I Want A Baby (2)

Start from the beginning
                                    

Tuuuut….. Tuuuut….tuuuut….

Suara nada dering menyambut panggilan Ai. Itu tandanya nomor yang dituju belum mengangkat panggilannya. Pada dering keempat, terdengar suara bahwa panggilan telah diterima oleh sang pemilik nomor.

"Assalamualaikum…" seseorang di seberang sana berucap salam

"wa'alaikumsalam…. Ibu…!" jawab Ai dengan nada senang

"ini Ai? Putri ibu?" tanya suara wanita di seberang sana dengan nada tidka percaya

"iya, bu. Ini Ai, putrinya ibu. Ai kangen ibu!" kata Ai dengan nada yang sangat bahagia

"ibu dan bapak, disini juga kangen kamu, nak. Kamu gimana kabarnya?" tanya wanita yang dipanggil ibu oleh Ai

"alhamdulillah, Ai sehat, bu. Ibu dan bapak gimana kabarnya? Sehat juga kan?" Ai bertanya

"iya, nak. Ibu dan bapak, alhamdulillah sehat wal afiat," jawab ibu dengan suara lembut

"kamu disana gimana? Anak - anak dari suamimu, apakah menerimamu sebagai ibunya?" lanjut ibu dengan pertanyaan

"mmm…...alhamdulilah, bu. Mereka menerima Ai, bu," jawab Ai dengan nada sedikit ragu karena dia tidak yakin dengan jawabannya.

Pada kenyataannya, kedua anak Daaniyaal tidak bersikap baik terhadapnya. Bahkan mereka berdua seakan tidak memandang dan memperdulikan kehadiran Ai.

"alhamdulillahkalo mereka bisa nerima kamu sebagai ibunya!" ibu menanggapi dengan nada lega, "kamu pokoknya harus tetap bersikap baik dan lembut kepada anaknya nak Daaniyaal. Karena mereka butuh kasih sayang dari seorang ibu," tambah ibu menyarankan

"iya, bu. Siap!" jawab Ai dengan jelas dan penuh semangat

"bu..?" Ai memanggil ibunya dan sedikit ragu, apakah dia harus bercerita kejadian hari ini atau tidak?

"iya, ada apa, nak?" tanya suara halus itu

"mmm….. Ai pengen cerita……sama ibu," kata Ai dengan suara pelan

"mau cerita apa nak?" tanya sang ibu

"tadikan Ai pergi ke rumah sakit untuk konsultasi. Waktu Ai udah sampe sana, ternyata nama Ai belum masuk di kartu kesehatan keluarganya mas Daaniyaal, bu" Ai bercerita

Dari seberang sana, tidak ada tanggapan dari ibunya, Ai pun melanjutkan, "bu…. Apa mas Daaniyaal….."

"jangan su'udzon kepada suamimu, nak," potong ibu

"tapi…" kata Ai

"mungkin suamimu itu sibuk dan belum sempat punya waktu untuk mengurusnya. Apalagi kalian baru saja menikah dan dam kamu juga baru pindah ke kota," potong ibu lagi

"tapi bu… kita nikah udah hampir setengah tahun lho, masak mas Daaniyaal ngga sempet nambahin nama Ai di kartu kesehatan keluarganya," kata Ai dengan nada ketus

"bisa saja suamimu lupa. Toh suamimu kan orang sibuk kan. Kamu kemarin bilang kalo suamimu itu sering kerja ke luar kota," ibu mengingatkan

"iya juga sih bu. Dari awal Ai tinggal di kota, mas Daaniyaal udah sering kerja di luar kota hampir setiap bulan," kata ai dengan nada cemberut

"nah, kamu juga tahu kalo suamimu itu sibuk banget. Mungkin suamimu juga masih cari waktu luang untuk mengurus kartu kesehatan barunya," kata Ibu

"pokoknya, kamu jangan su'uzon dengan suamimu. Itu ngga baik. Karena pikiran seperti itu yang membuat kehidupan rumah tangga menjadi tidak harmonis dan akan muncul masalah - masalah lainnya yang memicu kehancuran sebuah kelaurga," lanjut ibu menjelaskan

"iya, bu. Maaf Ai udah berpikiran buruk sama mas Daaniyaal," jawab Ai dengan nada pelan dan merasa bersalah

"ya sudah. Ini ibu mau siapin makan siang untuk bapak,“ kata ibu

"lho? Emang bapak kemana bu?" tanya Ai

"jam segini, bapak masih di sawah tha, nduk. Kan baoak pulang dari sawah sore, jam 4," kata ibu mengingatkan

"oohhhh… iya. Ai lupa," kata Ai sambil tertawa, "maklum bu, udah lama ngga liat ibu dan bapak, jadi Ai lupa kalo bapak masih kerja di sawah," Ai terkekeh

"kamu ini…" kata sang ibu

"ya sudah, nduk. Ibu siapin makan siang untuk bapak ya. Pokoknya, ibu minta sama putri ibu ini, jangan su'udzon sama suami ya! Kalo ada apa-apa, bicarakan sama suami dengan kepala dingin!" ibu menasihati

"okay bu, siap. Terimakasih bu," kata Ai dengan nada semangat

"salam ke bapak ya bu. Ai kangen sama bapak," kata Ai lagi

"iya, nanti ibu sampaikan ke bapak. Sehat - sehat disana ya, assalamualaikum…." ibu mengakhiri

"iya bu, ibu dan bapak juga jaga kesehatan ya! Wa'alaikumsalam…" Ai menutup teleponnya setelah menjawab salam sang ibu

Mendapat nasihat dari sang ibu. Ai berusaha berpikir positif tentang kejadian hari ini. Meskipun beberapa masalah mendatanginya seperti penolakan sang anak dan keluarga Daaniyaal, Ai harus tetap berpikir positif. Bahkan Ai juga tidak bercerita penolakan dari keluarga Daaniyaal, karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih.

Yang penting sekarang, Ai harus berpikir positif dan selalu bersikap baik dan lemah lembut kepada anak Daaniyaal, sang suami.











🌹🌹🌹🌹🌹













Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now