Titik 19 • Sebuah Kebohongan

10 3 0
                                    

~ Titik Terang ~
Oleh: Faiza Isna

SELAMAT MEMBACA
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya, ya ✨

🌀🌀🌀

Suara gaduh dan teriakan anak-anak kecil membangunkan Dalilah dari tidur siangnya. Ia bangkit dan mendekati jendela kamar yang berhadapan langsung dengan halaman rumah. Baru saja akan mendekat, tubuhnya tersentak ke belakang. Kaca jendelanya pecah. Tampak dua buah mangga madu tergeletak di lantai tepat di depan ia berdiri. Dalilah memungut buah tersebut dan kembali mendekat ke jendelanya yang pecah.

Bocah-bocah itu perasaan main bolanya di sana. Tapi kok ada yang ngelempar mangga sampai ke kamarku, ya. Batinnya bermonolog.

Dalilah celingukan ke kanan kiri, namun tak menemukan siapapun. Aneh.

Tak mau memusingkan hal itu, ia keluar kamar. Menghampiri ibu dan adiknya yang tengah berada di ruang keluarga. Dengan Bu Maida yang sedang melipat baju dan Durah yang asyik menggambar, seperti biasanya. Hobi.

"Ra ... Besok jadi ikut tadabbur alam, kan?"

"Hmm, iya, Mbak," jawabnya tanpa menoleh ke arah Dalilah.

"Berangkatnya jam berapa? Udah nyiapin barang-barangnya belum?"

"Jam tujuh. Udah," jawab Durah singkat, padat, jelas. Dalilah yang mendengarnya berdecak.

Dalilah memosisikan duduk di samping sang ibu. "Biar aku aja yang nerusin, Buk," ucapnya sembari menarik keranjang jemuran.

"Eh, cuci muka dulu sana. Habis bangun tidur, kan."

"Iya, tapi Ibuk nggak usah nerusin lipat bajunya. Biar aku aja, oke?" Dalilah memamerkan senyum lebar seraya menautkan ibu jari dan telunjuk.

Tak lama kemudian Dalilah balik duduk bersila di samping ibunya. Ia melanjutkan melipat pakaian-pakaian yang masih tersisa. Sedang Bu Maida berdiri, akan melanjutkan aktivitasnya memasak.

Sekadar informasi, kini Bu Maida membuka usaha catering  dengan menu spesial ayam bakar madu--yang sudah berjalan dua Minggu ini. Awalnya Dalilah yang mengusulkan ide usaha ini. Bermula dari dirinya yang menonton video memasak di YouTube. Beragam olahan ayam telah ia tonton, namun ketertarikannya mengarah ke ayam bakar madu. Dari situlah Dalilah berembug dengan sang ibu untuk mencoba memasak ayam bakar madu dengan tambahan bumbu rahasia. Tapi, setelah memasak olahan tersebut, mereka tak langsung menjualnya. Melainkan hanya sekadar berbagi dengan tetangga setelah memasak makanan itu. Hal ini sejak dulu telah menjadi kebiasaan di keluarga itu.

"Kalau kita punya rezeki lebih, jangan lupa berbagi dengan orang lain, ya. Entah itu sekadar makanan, uang, bisa juga pakaian yang udah nggak muat dipakai."  Itulah petuah Bu Maida pada anak-anaknya yang hingga kini selalu diterapkan.

Dari kedermawanan Bu Maida--usaha catering ini alhasil berjalan. Para tetangga suka dengan hasil masakan Bu Maida. Mereka mengusulkan agar Bu Maida membuka catering. Pasti bakal laris, kata mereka. Alhamdulillah selama dua Minggu berjalan pun, pesanan catering ayam bakar madu terus ramai. Meski kadang kewalahan, namun ibu dan anak itu tetap antusias untuk memasak--melayani permintaan pembeli dengan kualitas terbaik.

"Akhirnya selesai juga." Dalilah dengan gesit membawa tumpukan pakaian yang tadi ia lipat dan seterika ke masing-masing kamar.

Titik Terang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang