PROLOG

683 104 554
                                    

Selamat datang💜💙

Semoga suka sama ceritanya, yaa💜

-CICAK🦎-

Laki-laki yang memiliki tahi lalat kecil pada belakang telinganya itu, mengacak-ngacak rambutnya kasar.
Lagi-lagi semut sialan itu menggigit kakinya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Suara alunan musik dengan volume yang lumayan tinggi mengganggu indra pendengarannya. Laki-laki itu menggeliat gelisah sambil menyingkirkan kabel-kabel yang berada di sekitar tubuhnya.

Merasakan wajahnya panas akibat terkena sinar matahari, laki-laki itu berusaha untuk membuka matanya.  Laki-laki itu menguap panjang, lalu menoleh ke arah samping tepat pada handphone yang masih menyala di atas lemari pakaiannya. Astaga, ia lupa mematikan siaran langsung yang ia siarkan di aplikasi tuktuk kemarin malam.

"Oh, selamat pagi para penggemarku." sapa laki-laki itu dengan wajah polosnya.

Ia mengambil ponselnya dari atas lemari, lalu segera mengakhiri sialan langsung itu. Laki-laki itu terkekeh kecil ketika dirinya sempat membaca komentar dari akun penggemarnya yang berisi umpatan karena dirinya selalu melakukan siaran langsung.

"Kakak Cakra! Tolong segera bersihkan kue-kue yang berantakan di atas ranjangmu itu!" ucap seorang perempuan yang memakai seragam lengkap SMP dengan suara cemprengnya itu. 

Cakra Argamentasi. Ya, itu adalah pemberian nama dari pria si kutu buku. Cakra harus menerima bahwa dirinya mempunyai nama dari hasil pelesetan kata argumentasi. Argumentasi, kata itu mungkin akan di temukan pada bangku SMP.

Cakra melempar selimutnya ke sembarang arah. Ia menatap tajam dua orang kembar yang tengah mengintip di balik pintu kamarnya.

"Apa yang kalian lihat?!" Cakra menaikkan sebelah alisnya.

Perempuan dan laki-laki kembar itu menyengir lebar menatap Cakra.
"Kata Bunda, kakak bakalan nikah. Jadi, kami berdua berniat ingin mencuri uang dari laci meja kakak." laki-laki yang bernama Laki itu berkata jujur.

"Benar. Kami berdua hanya diberikan uang lima ratus ribu untuk jajan hari ini. Ini kurang." ucap Kila menyetujui ucapan Laki,  kembarannya.

Cakra tersenyum tipis. "Baiklah, ambil saja dompet kakak di dalam kemeja hitam itu. Ambil enam juta saja. Jangan lebih." Cakra menunjuk sebuah kemeja hitam yang tergeletak di lantai.

Mata Laki dan Kila berbinar-binar.
Dengan cepat mereka memasuki kamar Cakra. "Terima kasih kakak ganteng." ucap Laki dan Kila kompak.

Cakra mengangguk sembari merapikan tempat tidurnya. Saat Laki dan Kila berniat keluar dari kamar Cakra, suara Cakra yang berteriak memanggil mereka berdua, membuat langkah mereka terhenti.

"Iya, kak?"

Cakra berdehem pelan. "Apa yang kalian katakan tadi?" tanyanya.

"Yang mana?" Laki dan Kila saling bertatapan.

Cakra berdehem kecil. Ia menunjuk sebuah foto yang di tempel pada dinding kamarnya. "Apa yang dikatakan Bunda?" Cakra menaikkan alisnya.

"Ehm, menikah. Kata Ayah, sebentar lagi kakak akan membuat anak." kata Kila menjawab. Kila meringis ketika kepalanya di geplak oleh Laki.

"Memiliki Kila, bukan membuat," ujar Laki seraya mengusap rambut Kila.

"Siapa yang akan menikah?" Cakra mendekati kedua adiknya itu.

"Kakak." jawab Laki dan Kila barengan.

Cakra tersentak kaget. "Gue?" Laki dan Kila mengangguk menjawab.

-CICAK🦎-

"Udah?" tanya seorang wanita yang tengah duduk sambil membawa beberapa gaun di tangannya.

"Huh! Kayaknya jodoh Citra udah meninggal deh! Citra yakin, kali ini pasti cowoknya kabur lagi," ucap Citra dengan wajah lesunya.

Citra kembali membuang sebuah gaun yang harganya sekitar seratus delapan puluh delapan juta di tempat sampah. Dengan sekuat tenaga, Citra menendang tempat sampah di depannya itu.

"Dia yang masuk surga, Citra yang masuk neraka! Bik, calon suami Citra gak bakal kabur lagi 'kan?!"
tanya Citra dengan nafas memburu.

"Enggak, Citra yang cantik jelita. Dia itu adalah seorang pria yang kaya raya. Gue pastiin, dia gak bakal insencure dengan lo," jawab Bikbik berusaha meyakinkan Citra.

"Ah, males! Lo pergi sono! Gue mau main piano lagi." ucap Citra mengusir Bikbik.

Bikbik menarik nafasnya dalam.

"Citra yang paling cantik, cantok dan centok sekali, lo harus siap buat nikah. Siapa tau, kali ini cowoknya ganteng." ucap Bikbik seraya tersenyum.

"Eleh, ganteng ndasmu!" kesal Citra.

Bikbik terkekeh geli. "Lo gak mau punya suami kayak Manu Rios?" tanya Bikbik seraya menaik turunkan alisnya.

Mendengar nama itu, berhasil membuat Citra menatap Bikbik tak percaya. "Emang seganteng itu?" tanyanya seraya tersenyum.

Belum sempat Bikbik menjawab pertanyaan Citra, suara wanita yang berteriak membuat Citra terperanjat kaget. "Bunda?!"

"Huh, sayang. Bisakah kamu sehari saja tidak menyentuh piano sialan itu?!" kesal Susi, bunda Citra.

"Enggak." jawab Citra.

Susi menghela nafas berat. "Calon suami kamu tampan, Citra. Percaya sama bunda. Secepatnya kamu keluar," ucap Susi.

Susi mengambil gaun yang sudah Citra buang dari tempat sampah.
"Jangan buang-buang gaun, sayang. Masih banyak orang yang menginginkan gaun ini." kata Susi lalu segera keluar dari kamar Citra.

Citra tercengang mendengar ucapan bundanya. Citra melirik Bikbik.

"Gue jadi nikah?" tanya Citra dengan wajah yang memancarkan ketakutan.

-CICAK🦎-

Selamat datang 💜

Jangan lupa vote sebelum meninggalkan chapter pertama😉


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH CINTA CICAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang