His Rejection (2)

Bắt đầu từ đầu
                                    

Suasana malam ini terasa berbeda, karena sang pemilik rumah hadir dalam acara makan malam. Sejak hadirnya sang bayi kecil, meja makan hanya berisi sang anak karena papa mereka harus bekerja ke luar kota. Sejak sang papa menikah, kehadiran papa digantikan oleh Ai, bunda tiri mereka. Dan untuk kesekian kalinya, mereka berkumpul untuk makan malam dengan anggota keluarga lengkap, minus Dion karena si bayi kecil makan sebelum waktu maghrib.

"Nina senang papa udah pulang," kata Nina menghampiri sang papa dan memeluknya saat Nina memasuki ruang makan

"papa juga. Gimana kabar Nina? Sekolahnya lancarkan?" tanya sang papa sambil tersenyum

"iya dong, pa. Apalagi tugas sekolahku ada yang bantuin buatin," jawab Nina sambil melirik Ai, sang ibu tiri saat dia menarik kursi. Ai pun hanya membalas tatapan putrinya itu dengan senyum. Dan Daaniyaal, sang papa hanya menanggapinya dengan menganggukkan kepala

"Nino gimana kabarnya? Bagaimana sekolahmu?" tanya Daaniyaal kepada putra pertamanya yang sudah duduk. Nino tadi datang bersama Nina.

"baik, pa," jawab Nina singkat dan sang papa juga menganggukkan kepala

"sudah, ngobrolnya dilanjut nanti. Sekarang makan dulu," kata Ai sambil mengambilkan nasi di piring suaminya

"mas mau lauk apa?" tanya Ai kepada Daaniyaal

"sayur bayam dan ayam kecap," jawab Daaniyaal dan Ai pun langsung mengambilkan sesuai permintaan suami tercintanya

"Nino mau lauk apa?" sekarang Ai beralih ke putra pertamanya

"Nino bisa ambil sendiri," jawab Nino dengan nada dinginnya

"aku mau ayam dan bayam. Ayamnya dua," kata Nina terdengar memerintah Ai untuk mengambilkan makanan yang diinginkannya. Ai langsung mengambilkan makanan itu dan menyerahkannya ke Nina.

Ai mengambil ayam kecap dan sambal untuk dia makan. Susana di meja makan hanya terdengar suara sendok dan garpu. Sesekali Ai memperhatikan Daaniyaal, Nino dan Nina. Ai merasa bahagia karena dia bisa makan bersama seperti sekarang ini.

Bahkan tanpa sepengetahuan Ai, sebenarnya ada seseorang yang selalu mengamati apa yang Ai lakukan. Seperti sekarang ini, Ai yang sesekali mencuri pandang ke sang suami dan terkadang tersenyum saat melihat sang suami sedang makan. Hal itu tidak luput dari seseorang yang menatapnya dengan ekspresi dinginnya.

Setelah makan, mereka berkumpul di ruang keluarga. Nina yang bercerita tentang kegiatannya di sekolah. Nino yang fokus melihat televisi. Daaniyaal yang menanggapi cerita putri kesayangannya itu, sesekali dia juga menonton televisi. Ai yang sibuk dengan Dion kecilnya, sesekali Ai juga memperhatikan mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Semua kembali ke kamar masing-masing. Nina dan Nino pergi ke kamar mereka. Daaniyaal dan Ai juga berjalan menuju kamar mereka berdua. Dion masih di gendongan Ai. Bayi lucu itu belum terlihat tanda - tanda mengantuk. Ai mengajaknya ke kamar dan bermain di kasur. Sedangkan Daaniyaal ke meninggalkan mereka berdua ke kamar mandi.

"putra bunda kok belum tidur sih," kata Ai sambil menguyel kepalanya di perut Dion sehingga Dion tertawa kencang karena perbuatan bundanya itu.

"ayo tampan, tidur!" kata Ai sambil menepuk - nepuk pantat Dion.

Ai bersenandung bacaan dzikir (subhanallah wal hamdulillah wa Laila hailallah allahhu akbar lahaula walakuwata illa bila hilaliil adzim) dengan suara kecil di telinga Dion. Ai tersenyum geli menatap Dion kecil yang matanya mulai menutup. Tetapi kemudian mencoba untuk tetap membukanya. Sampai pada akhirnya mata Dion tertutup dan terlihat dia sudah tenang dalam tidurnya dengan napas yang teratur

"mas, kapan aku mempunyai anak selucu Dion?" tanya Ai kepada suaminya sambil menatap Dion yang tertidur nyenyak di sampingnya setelah melihat sang suami keluar dari kamar mandi

"kamu sudah punya anak 3, jadi tidak perlu memiliki anak lagi," jawab Daaniyaal dengan suara dinginnya sambil menatap Ai yang sedang membelai putranya di ranjang mereka

"tapi aku ingin hamil dan memiliki anak sendiri yang lahir dari rahimku," jawab Ai dengan nada berharap sambil mencium Dion dengan sayang dan tersenyum melihat putra kecilnya yang tidur dengan nyenyak

"kamu tidak perlu hamil, karena tugasmu adalah menjadi ibu untuk ketiga anakku," jawab Daaniyaal sambil melihat ke arah Ai

"maksudnya?" tanya Ai tidak mengerti dan memandang Daaniyaal, sang suami dengan ekspresi bingungnya

"aku menikahimu karena aku ingin kamu menjadi ibu bagi mereka bertiga. Jadi tugasmu hanyalah menjadi ibu bagi mereka, bukan melahirkan anak," jawab sang suami dengan nada tidak ingin dibantah

Ai yang mendengar itu langsung terkejut. Mencoba mencerna apa yang tadi suaminya ucapkan. Pasti suaminya itu bercanda kan. Tidak mungkin suaminya itu tidak ingin memiliki anak. Memang sudah ada 3 anak dari pernikahan pertamanya. Tetapi apakah suaminya tidak ingin memiliki anak di pernikahannya yang kedua ini.

Percakapan keduanya didengar oleh seseorang yang berada di luar pintu kamar itu. Orang tersebut mendengar semua percakapan mereka tanda sepengetahuan mereka berdua. Setelah tidak ada suara dari keduanya, orang tersebut menutup pintu kamar itu dengan pelan.













🌹🌹🌹🌹🌹
















Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Sekali lagi, cuman mau bilang

Happy New Year 2022

🥳🥳🥳🥳

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ