Jeffrie menarik bangku kosong dan duduk manis di samping Vania. Vania menoleh.

"Ngapain lo disini maemunah?!" Jeffrie tersenyum. Vania bergidik ngeri, takut mantannya itu kesurupan.

"Apel lah, kayak gak tau Jef aja." sahut Ando yang sudah berdiri di samping Deolinda. Pantas saja Jeffrie kesini, Ando apel, Jeffrie juga ikut apel.

"Wah ini seakan kalian kayak mau double date deh." sahut Leona yang duduknya berubah posisi menjadi berhadapan dengan Deolinda. Daniel pun juga merubah posisi duduknya yang tadinya membelakangi Vania menjadi berhadapan dengan Vania.

"Triple date kali. Lo sama Daniel gak diitung?" Leona langsung menunduk malu. Berbeda dengan Daniel yang terlihat tidak memperhatikan ucapan Ando.

"Ribet triple triple an, mending sendiri lebih enak." Ucap Daniel seraya mengipaskan tangannya. Leona yang tadinya tersenyum langsung luntur  seketika akibat jawaban Daniel.

Deolinda yang mengerti keadaannya menjadi canggung memilih mencairkannya.

"Ayo main truth or dare?" Ando yang ingin pacarnya senang akhirnya menyetujui dan memaksa ke empat orang itu untuk mengikuti permainan usulan pacarnya. Ando sudah terlebih dahulu duduk manis di samping Deolinda.

"Gurunya nanti mau masuk gimana?" Vania sebenarnya malas. Tapi karena tadi tak enak dengan wajah absurdnya Ando saat memaksa, akhirnya ia lebih memilihnya ketimbang menolak.

"Ya bubarlah, gampang itu urusan cowok." ketiga perempuan itu berdecak malas mendengar penuturan Daniel. Vania melirik Jeffrie. Pria itu sedari tadi diam, memang sifatnya seperti itu. Tapi masalahnya, dia terus menatap Vania membuat Vania risih.

"Gak bosen liatin gue?" Jeffrie menggeleng. Semuanya menatap jijik melihat  interaksi Vania dan Jeffrie.

"Woy, OSIS mau kesini! Malah mainan. Ngotak sikit lah anjing!" teriak Rizky.

"Iya ni bubar elah, sabar napa. Kayak anak perawan yang mau dijebol aja teriak teriak." omel Ando. Jeffrie bangkit dan menyempatkan mengelus rambut Vania sebentar lalu pergi dari kelas Vania. Vania mendesah pelan, heran dengan sikap Jeffrie.

"Jef, sebenernya kamu suka sama aku gak sih?" Jeffrie mengangguk.

"Buktiin." Jeffrie diam membuat Vania ingin mencabik cabik wajah tampan sang kekasih. Sudah 5 bulan mereka berpacaran namun hubungan mereka seperti tak ada kemajuan.

Vania yang selalu mengajak kencan terlebih dahulu. Vania yang mengajak berbicara terlebih dahulu. Vania yang selalu ingin menjadi prioritas Jeffrie. Namun sayang, ekspetasinya tak sesuai realita.

Jeffrie  sering diam tanpa menanggapi ocehan Vania. Vania ingin memperjuangkan Jeffrie dan  merubah sikap yang dinginnya mengalahkan es batu. Semua ia lakukan agar ia dapat menarik atensi pria itu tapi tidak berhasil.

Walaupun baru berpacaran 5 bulan, tetapi perjuangan Vania sekitar 7 bulan untuk mendapatkan  Jeffrie. Ia kira setelah menjadi kekasih Jeffrie, sikap pria itu akan berubah, tetapi tidak. Sama saja. Vania langsung menyimpulkan bahwa Jeffrie menerimanya karena ia kasihan dengan Vania.

"Gak bisa buktiin? Okey, jujur aku udah capek. Terserah kalau kamu ngatain aku yang payah baru segini aja udah nyerah. Emang kesabaran ku sampai sini. Setiap orang berbeda beda, begitupun aku. Semua udah aku lakuin, tapi ternyata hasilnya tetep sama." Vania tidak ingin putus dengan Jeffrie. Tetapi jika ia terus menerus diposisi ini, ia merasa dirugikan karena hanya dia yang berjuang.

"Aku mau kita putus." Vania memejamkan matanya, menahan agar tidak menangis. Saat tidak mendengar balasan apa pun Vania membuka matanya. Vania menatap Jeffrie. Berharap pria itu akan menolak dan berjanji akan berubah.

"Oke, kita putus." Air mata Vania jatuh tanpa seizinnya. Seharusnya dia tidak pernah mencintai pria di depannya ini. Pria yang baru saja menyandang status mantannya.

"Heh! ngelamun aja." Deolinda menepuk bahu Vania membuat Vania terlonjak kaget.

"Loh OSIS udah kesini?" Vania heran mengapa kelas menjadi agak sepi.

"Udah, lo sih ngelamun aja. Anak anak yang bawa barang barang itu dibawa ke kepsek. Ternyata tadi Lala langsung bawa tuh barang anak anak ke ruang OSIS."

"Jadi pas tadi dia bawa kresek terus keluar itu dia mau ke OSIS?" Deolinda mengangguk.

"Soalnya ada barang yang disembunyiin disini tanpa sepengetahuan dia, otomatis kalau kena satu, OSIS bakal curiga sama anak sini. Gak mungkin dong yang bawa cuma satu ndil. Makanya ketimbang satu yang dihukum mending dihukum semua."
Vania mengangguk mengerti.

MANTANWhere stories live. Discover now