Rival melihat ke arah jendela sekolah. Matanya melotot ketika melihat Cahya bersama Kevin lewat. Cowok itu langsung bangkit berniat nyusul.

"Lo mau ke mana?" tanya Genta. Semuanya tau bahwa Rival sedang emosi.

Raut Rival berubah sumringah untuk tipu daya. "Oh, gue cuman mau pipis, sih."

Lego, Gilang dan Genta menye-menye. Manusia penuh tipu-tipu sekali Rival ini.

"Kenapa? Lo mau ikut gue pipis?" tanya Rival.

Ketiganya kompak menggelengkan kepalanya. Tanda tak mau.

"Ya udah gue mau nyusul Cah---" Rival memukul bibirnya hampir keceplosan. "Ma–maksudnya gue pipis dulu."

Rival langsung ngacir begitu saja.

"Lo pada tau? Sebenernya gue pengen bunuh tuh orang," geram Lego. Jiwa predatornya bangkit.

"Gue bahkan juga pengen mutilasi," sahut Gilang jiwa psychopatnya bangkit. "Kalo lo, Gen?

"Gue pengen nyantet kalian bertiga."

"Gila! Ternyata Genta juga punya jiwa setan!" ungkap Lego dihadiahi pukulan oleh Genta.

"Iya, gue jiwanya. Lo berdua setannya."

Teganya Genta.

****

Cahya dan Kevin mengernyit ketika Rival mencegat langkah mereka. Kurang kerjaan sekali.

"Apa lo?!" omel Cahya. Mantannya ini caper sekali.

Anjer sadis parah!

"Kenapa emang? Gue cuman mau berdiri di sini tuh!" sanggah Rival tak masuk akal.

Rival lihat, semenjak putus dengannya Cahya makin bening.

Cantik.

"HALAH BACOT! GUE UDAH CANTIK DARI DULU, LO NYA AJA YANG NGGAK SADAR!" sentak Cahya sambil mengibaskan rambutnya.

"Lah? Lo ngapain njir?" kaget Rival sambil mengelus dadanya.

"Lo bilang gue cantik barusan."

"Hah?" Jadi tadi mulutnya benar berkata itu. Ia kira hanya di dalam hati.

"Ngayal kali lo. Atau kuping lo lagi rusak."

"Gue juga denger," sahut Kevin.

Malunya. Rival ingin tenggelam saja di rawa-rawa.

"Jangan temuin gue!" peringat Cahya.

"Gue nggak nemuin lo, ya!"

"Bodo amat!"

Cahya menyeret Kevin pergi. Rival menghela napasnya lelah.

"Cahya, kalo lo gandengan sama Kevin, gue bakal matahin tangan Kevin."

Cahya langsung melepaskannya. Ia berbalik menatap Rival. "Lo nggak berhak ngatur gue."

"Ya ya terserah lo."

"Cari Kamboja dulu sono! Baru temuin gue!" Cahya langsung pergi diikuti Kevin.

Rival mengacak rambutnya frustasi. "Kalo Kamboja itu ada di sini bakal gue bawain se truk buat Lo Cay-Cay!"

****

Rival masuk kelas lagi menemui ketiga temannya. Ia memasang senyum lebar. Ketiganya merinding melihat Rival seperti kerasukan.

"Kita sahabat kan?" tanya Rival tiba-tiba.

"OH TENTU TIDAK!" jawab ketiganya berbarengan karena tahu pasti ada yang tidak beres. Rival pasti ada maunya.

Raut Rival memelas. "Tega banget."

"Kenapa lo?" Akhirnya Genta bertanya.

"Ekhem ... entar malem ikut gue, yak."

"Ke mana?" tanya Lego. Kalo dugem sih ia akan ikut.

"Berwisata di rumah masa depan kita."

Ketiganya saling pandang dengan kernyitan di dahi, bingung.

"Ngomong yang jelas!" geram Genta tidak sabar.

"Nyamperin cewek, rambut panjang, tinggi, putih bersih, langsing, hobinya ketawa, wangi juga," beritahu Rival dengan cengengesan.

"Punten, itu cewek apa bihun?" ceplos Lego.

"Cewek lah anjir!"

Semua masih tak paham dengan teka-teki Rival.

"Yang bener deh, Val. Jangan sampe jiwa predator gue bangkit ya!" peringat Gilang.

"Lo bertiga janji dulu, mau ikut gue."

Ketiganya kompak menggeleng. Perasaannya tidak enak. Ditambah muka horor Rival.

"Ayolah kawan! Kita bersatu kali ini saja," ucap Rival sok formal.

"Bersatu untuk kemaksiatan kayanya ini mah. Gue nggak mau ya, Val. Cukup lo aja yang sesat," tolak Gilang. Ia tidak akan percaya dengan tipu muslihat cowok tengil ini.

"Nggak sesat!"

"Ya udah apa? Kita kasihan jadi setuju mau ikut sama lo." Genta angkat bicara. Ia penasaran setengah mati.

Rival sumringah. Akhirnya, bujukannya tidak sia-sia.

"Entar malem ikut gue ngambil bunga Kamboja, oke!"

"Hah?!" Ketiganya kaget. Sudah diduga bakal nyeleweng dari kenormalan.

"Di mana?" tanya Genta.

"Kuburan."

"Rival anjenggg!"

****

Thank you❤️

RIVAL (End) Revisi Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum