|yam pla dook foo|

163 30 18
                                    

Bola mata yang hendak keluar seakan mempertegas betapa frustrasinya Pan saat ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bola mata yang hendak keluar seakan mempertegas betapa frustrasinya Pan saat ini. Kepalanya hampir meletup ketika kembali menghadapi ubur-ubur super-tampan yang lebih mementingkan postingan Instagram dibanding coretan merah pada selembar kertas ujian. Ia pun memukul lengan Kris sekencang mungkin.

"Shia! Sakit, Pan."

"Nee, lihat! Nilaimu turun lagi."

Anak yang sibuk menyisir rambut itu meletakkan sisir lalu mengambil alih hasil ulangannya. "Mana? Masih sama, kok. Selisih dua soal saja."

"Hah? Dua soal katamu?" Pan menepuk jidat, "kemarin kamu benar tiga biji, sekarang cuma satu. Masih bangga?"

"Sudahlah, Pan. Pengikutku kan gak tahu kalau aku sebodoh itu."

Hah, sosok yang mengembuskan napas panjang lantas bersandar pada dinding kantin. Seratus kali ia meyakinkan diri bahwa percuma berbicara pada Kris nyatanya tidak membuat Pan berhenti mengoceh. Setiap ia melihat hal yang menggemaskan, mulutnya refleks menceramahi sahabatnya dari A sampai Z. Entah kalimat apa lagi yang harus ia berikan pada orang tua Kris bila bertanya nanti.

"Lancar sekali akunmu, Kris."

Dua siswa yang membawa nampan makan siang lekas duduk di meja Pan dan Kris tanpa permisi. Bahkan mereka kompak merangkul pundak Pan yang berada di tengah bangku. Risi, anak itu pun menyingkirkan kaki teman sekelasnya lalu pindah duduk di samping Kris.

"Begitulah. Kenapa? Kalian iri, ya?"

"Meh ..., apalah aku dan Kwan kalau dibandingkan kamu, Kris."

Pemilik nama tersebut seketika mengangkat dagu dan membenahi kerah yang tak kaku. "Syukurlah kalau tahu itu. Mau satu sekolah pun, gak ada yang bisa melawanku."

Pan berlagak memuntahkan isi perut saat narsisme Kris mulai kambuh. Meski benar sekalipun, ia tidak sefrontal itu mengiakan kalimat kawannya. Ia hanya bisa mendengkus saat tiga laki-laki di sekitarnya bersenda gurau membahas sesuatu di luar dunianya. Demi Tuhan, kenapa Ia menciptakan manusia tampan yang gila Instagram dan seluk-beluknya tersebut?

"Endorsement-mu makin banyak saja, Kris. Traktir, lah, sekali-sekali. Main ke Central World gitu, minimal."

"Benar itu. Lihat Pan, deh. Mukanya kusut banget, butuh refreshing."

"Apa hubungannya denganku?" jawab Pan ketus sambil mengunyah nasi ayam kemangi.

"Di antara anak sekelas yang paling kusut memang mukamu, Pan." Kris membenarkan yang diiringi oleh tawa.

"Jadi gimana?"

Hening, pandangan Pan bertemu dengan Kris saat anak itu menoleh, seakan meminta pertimbangan. Apa yang harus kulakukan? Begitu kira-kira pikirnya. Pan pun berkedip pelan, membiarkan Kris berbuat semaunya. Toh, mau menolak juga sungkan dengan dua anak yang menunggu dengan sorot mata kijang tersebut.

#KRISTAG ✔Where stories live. Discover now