Chapter 14

2.4K 165 1
                                    

So ... Before u go ...
I remind u to vote, wkwkwk

Vote napa woiiiiii, Ella udah ngemis" nih pen dikasih vote...😭😭

Remember to leave vote previously ...

****

Take action
~Jelita

Ella
"Ella!" lagi-lagi Aland memanggilku agar lebih cepat. Katanya kami ada meeting dengan klien dari Polandia.

"Aku segera selesai!" aku berteriak kembali.
Sudah pukul 7:09 dan kami masih di penthouse, kliennya akan datang sekitar pukul 08.00.

Aku mengikat ekor kuda rambut panjangku. Sekarang aku mengenakan celana pensil warna hitam dan kemeja abu-abu yang berlengan panjang.

Sialnya kemeja ini memiliki kancing di belakang dan aku tidak bisa mengikat keseluruhan kacing itu.

"Aland ..." panggilku sangat pelan.

"Ya.." jawabnya lebih pelan.

"Aku tidak bisa mengancing kemejaku."
Dia tidak menjawab.

Tiba-tiba, pintu terbuka dan dengan raut wajah kesal Aland masuk ke kamarku.

Ia berjalan ke belakangku dan mulai mengancingi kemejaku.

Dia melakukannya sangat cepat seperti tangannya ada sepuluh saja.
"Lain kali pakailah yang lebih mudah dan simpel, aku gampang tergoda," bisiknya tepat di telingaku, sesaat bulu kudukku berdiri serentak.

"Ayo," katanya meraih tanganku dan menarikku keluar.

Kami berjalan ke luar dan sebuah audi hitam mewah sedang menunggu kami, dua orang pria yang satu tampak berumur hampir setengah abad membukakan pintu untuk Aland, dan satu lagi kira-kira berumur 30 tahun ingin membukakan pintu untukku tapi aku menolak.

Sepanjang jalan hanya keheningan yang ada sampai Aland mendekatkan kepalanya dan berbisik di telingaku.
"Jika kau seperti tadi lagi aku akan menghabisimu," bisiknya membuat tulang belakangku menggigil.

Lalu ia segera keluar dari mobil tanpa menunggu supir membuka terlebih dahulu.
Kami berdua masuk ke kantor lalu ke ruangannya, ia duduk dan aku berdiri.

Ia menujukan setumpuk kertas padaku.
"Periksa semuanya, pisahkan mana yang penting, tidak penting dan sangat penting. Yang sangat penting bawa padaku. Dan ... buatkan juga aku kopi, kau tahu takarannya 'kan?" katanya sarkastik.

"Baik, aku tahu," jawabku seadanya dan membawa tumpukan kertas itu, tidak disangka ternyata berat juga tapi Aland adalah pria yang tidak peduli apapun, ia membiarkanku membawa seluruh kertas itu sendirian. Berengsek ...

Setelah aku membuat secangkir kopi untuk Aland aku melakukan tugasku yang lain yaitu memilah kertas-kertas di depanku.

Ada beberapa surat yang sangat penting dan aku segera membawanya kepada Aland, ia hanya diam tak berbicara apapun. Maksudku, aku tidak mengharapkan balasan lebih.

Perutku berbunyi tiba-tiba, aku melihat ponselku dan ternyata sudah pukul 03. 03 saja, tidak terasa sudah sore.

Aku segera berjalan ke ruangan Aland, sedari tadi kami belum makan, aku lapar.

"Ada apa?" tanyanya ketus.

Aku pura-pura tersenyum. "Aku belum makan jadi lapar, kau juga belum makan."

"Apa aku harus membelimu makanan?" tanyanya sarkastik. Heh ... bukan begitu, aku hanya takut jika aku tidak ijin aku akan kena masalah, jadi serba salah kan jadinya.

You're Mine [Lengkap✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang