Laki-laki itu mengangkat sebelah sudah bibirnya dan mempererat pelukannya pada Karina.

"Badannya wangi," gumam Karina kemudian kembali mendongak.

"Yang benar saja, untuk ukuran pengemis dia terlalu tampan dan lagi wajahnya tampak familiar. Dimana aku pernah melihatnya ya? sangat tidak beres," Karina membatin seraya memicingkan mata, menatap intens laki-laki berjubah lusuh itu yang tengah memeluknya.

Laki-laki itu memalingkan muka dengan wajahnya yang terlihat merah.

Setelah sekian purnama bersembunyi dari gerombolan bandit itu, Karina dan laki-laki itu keluar dari tempat remang-remang yang sempit itu. Setelah mereka keluar hanya ada  keheningan dari dua insan yang sedang berpelukan dan memadu kasih itu.

Mereka baru menyadarinya dan langsung melepaskan pelukannya satu sama lain dengan perasaan canggung.

"Terimakasih atas bantuannya," Karina sedikit menekuk lututnya sehingga seperti sedang membungkuk.

"Tidak apa-apa nona, itu sudah menjadi tugasku untuk menyelamatkan orang yang sedang kesusahan," tidak sebenarnya aku hanya akan menyelamatkanmu saja. Jika orang lain aku tidak peduli," laki-laki itu tersenyum sopan.

Karina memalingkan muka sembari menggaruk tengkuknya, dia salah tingkah sekaligus malu.

"Kalau begitu aku akan pergi, sampai jumpa," Karina hendak pergi namun lengannya dicekal laki-laki itu.

"Biar aku yang menemanimu berkeliling, tidak mungkin jika kau berjalan-jalan sendiri tanpa pengawalan apapun dengan pakaian mencolok seperti itu."

Karina mengangguk setuju.

"Apa kau tinggal di Axton, Oscar?" tanya Karina menatap laki-laki yang berjalan disampingnya.

Laki-laki yang bernama Oscar itu mengangguk.

"Dimana kau tinggal?" tanya Karina, penasaran.

"Aku tidak memiliki tempat tertinggal," jawab Oscar dengan entengnya.

Karina tampak berpikir, "Setahuku, warga kota ini gak ada yang gak punya tempat tinggal deh. Apa data yang di kasih Carel salah ya?" gumam Karina yang terdengar jelas ditelinga laki-laki itu.

"Kau pengganggaran?" tanya Karina yang dapat plongoan dari laki-laki itu.

"Iya," jawab Oscar menundukkan kepalanya, menyembunyikan kekehaannya.

Karina berhenti berjalan, "Apa kau mau kerja di tempatku? Disana banyak pegawai laki-laki seusiamu," kata Karina yang sudah berbalik menghadap Oscar.

"Ah itu maksudku bukan seperti yang kau pikirkan. Walaupun pegawai di tempatku adalah laki-laki muda namun bukan pekerjaan yang seperti 'itu'" jelas Karina mengutip kata 'itu'.

Laki-laki itu tanpa ragu mengangguk," mohon bantuannya, nona." Oscar mengulurkan tangan.

Karina menjabatnya.

Karina sedikit tersentak, "Kalau dipikir-pikir bukan cuma wajahnya yang familiar bahkan sentuhan tangannya pun sangat familiar. Entah kenapa aku merasa bahwa aku adalah orang mesum. Apa cuma perasaanku saja ya?"

Karina mengajak Oscar itu berjalan-jalan mengelilingi kota Axton. Tidak lupa membeli beberapa makanan untuk dimakan dijalan sambil sesekali Karina bertanya tentang kehidupan Oscar yang cukup misterius.

Karina menarik tangan laki-laki itu tanpa izin, "Oscar, ayo ke alun-alun kota."

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, langit sudah menunjukkan warna jingga dan Karina memutuskan untuk pulang ke kastilnya sebelum dia ketahuan atau mungkin sudah ketahuan?

Karina dan Oscar berniat naik ke kereta kuda menunjuk kastilnya. Setelah beberapa menit naik kereta kuda mereka sampai di kastil.

"Ayo cepat Oscar," Karina sekali lagi menggandeng tangan Oscar dan berlari.

"Nona, darimana saja?" tanya seseorang di depan pintu gerbang kastil.

Dia Erroll yang sedang bersandar di tembok batu gerbang kastil, tidak lupa dengan tangannya yang dilipat di dada. Erroll menatap Karina dan Oscar bergantian dan tatapan matanya menatap tangan Karina yang sedang berpegangan tangan dengan Oscar.

Karina kaget, "I..itu aku pulang Erroll." Karina tersenyum kikuk dengan dada yang berdetak sangat kencang.

Erroll tidak menjawab. Dia masih memperhatikan tangan Karina dan laki-laki itu yang masih terpaut, tidak terpisahkan.

Karina yang sadar akan hal itu melepaskan genggaman tangannya dari Oskar yang disertai kekehan kikuk miliknya dan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhnya.

"Nona, darimana saja anda?" tanya Gaston dengan tatapan wajah yang terlihat cemas.

"Aku hanya keluar sebentar."

"Sebentar katanya? Lima jam kami mencari anda dan anda bilang itu hanya sebentar?" tanya Farga dan Fargo serempak.

Karina bungkam.

"Sudah, mari kita masuk terlebih dahulu. Nona Karin dan tuan yang ada di sebelahnya sepertinya sangat lelah," kata Gaston memecahkan ketegangan disana.

Mereka menghelai nafas lalu mengangguk.

"Anda harus menjelaskannya termasuk laki-laki yang ada di sebelah anda," Erroll melirik sekilas Oscar.

***

"Itulah yang terjadi," kata Karina setelah menceritakan detail kejadian kemana dirinya pergi dan siapa laki-laki yang dibawanya pulang itu.

"Jadi dia akan bekerja untuk anda?" tanya Alois menilai laki-laki yang duduk disebelah Karina.

Karina mengangguk.

"Bukankah anda tidak membutuhkan pegawai lagi?" tanya Zion yang biasanya jarang berbicara.

"Aku tidak yakin tapi aku akan memperkerjakannya," kata Karina kukuh.

"Lagi bagian apa dia bekerja?" tanya Erroll.

Karina menoleh kearah Oscar, "Apa yang bisa kau lakukan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Oscar malah berkata, "Aku bisa menjadi pelayan pribadimu."

Seisi ruang rapat menatap sinis Oscar.

Brak

"Aku tidak setuju," kata Caesar menggebrak meja.

TBC

Menurut kalian sejauh ini siapa yang akan menjadi Ml-nya? Apakah Erroll?  Ataukah Alois? Atau siapa? Tulis pendapat kalian disini.

Jangan lupa vote dan komen. Jika banyak yang komen saya akan usahakan besok kembali update walaupun mungkin tidak akan jam segini karena besok saya akan sangat sibuk.

Omong-omong ini adalah chapter terpanjang dari semua chapter jadi semoga tidak membosankan.

Sampai jumpa,

Dinaaaoh

Akulah Sang Perdana MenteriHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin