They Hate Me (1)

Beginne am Anfang
                                    

"kok kalian tidak menjawab salam?" tanya Ai sambil berjalan mendekat ke laki-laki dan gadis itu.

Mendengar pertanyaan wanita itu, membuat baby sitter dan dua pria tadi merasa ngeri. Pasalnya, anak majikannya itu sangat menakutkan. Mereka sengaja menjauhi atau bahkan tidak terlibat dengan obrolan dengan keduanya, karena takut dimarahi olehnya. Karena anak majikannya itu terkenal dengan sifat galaknya dan suka marah - marah.

"siapa kamu?" tanya anak laki-laki dengan suara dinginnya

"saya Ai. Saya bunda kalian," jawab wanita itu dengan senyumnya

"bunda?" laki-laki itu bergumam dan hanya dia yang bisa mendengarnya

"bunda? Maksudnya apa?" tanya gadis yang tadi di belakang Nino sekarang sudah berpindah di samping kakaknya itu

"iya, saya bunda kalian. Saat kalian ujian kenaikan kelas, saya dan papa kalian menikah," kata Ai menjelaskan

"kamu bukan bunda aku," tolak gadis yang bernama Nina, "AKU NGGA MAU PUNYA BUNDA KAYAK KAMU," teriak Nina

Ai terkejut mendengar teriakan gadis di depannya. Dia juga terkejut dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu. Tidak hanya Ai saja, tapi semua yang berdiri di dekat tangga juga terkejut. Bibi yang sedang sibuk di dapur pun sampai meninggalkan dapurnya untuk melihat apa yang terjadi. Setelah teriakan itu, terasa hening saat ada suara yang membuat mereka terkejut, yaitu suara tangis sang bayi. Bayi kecil yang tadi sudah terusik oleh teriakan Nina, sekarang terusik lagi, karena suara teriakan Nina yang lebih keras dari sebelumnya.

Bayi itu menangis sangat kencang dan keras. Sang baby sitter mencoba memberikan dotnya, tapi sang bayi menolaknya. Baby sitter kewalahan untuk menenangkan sang bayi. Terlihat seorang wanita berdiri di depannya sambil tangannya meraih bayi yang menangis. Dia mengambil bayi itu dari gendongan baby sitter. Wanita yang dibentak oleh Nina membawa bayi itu ke gendongannya. Dia memeluk bayi itu sambil mengelus punggung sang bayi. Wanita itu juga menciumi kepala sang bayi dengan lembut dan penuh perasaan sayang.

"cup…cup…cup…" kata wanita itu sambil menggerakkan tubuhnya

"mana dotnya?" wanita bernama Ai, meminta dot milik bayi itu dari baby sitter nya

"siapa namanya?" tanya Ai lagi, saat sang baby sitter memberikan dotnya

"namanya Dion, Nyonya," jawab baby sitter dan Ai tersenyum kepadanya sambil menerima dot

"kalo nama kamu?" tanya Ai yang sedang mencoba menghentikan tangis bayi itu

"saya Kia, Nyonya," jawab baby sitter ynag bernama Kia

Ai menganggukkan kepala, "istirahat lah! Biar Dion saya yang bawa!" perintah Ai

Apa yang dilakukan Ai, dari perkenalan duri, dibentak oleh Nina, perlakuannya terhadap Dion yang menangis, percakapannya dengan sang baby sitter, hal itu membuat semua orang memandangnya dalam diam. Bahkan terlihat sekali bahwa Ai sangat menyayangi sang bayi kecil. Meski tangis sang bayi sudah tidak sekeras tadi, hal itu membuat semuanya terkejut. Bahkan ada mata yang terus menagawasi gerak - gerik Ai saat memperlakukan sang bayi. Terlihat senyum samar dari orang tersebut.

Ai berjalan menuju kedua anak Daaniyaal, "kalian istirahat lah! Pasti lelah abis perjalanan."

"Dion jangan nangis lagi ya! Dion kan anak pintar," kata Ai kemudian dia pergi menuju dapur bersama Dion dan Ai menciumi wajah Dion yang basah karena air matanya

Nina, Nino, baby sitter dan kedua pria tadi masih melihat Ai ynag berjalan menjauhi tempat dimana mereka berdiri. Mereka masih diam mengamati Ai. Bahkan beberapa detik berikutnya, mereka mendengar suara tawa kencang khas bayi dari ruang makan. Itu tandanya si bayi sudah tidak menangis lagi. Bahkan suara tawa bayi itu terdengar sangat bahagia, membuat siapa yang mendengarnya tersenyum tanpa mereka sadari. Tetapi tidak dengan gadis bernama Nina. Dia tampak membenci wanita itu.

"sudah selesai masaknya bi?" tanya Ai yang melihat bibi membawa nasi goreng yang ada di mangkok bening dari kaca

"sudah nyonya," jawab bibi dan Ai mendudukkan Dion di meja makan

"ada yang bisa aku bantu?" tawar Ai yang sesekali mengunyel kepalanya di perut Dion sehingga membuat Dion tertawa kencang

"tidak usah nyonya, anda duduk saja dengan Dion," jawab bibi dan dia berjalan menuju dapur
Bibi datang dari dapur membawa satu piring berisi telur mata sapi. Kemudian dia kembali lagi sambil membawa piring yang sudah bersih.

"Nyonya, tidak marah kan dengan nona Nina?" tanya bibi yang sedang menata piring di meja

"insyaallah tidak, bi. Saya tidak marah. Malahan saya sebenarnya Takut sama gadis itu," jawab Ai sambil tertawa

Bibi juga ikut tertawa mendengar jawaban majikan barunya itu, "nona Nina memang galak. Dia suka marah - marah, suka teriak - teriak juga," kata bibi.

Ai hanya menganggukkan kepala tanda mengerti dan bibi melanjutkan ucapannya, "yang sabar ya, nyonya. Den Nino dan non Nina memang anaknya seperti itu."

"iya bi. Doakan Ai, semoga Allah selalu memberikan saya kesabaran dan semangat untuk menghadap mereka," kata Ai sambil tersenyum dan dengan nada penuh semangat

"Aamiin Aamiin Aamiin," jawab Bibi

"beneran bi, ngga ada yang bisa saya bantu?" tanya Ai lagi

"ngga ada, nyonya. Saya sudah seneng nyonya bisa buat den Dion tertawa seperti itu. Den Dion jarang sekali tertawa kencang seperti tadi. Dia selalu menangis," jawab bibi sambil tersenyum kepada majikan barunya itu dan Ai hanya menganggukkan kepalanya

Ai akhirnya membiarkan bibi bekerja sendiri. Dia sedang sibuk dengan bayi di depannya. Dia menciumi wajah Dion kecil yang air matanya sudah mengering. Ai kemudian membawa Dion ke kamar mandi yang berada di bagian kanan ruang makan.

"Dion cuci muka dulu ya. Wajahnya jadi jelek abis nangis," kata Ai sambil tertawa melihat Dion dan Dion pun juga ikut tertawa melihat wanita di depannya tertawa












🌹🌹🌹🌹🌹










Enough for today

Don't forget vote and comment

Follow thia account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

😉😉😉

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWo Geschichten leben. Entdecke jetzt