Tiga puluh satu

2.2K 315 96
                                    




















"Kak Byan..."

"Hm? Sini tidur sama Kakak aja." Suruh Byan sengaja suruh adiknya naik ke ranjang. Meskipun single bad tapi cukup buat dua orang apalagi kalo yang nempatin kurus semua.

Tapi Kana bergeming, tatapan sendunya beralih liat perban yang melingkar di dahi dan kaki sang kakak. Perlahan Kana menggeleng, dia putusin duduk di kursi samping ranjang aja.

"Kana..."

"Ngga mau. Kak Byan sakit nanti."

Hati Byan langsung menghangat. Kana tuh ngga tau cara nunjukin perasaannya, dia lebih frontal di mulut padahal tanpa sadar segala tingkahnya merealisasikan semuanya.

Segala hal tentang Kana itu semuanya jujur. Kana remedial banget kalo soal bohong.

Ngga nakal kaya kalian.

Sementara Byan itu frontal di tindakan, kebalikannya Kana. Dia ceplas ceplos galak tapi perlakuannya ngga selaras. Kaya ke Alwin aja, bilangnya marah butuh waktu tapi dia justru khawatir setengah mati denger Alwin nangis gara-gara dirinya. Bilang mau nyubit kalo Alwin nakal, justru di peluk erat-erat.

Tipikal tsundere tingkat dewa. Kalo Kana lebih ke denial.

Yang mana aja sih, kalo menjadi jodoh Jey it's oke lah.

Tangan Byan terulur ngusap surai adiknya yang telungkup disisi ranjang. Mama papa Rayya terpaksa ninggalin dua anaknya karena urusan mendesak yang bikin mereka harus berangkat ke luar negri tadi pagi. Sengaja dititipin ke keluarga Raffandra yang dengan senang hati menyetujui.

"Dede pulang ke rumah sama Raffa ya nanti? Kalo tidur di sofa lagi badannya sakit."

Kana menggeleng lemah, dia ngga mau ninggalin kakaknya sendirian di rumah sakit. Pokoknya ngga mau. "Nanti Kak Byan sendirian. Kalo digodain setan genit gimana? Kana cemburuuu~"

Matanya sayu, Byan lirik jam di dinding udah tunjukin delapan. Kana belum makan malam, tadi makan siang barengan dari menu rumah sakit. Alasannya Byan ngga bisa abisin, aslinya dia ngga mau Kana nunda makan. Padahal jelas jatah makan malemnya abis sendirian.

Sialan. Kakak siapa yang punya sifat kaya Byan. Apa ngga harus dilestarikan?

"Cemburu atau takut di rumah sendirian?"

Bibirnya mengerucut, Kana ngelirik kakaknya jengkel tapi itu ngga bertahan lama karena usapan Byan bikin Kana semakin nyaman dan ngantuk.

"Ada bibi bibi sama paman yang dateng besok pagi, jadwalnya mereka bersihin rumah. Kana ngga sendirian."

Tau. Byan paham banget, Kana takut. Ya gimana, mama papa pergi keluar kota aja mereka selalu tidur berdua. Ini lagi dirinya ngga ada di rumah.

"Kana nginep di rumah gue aja Yan."

Kepalanya sontak melirik pintu, Raffa dateng dengan wajah lelahnya. Tapi sebisa mungkin dia pasang senyum tampan. Byan berdecih, kancing kemeja yang atasnya kebuka tiga dan keluar dari celananya juga rambut acak-acakan macem abis tawuran serta wajah lecek.

Jaga image banget nih manusia satu. Ngga sadar kalo dia emang udah tampan tanpa senyum. Sialan sialan, Byan merasa tersaingi.

"Kana, temenin Kakak makan malem yuk."

Kali ini usapan di kepalanya terasa makin banyak. Bukan hanya tangan Byan, melainkan Raffa juga. Kana dongakin kepalanya tatap Raffa sebentar kemudian tatap Byan minta ijin.

Raffa-Kana (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now