu.

"Jean? Ada apa?"

Eren orang yang tertutup, dari mana Jean mendapatkan nomor ponselnya padahal selama ini Eren tidak pernah memberitahunya?

Tapi niat bertanya itu Eren urungkan, mungkin Jean mendapatkannya dari data anak basket.

"Kau di rumah sakit ya?" tanya Jean dari seberang sana.

Eren terdiam sejenak, lalu menjawab, "Tidak, aku di rumah."

"Oh kebetulan sekali! Ayo kita bertemu di perempatan dekat sekolah, kita ke tempat Reiner, kau mau kan?"

Jadi itu alasan Jean menghubungi Eren adalah untuk mengajaknya ke tempat Reiner. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan ajakan Reiner waktu lalu. Eren tampak berpikir, tapi karena dia merasa sedang longgar, maka dengan cepat Eren langsung menyetujuinya, "Oke. Aku ikut." sebelum pikirannya berubah. Lagi pula, tidak ada salahnya sesekali mencoba.

"Yes, kalau begitu aku langsung ke perempatan, ku tunggu kau disana." Jean sumringah, terdengar dari cara bicaranya meski tak terlihat bagi Eren.

"10 menit."

.

.

.

Blauer See Café

"Wow..." gumam Jean.

Mereka tiba di sebuah café yang cukup ramai dan tampak luar yang terlihat mewah dengan dekorasi yang elegan membuat nuansanya terasa tenang. Ditambah suasana malam yang semakin membuat semakin nyaman. Eren hanya memperhatikan sekilas lalu mengisyaratkan pada Jean untuk segera masuk ke dalam.

"Kalian sudah datang?" ucap seseorang.

Tanpa disangka, Reiner langsung datang menyambut mereka. Tidak seperti yang mereka bayangkan, Reiner memakai pakaian casual biasa. Padahal beberapa pelayan mengenakan seragam yang sama.

"Kau bilang kau bekerja di sini?" tanya Jean yang penasaran.

Reiner tersenyum tanpa menjawab, membuat Jean dan Eren saling bertatapan sesaat sebelum akhirnya mereka berusaha menebak.

"Jadi kau pemiliknya?" tebak Eren.

Jean sontak membulatkan matanya. Menatap Reiner dari ujung kaki sampai ujung kepala. Reiner yang dipandang hanya tersenyum ringan. "Ya, bisa dibilang begitu. Tapi aku bekerja disini." Ungkap Reiner.

"Wah, aku masih tak menyangka. Kau punya ini semua padahal kau seumuran denganku." Ucap Jean yang masih tidak percaya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak kagum. "Bagaimana menurutmu, Er—" ucapan Jean terpotong saat melihat Eren, membuatnya mengingat kalau Eren adalah anak dari dokter terkenal. Tentu saja pemuda brunette itu orang kaya. Lalu Jean memilih diam tak melanjutkan kalimatnya.

Eren hanya mendengus, terkadang hal-hal kecil seperti ini hanya bisa ia dapatkan bersama Jean. Teman yang paling lama bertahan dengannya. Meskipun Eren sendiri tak yakin, apa dirinya benar-benar menganggap Jean sebagai teman dekatnya.

"Kalian sudah ku carikan tempat duduk paling nyaman, ayo kesana." Ajak Reiner.

Eren menepuk pundak Jean lalu mereka bertiga ke tempat yang sudah dipesan oleh pemiliknya sendiri.

All My Regrets (Eren X Mikasa) | EreMikaWhere stories live. Discover now