Chapter 11

2.6K 176 3
                                    

Jangan lupa kasih vote, simbiosis mutualisme..

Happy reading

***

We cannot solve our problems with the same thinking we used when we created them
~Albert Einstein

Author's P.O.V

"Ella!"
Ella menggerutu kesal, sudah 4 kali Aland memanggilnya dengan alasan yang membagongkan.

Ella berdiri dari kursinya dan masuk ke ruangan Aland dengan wajah cemberut.

"Ya?" kata Ella pura-pura tersenyum.

"Kertasku habis, ambil yang baru," jawab Aland menatap Ella. Sementara Ella memasang wajah badmoodnya.
Tadi, Ella masuk ke ruangan ini, masih ada setumpuk kertas di meja sekarang tidak ada lagi. Apa Aland membuangnya?

"Tadi bukannya masih ada ya?" beo Ella.

"Aku tidak suka jadi aku buang," jawab Aland begitu entengnya.

What!!Ella ingin berteriak keras menyalurkan rasa kesalnya. Ia benar-benar capek sedari tadi bolak-balik ke ruangan ini.

"Tunggu," jawab Ella dengan raut wajah cemberut sambil berjalan ke mejanya di depan ruangan Aland untuk mengambil setumpuk kertas A4.

"Ada lagi? Jika tidak aku akan keluar," kata Ella.

"Silahkan," ucap Aland santai.

Ella keluar dan kembali duduk di kursinya. Sebenarnya ia tidak punya banyak pekerjaan, ia hanya perlu menemani Aland ke mana pun pria itu pergi.
Juga, menyalin notulen dari sekretaris Aland.

"Ella!"

"Ahhhh!" teriak Ella mengepal tangannya saat Aland kembali memanggilnya. Padahal baru 5 menit ia duduk.

"Ada apa?" tanya Ella ketus.

"Penaku jatuh," tunjuk Aland pada penanya di lantai.

"Apa aku harus mengambilnya? Kau punya kaki," ujar Ella melihat pena yang hanya berjarak 1 meter dari Aland.

"Aku lelah."

"Kau pikir aku juga tidak lelah?!" maki Ella dalam hatinya. Gadis itu mengambil pena Aland lantas kembali ke luar.
"Jangan panggil aku karena aku tidak akan masuk lagi," ucap gadis itu menutup pintu.

Sementara Aland, ia terkekeh senang melihat Ella menggerutu kesal, memasang wajah cemberut dan marahnya.

Seperti saat kita melihat pelangi, kita tidak ingin pelangi itu berlalu dan tetap berada di atas, begitulah juga Aland, ia ingin terus menerus melihat dan memandangi Ella.

Aland melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 17.14. Padahal seharian ini ia tidak melakukan apa-apa selain merecoki Ella.

Ia meraih jasnya di sofa lalu berjalan keluar dan menghampiri Ella yang sibuk bermain ponsel.

"Ayo pulang," ucap Aland tanpa berhenti sejenak, ia hanya mengucapkan dua kata itu sambil berjalan.

Ella pun segera berdiri dan meraih tasnya berlari menghampiri Aland.

***

"Ella, kau ..."
Ucapan Aland harus terpotong hanya karena deringan ponsel Ella.

"Halo?" beo Ella menjawab telepon, nomornya tidak dikenal jadi Ella pikir sesuatu yang penting.

You're Mine [Lengkap✓]Where stories live. Discover now