"Heh diem lo!" beritahu Genta sedikit ketakutan. Cowok-cowok gesrek ini malah gibah di bawah pohon Kamboja. "Val, cepetan ambil."

Rival meneguk salivanya gugup. Demi apapun ini moment yang paling membuatnya takut.

"Gila! Baunya makin kecium!" keluh Gilang.

Rival melirik Lego kode untuk menyalakan video ayat kursi dari YouTube. Lego mengerti, ia menyalakannya dengan volume tinggi.

"Woi bangke! Malah tambah bau pandan, melati plus bau bangke!" maki Gilang kelepasan. Genta langsung memukul Gilang keras.

Bulu kuduk meremang. Semua merinding. Perasaan Rival tidak enak. Kepalanya mendongak untuk melihat bunga Kamboja. Tapi, bukan bunga yang dilihat tapi malah sosok cewek rambut panjang nangkring di atas pohon.

"Astaga! Lo kenapa nangkring di sana? Sini turun, Genta jomblo soalnya," kata Rival yang masih belum sadar itu mahluk halus.

Lantunan ayat kursi di YouTube berhenti, tergantikan oleh iklan shopee. Kunti yang nangkring di pohon Kamboja itu tertawa mengerikan. Semua sadar itu bukan manusia kecuali Rival. Cowok itu malah sibuk membujuk agar turun. Dasar setres!

"I-ini ke-kenapa you-youtube ha-harus iklan, sih," keluh Lego terbata-bata sudah ketakutan. Keringat mengalir di pelipisnya. Ia ingin menangis rasanya. YouTube sedang tidak berpihak kepada mereka.

"Makanya pake YouTube premium," sahut Genta sambil menunduk melihat kakinya. Ia tak sanggup melihat di atas pohon.

"Astaga, malah ketawa di atas pohon. Jangan gitu, nggak baik ciwi cantik malem-malem main di kuburan. Ayo sini gue anter pulang, mumpung jomblo, abis putus soalnya."

"Ayo! Kalo nggak mau sama gue, nanti boncengan sama Genta yang ganteng. Kita ngedugem bareng."

"Itu setan goblok!" teriak Genta lalu berlari bersama Lego dan Gilang ngibrit meninggalkan Rival. Mereka sudah tak tahan dengan kegoblokan Rival.

Rival linglung. Sedetik kemudian ia sadar. Ia langsung lari sekencang mungkin. Ini moment tak terlupakan sepanjang hidupnya.

"Otak gue ke mana, sih?! Papa pasti jual otak gue nih, biar dia kaya. Pantesan dia jadi sultan!" gerutu Rival di sela-sela larinya.

Semuanya berhenti di pos ronda. Begitu sampai Rival langsung disambut dengan kata-kata mutiara Lego.

"RIVAL STRES!"

Rival mengangguk lemah. "Gue tau."

"SETAN LO AJAK NGOMONG! OTAK LO DIGADAI DI MANA SIH WOII!" Gilang histeris. Tak habis pikir dengan Rival.

"SETAN LO AJAK DUGEM. LO WARAS NGGAK, SIH, VAL?!" timpal Lego histeris.

Rival hanya diam merenungi kebodohannya. Ia tak sadar tadi itu makhluk halus.

"Genta! Lo ngomong kek, maki-maki nih orang!" hasut Lego karena melihat Genta hanya diam.

"Val."

"Apa, Gen?"

"Sini otak lo gue beli. Nggak guna juga tuh otak ada di kepala lo."

****

Cahya mengernyit heran ketika ada beberapa motor berhenti di depan rumahnya. Cahya yang penasaran langsung keluar. Matanya membelalak ketika melihat Rival dan ketiga temannya langsung tepar di teras.

"Genta, lo nggak pa-pa?" tanya Cahya duduk di samping Genta.

Rival melirik sinis mantannya itu. Harusnya kan ia yang diperiksa lebih dulu.

"Mantan lo di sini, Cay. Bukan di situ."

"Sewot lo!"

Genta menatap Cahya dengan tatapan kesal.

"Kenapa?" tanya Cahya linglung. Dari tadi Lego, Genta, dan Gilang menatapnya aneh.

"Gara-gara permintaan aneh lo itu, kita jadi ketemu setan!" Lego menumpahkan kekesalannya.

Cahya menyatukan alisnya. Perasaan ia tak minta apa-apa.

Rival berdiri lalu memberikan kotak bening berisi bunga Kamboja yang tadi ia beli di toko bunga, ia berikan kepada Cahya. Mau mengambil lagi di kuburan, ia tak berani.

Cahya membekap mulutnya kaget. Tak menyangka Rival akan menuruti ucapannya yang bercanda.

"Rival lo---"

"Permintaan lo. Sorry, gue beli di toko bunga. Abisnya di kuburan nggak jadi, karena ketemu Miss key a.k.a Kunti."

"Padahal gue ngomong itu cuman becanda." Cahya berkata itu tanpa beban.

"APA?!" Keempat cowok itu berteriak bersamaan.

"Lo nggak tau, Cay! Gimana ketakutannya kita malem-malem ke kuburan! Wah gilasehh!" protes Lego.

"Lo nggak tau betapa depresot-nya kita saat nyetel ayat kursi malah ada iklan shopee. Mana kuntinya ketawa cekikikan," timpal Gilang kecewa.

Mata Rival menatap sinis Cahya.

Semua menyadari Rival sedang emosi. Hening sebentar, hingga Cahya perlahan bergerak memeluk Rival penuh sayang. Kepalanya ia tenggelamkan di dada cowok itu.

Cahya mendongak untuk melihat Rival. Tapi tak ada tanda-tanda Rival ingin menunduk membalas tatapannya. Cowok itu malah memalingkan wajahnya. Pelukan Cahya juga tak dibalas.

"Maafin gue."

"Hm."

Cahya melepaskan pelukannya.

"Maaf, Rival. Gue nggak tau lo segoblok itu sampe nurut sama becandaan gue."

Ketiga orang di sana malah jadi nyamuk. Menatap malas drama yang tersuguh di depannya.

"Gue pulang dulu." Raut Rival masih datar. Mungkin cowok itu kecewa.

"Kita balikan lagi, ya."

"Iya."

Lego, Gilang, dan Genta melongo. Semudah itu balikan?!

"MARI ... KITA BUNUH!" teriak ketiganya kompak dengan nada bicaranya Siska Kohl.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now