Prolog

14 3 0
                                    

Seseorang dengan pakaian yang serba gelap dan tertutup tengah terdiam di depan lukisan besar yang memperlihatkan gambar buket bunga lily berwarna oranye yang terlukis dengan sangat indah dan sempurna di setiap bagian-bagiannya.

Orang itu terdiam cukup lama, lalu tangannya terangkat dan menurunkan lukisan dari dindingnya yang sudah bertengger di sana hampir sepuluh tahun lamanya. Ia memasukkannya ke dalam gudang dan menutupinya dengan kain tipis berwarna putih.

Setelah mengunci pintu gudang, ia berjalan menuju kamarnya yang berantakan karena terdapat tumpukan kertas yang berserakan di atas kasur dan juga sebuah laptop yang menyala.

Orang itu memejamkan matanya sejenak, menarik nafas panjang, dan tersenyum miring. Setelah lebih dari tiga tahun lamanya ia menunggu. Akhirnya, permainan yang ia buat akan segera dimulai.

Matanya kembali terbuka, ia mengambil salah satu foto polaroid yang berada di dalam buku dan menatap foto itu dengan tatapan mengejek. Tangannya lalu mengepal, meremas kuat foto itu dan melemparkannya ke sembarang arah.

Dirinya terlihat jelas seakan emosi, namun tertahan. Tentu, ia akan menahan emosinya selalu untuk kedepannya, demi keberhasilan rencana yang telah ia buat.

Orang itu tak boleh gegabah hanya karena emosi yang tak bisa ia tahan.

Matanya memicing, lalu dengan segera ia keluar dari bangunan yang menjadi tempatnya tinggal dan pergi menuju korban pertamanya berada.

*****

AthenaWhere stories live. Discover now