Empat puluh dua

2K 280 101
                                    









Kana langkahin kakinya acuh menuju dapur, letakin kantong plastiknya di atas meja kemudian ambil buku noted kecil warna-warni beserta pulpennya. Duduk di kursi setelah keluarin semua anak yang dia dapet sesorean keliling kota.

Byan yang dari tadi perhatiin cuman dengus lalu duduk di depan adiknya yang sibuk kasih label 'Punya Kana' disetiap makanan.

Kebiasaan biar ngga ada yang ambil padahal tetep aja kecolongan. Kalo bukan Byan yang nyulik, tentu penghuni rumah lain. Papa Rayyanzah contohnya.

"Kak Byan ngga boleh minta."

Baru aja Byan mau raih susu kotak. Langsung urung, berakhir tumpuin dagu di meja. "Dari mana? Siapa ini yang jajanin?"

"Kak Jey."

"Dih?" Perginya bareng Alwin, pulangnya sama Jey. Gimana ceritanya. "Udah tau?"

Anaknya ngangguk. Masukin anak-anaknya ke dalam kulkas. "Kak Jey udah cerita semuanya."

"Ngga seru ahh, masa bentar doang konfliknya."

Lirikan sebal langsung Kana layangkan. Bisa-bisanya dia dapet Kakak modelan Byan yang hoby adiknya kena konflik.

"Santai dong. Kak Byan kan cuman bilang."

"Bilangnya jelek. Kana ngga suka."

"Terus sukanya apa?"

"Kak Raffa, chiki, susu strawberry sama uang."

"Oih!" Byan kaget dong. "Diajarin Alwin pasti nih."

Kananya acuh. Kembali duduk di depan Byan sambil minum segelas susu yang dia ambil sendiri. "Besok Kak Byan mau ikut tampil ya?"

"Iya. Dateng. Jangan sampe ngga dateng. Ambilin gunting dek." Yang langsung dilaksanain tanpa banyak tanya. Tumben banget. Byan mulai guntingin perban di kakinya. Udah sembuh tapi masih kerasa nyeri, bisa lah berdiri sama jalan asal ngga loncat-loncat. "Ambilin plester juga dek, peka banget heran."

"Sindirannya kerasa."

"Udah tau kerasa. Ambilin dong Kanakaaaa!"

Siapa bilang Byan sama Kana manis terus?
















"Bang tolongin gue bang!"

Raffa telak noleh, buru-buru hampirin Nanon kala tubuhnya jatuh di aalah satu kursi sofa Orion.

"Kenapa?" Tanyanya panik. Gimana ngga panik kalo Nanon tampilannya acak-acakan kentara abis lari jarak jauh bawa segembol tas. "Bentar gue bikinin minum."

Beruntung banget Nanon masuk Xcel. Selain dapet pengalaman, dia juga dapet abang-abang yang baik banget. Raffa telaten kasih dia minum dan nunggu dirinya tenang. Bikin hati Nanon menghangat.

"Sekarang jelasin kenapa lo lari malem-malem gini? Pake nyasar kemari."

Nanon bergeming. Matanya berkaca-kaca. Padahal tadi sore mereka baru pisah selesai latihan buat final besok. Malemnya harus ketemu dengan cara kaya gini.

"Gue kabur dari apartemen gue sendiri bang."

"KOK BISA?!" 

Raffa sama Nanon sontak noleh. Ada Byan disana, di belakangnya Tawan dan Singto nyusul dengan wajah syok luar biasa.

"Jelasin." Titah ketiganya.

"Tadi sore waktu gue balik, ternyata ada orang di apartemen. Katanya dia pemilik baru, apartemen itu udah dijual siangnya. Bahkan barang-barang gue udah dipacking nih."

Raffa-Kana (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang