I Want A Baby (1)

Start from the beginning
                                    

"yah… dokter kandungan itu ngga hanya didatangi kalo lagi hamil, kayak dokter gigi yang didatangi pasien yang sedang sakit gigi," Rania menghembuskan napasnya, "dokter kandungan juga bisa untuk konsultasi masalah kehamilan atau organ reproduksi. Ai bisa tanya - tanya ke dokter. Kayak kesuburan, kondisi alat reproduksi, program kehamilan juga bisa. Pokoknya banyak deh."

"seriusan?" tanya Ai dengan nada tak percaya

"iya. Aku juga sering konsultasi ke dokter kandungan juga kok," jawab Rania sambil menganggukkan keoala dna tersenyum kepada Ai

"aku kira dokter kandungan cuman mau memeriksa ibu hamil aja hihi…" kata Ai sambil nyengir

"ngga.." jawab Rania sambil menggelengkan kepalanya

"dokter kandungan bu siapa? Mungkin kamu bisa kasih aku rekomendasi dokter kandungan yang bagus," tanya Ai dengan nada penuh semangat

"aku pake dokter kandungan di rumah sakit besar disini, tapi swasta," jawab Rania

"Siapa? Mungkin aku juga bisa konsultasi ke dokter tersebut?" kata Ai

"namanya dr. Lita. Kamu bisa konsultasi ke beliau," kata Rania

"okay. Aku akan konsultasi ke dr. Lita, sama kayak mba Rania. Biar aku bisa tanya - tanya juga ke mba Rania hihi…" kata Ai antusias sambil nyengir

"kamu kunjungi saja rumah sakit besar swasta, karena tempat mas Toni bekerja, menfasilitasi kesehatan di rumah sakit itu," Rania menjelaskan

"jadi kamu cukup bilang aja, kalo kamu keluarga nya pak Daaniyaal! Pasti petugasnya tahu," lanjut Rania

Ai menganggukkan kepala mendengar ucapan Rania, "okay. Kapan - kapan aku akan ke rumah sakit itu untuk berkonsultasi. Terima kasih mba Rania," Ai tersenyum.

Flashback off


"saya masuk dulu ya pak! Nanti kalo saya sudah selesai, pak Diman saya telepon," kata Ai sebelum keluar dari mobil

Ai berjalan memasuki gedung besar itu. Walaupun jam masih menunjukkan pukul 8 dan terlihat baru saja buka, namun banyak orang yang sudah berkumpul dan mengantri. Bahkan, di loket yang masih terpampang tulisan 'TUTUP' banyak juga orang - orang yang berdiri di depannya untuk mengambil nomor antrian.

Selang beberapa menit Ai memasuki ruang loket, tulisan 'TUTUP' sudah berganti dengan tulisan 'BUKA'. Orang-orang langsung berbondong - bondong untuk mengambil nomor antrian. Loket yang padat hanya yang ada keterangan 'BPJS'. Sedangkan yang bertuliskan 'ASKES/MANDIRI' hanya segelintir orang saja. Bahkan tidak lebih dari 10 orang.

Ai berjalan menuju loket bertuliskan 'ASKES/MANDIRI', seperti yang diberitahukan Rania dulu. Ai mengambil nomor antrian dan duduk di kursi tunggu yang sudah disediakan. Ai melihat nomor antrian yang dia pegang, ternyata dia mendapat nomor 7. Sudah hampir setengah jam Ai menunggu. Akhirnya nomor antriannya dipanggil juga oleh petugas.

"mana kartu ASKESNYA?" tanya sang petugas

"emmm….. Maaf. Saya ngga ada kartu ASKES, karena saya baru saja pindah kesini," jawab Ai

"kalo kartu KK nya?" tanya petugas itu lagi

"maaf, kartu KK nya ngga saya bawa, gimana?" Ai bingung

Petugas itu terlihat jengkel dengan jawaban Ai, kemudian bertanya dengan nada ketus, "ya sudah. Bisa sebutkan kepala keluarga di dalam KK?"

"namanya Muhammad Daaniyaal Aldijaya," jawab Ai dan petugas tersebut langsung mengetik nama yang disebutkan Ai tadi

"anda atas nama siapa?" tanya sang petugas

"nama saya Alaika Putri Yahya," jawab Ai dan terdengar suara ketikan di komputer

"maaf, pada kartu kesehatan Muhammad Daaniyaal Aldijaya, atas nama Alaika Putri Yahya tidak masuk dalam," jawab sang Petugas












🌹🌹🌹🌹🌹












Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now