"iya, tadi saya nungguin Dion bangun sekalian mandiin si kecil," jawab Ai sambil mencium Dion di gendongannya

"baik Nyonya, Nyonya duduk dulu," kata Kia

"saya siapkan sarapan, Nyonya," kata bibi

Sekarang Ai sedang sarapan dengan menu seperti biasa, nasi goreng. Di Depannya ada Dion yang sedang disuapi oleh pengasuhnya. Dion terlihat menikmati makanannya, begitu juga dengan Ai. Setelah selesai makan, Kia langsung membawa piring kotor milik majikannya dan Dion ke dapur untuk dicuci.

Ai berjalan menuju ruang keluarga yang disana sudah ada Daaniyaal yang sedang membaca buku. Nino yang duduk di single sofa, sedang memainkan ponselnya. Nina yang berada di samping papanya, sedang sibuk dengan ponselnya juga. Ai duduk di sofa seberang dengan Dion yang ada di pangkuannya.

Ai mengambil mainan robot dari aunty Anisa. Dion bermain dengan robot itu bersama dengan Ai. Daaniyaal yang melihat putra bermain sambil tertawa, merasa senang dan tersenyum, karena putranya tidak menangis terus - menerus seperti empat bulan yang lalu.

"itu mainan siapa? Bukannya kemarin ngga beli itu," kata Nina melihat robot yang dipegang Dion dan Ai

"ini," Ai mengangkat robot yang dibawanya, "ini diberi sama aunty Anisa. Minggu kemarin dia kesini buat antar hadiah sekalian main sama Dion," jawab Ai sambil mencium Dion dan melirik Daaniyaal.

Daaniyaal terkejut dan menegang kaku di tempat dia duduk, saat Ai bercerita tentang kedatangan adiknya ke rumah. Bagaimana bisa, istrinya itu tidak bercerita tentang Anisa? Bagaimana bisa Anisa datang kesini? Kenapa Anisa tidak menghubungiku ketika bertemu dengan Ai?

"aunty Anisa?" guman Nina yang masih bisa didengar oleh semuanya dan Nino hanya bermain ponselnya tapi sebenarnya dia menyimak

"iya aunty Anisa, iya kan Dion?" kata Ai dan Dion sedang asyik bermain dengan robotnya

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang terdengar memasuki rumah besar Daaniyaal. Terdengar juga suara - suara berisik dari seorang perempuan. Detik berikutnya, muncullah seorang wanita sesusia bibi tetapi dengan dandanan modis bersama seorang wanita yang terlihat lebih tua dari Ai. Ada juga laki-laki seusai pak Diman yang terlihat gagah dengan wajah mirip Daaniyaal dan di sampingnya ada Anisa, adik Daaniyaal.

"mama.. “ kata Daaniyaal dengan ekspresi terkejut

"oma… opa," kata Nina dengan ekspresi senang dan berlari menuju mereka untuk memeluknya

"oma… Opa," sapa Nino dengan singkat

"halo kak Ai," sapa Anisa sambil berjalan menuju tempat Ai berdiri kemudian dia mencium Dion, "halo, keponakan aunty yang lucu."

Mama dan papa Daaniyaal memandang wanita yang dihampiri oleh anak perempuannya itu. Wanita yang dipanggil 'kak Ai' oleh Anisa, sedang menggendong cucunya yang masih bayi, Dion. Mama Daaniyaal terlihat terkejut, karena dia tidak pernah melihat wanita itu. Kemarin saat cucu mereka menginap di rumahnya, bukan wanita itu yang mengurus Dion. Bibi yang mengurus rumah juga tidak semuda ini.

"halo Dion. Aunty Fara dateng," sapa wanita yang terlihat lebih tua dari Ai

Saat Dion akan diambil oleh Fara dari gendongan Ai, Dion menolaknya dan langsung menangis. Bayi kecil itu menangis karena akan dijauhkan oleh bundanya. Tamu yang baru saja datang, merasa terkejut karena baru kali ini Dion menangis ketika bertemu saudaranya. Tapi tidak dengan Anisa. Perempuan itu sudah tahu sifat baru keponakannya yang baru mendapatkan bundanya.

"sabar kak Fara, Dion lagi ngga mau dijauhin sama bundanya. Kak Fara harus nunggu kak Ai membujuk Dion biar mau deketan sama kakak," kata Anisa

"bunda?" Fara terkejut mendengar ucapan Anisa begitu juga dengan kedua orang tua Daaniyaal

"iya, kak Ai ini, bundanya anak - anak sekarang," kata Anisa dan Ai hanya bisa tersenyum

"Anisa, panggil Kia kesini!" perintah mama Daaniyaal

Anisa berjalan ke ruang makan untuk memanggil Kia yang berada di dapur. Dia sedang membantu bibi yang sedang membereskan dapur. Tak lama kemudian, Kia datang di belakang Anisa.

"Kia, bawa Dion ke kamarnya!" perintah mama Daaniyaal

Dion yang melihat pengasuhnya mendekat ke bundanya pun langsung memeluk leher Ai dengan kencang. Saat Kia menarik Dion, bayi itu memberontak dan menangis kencang karena dipisahkan dari bundanya. Wajah Dion basah oleh air mata dan membuat Ai tidak tega melihatnya.

"Dion sama mba Kia dulu ya! Main di kamar sama mba Kia! Ini robotnya dibawa! Nanti bunda kesana, okay?" kata Ai dengan lembut sambil menyerahkan mainan robot tadi

Ai menghapus air mata yang ada di pipi bayi gembul itu, "jangan nangis ya! Putra bunda kan pintar," Ai mencium kepala Dion kemudian kedua pipi gembulnya

Dion berhenti menangis dan kemudian bayi kecil itu mencium pipi bundanya dengan mulut yang basah. Ai tertawa dicium oleh Dion dan Dion juga tertawa melihat bundanya itu tertawa.

"Dion ke kamar ya, sama mba Kia!" kata Ai

Mereka semua melihat interaksi Ai dan Dion, terkejut. Mulai dari Dion menangis sampai tertawa. Karena Dion berinisiatif mencium wanita yang dipanggil bunda. Padahal, Dion sangat sulit untuk dekat dengan orang lain. Dari semua itu, terlihat seseorang menyunggingkan senyum samar di bibirnya. Orang itu sangat senang dan bahagia melihat interaksi wanita itu dengan si bayi.

"Dia siapa, Daaniyaal?“ terdengar mama Daaniyaal bertanya

"ini istri aku, ma. Namanya Ai," jawab Daaniyaal dengan ringan

"maksudnya?" suara terkejut bercampur marah dari mama Daaniyaal, membuat Ai menjadi takut

"udah aku bilang, ma. Ini istri aku," Ai menatap Daaniyaal yang duduk di sampingnya sambil tersenyum

"bagaimana bisa dia istrimu? Istrimu itu Elmira," bantah sang mama

"dia bukan lagi istriku, setelah dia meninggalkan kami dan memilih laki - laki itu," Ai melihat suaminya yang menahan amarahnya

"kalo kamu mau cari istri lagi, bilang mama. Biar mama carikan wanita yang lebih, bukan wanita seperti ini," Ai mendengar ucapan sang mertua, langsung menundukkan kepala

"aku ngga suka, mama bilang kayak gitu. Ai itu istriku. Jadi mama jangan pernah menghinanya," Ai memandang sang suami sambil tersenyum karena dia membelanya

"terserah. Pokoknya mama ngga akan pernah mengakui wanita desa ini adalah istrimu, ibu dari anak-anakmu," ucap mama dengan tegas

Mendengar ucapan mama Daaniyaal itu, membuat Ai terkejut. Dia menatap mama Daaniyaal yang memperlihatkan ekspresi marahnya. Papa Daaniyaal terlihat tanpa ekspresi. Anisa dan Fara terlihat iba. Nina menyunggingkan senyum mengejeknya. Nino terlihat datar seperti opanya. Bahkan Daaniyaal malah terlihat bisa saja.

Ai menundukkan kepalanya menahan tangis, karena begitu banyak yang menolak dirinya di rumah ini. Mulai dari kedua anak Daaniyaal dan sekarang ditambah penolakan dari kedua orang tua Daaniyaal.

Melihat wanita berkerudung itu tertunduk, membuat seseorang mengepalkan tangannya. Bahkan dia juga sebenarnya marah mendengar wanita itu dihina. Dia juga tidak terima ketika wanita itu terlihat takut dan sedih.











🌹🌹🌹🌹🌹
















Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak Kuजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें