Disinilah Daaniyaal sekarang bersama dengan Toni dan Riky. Mereka baru saja turun dari mobil Daaniyaal. Mereka sedang sibuk mengambil barang - barang yang mereka siapkan dari tadi siang.

Atas saran Toni, yang sudah menikah, dia meminta Daaniyaal untuk membawa buah tangan, seperti makanan atau buah. Padahal Daaniyaal juga sudah pernah menikah, mengapa Toni yang memberi saran dan bukan inisiatif dari Daaniyaal sendiri? Karena saking seneng dan terkejut, dia menjadi blank. Bingung mau mempersiapkan apa.

Mereka bertiga berjalan ke rumah Ai yang ternyata pintu rumahnya sudah terbuka. Riky membawa parsel buah. Toni membawa 2 kotak berisi kue dan Daaniyaal membawa paper bag berisi baju sarimbit untuk calon mertua dan baju gamis untuk Ai. Terliat sangat jelas jika Daaniyaal merasa gugup sekaligus senang.

"Assalamualaikum……" Daaniyaal memberi salam ketika mereka sudah berada di ambang pintu

Terdengar suara langkah mendekat dari dalam rumah, "wa'alaikumsalam….. Ayo silakan masuk! Nak Daaniyaal dan temannya, silakan duduk," kata Pak sulaiman, sang kepala keluarga

"terima kasih pak. Ini untuk anda dan keluarga," kata Daaniyaal sambil menyerahkan paper bag yang dia bawa. Begitu juga dengan Riky dan toni, yang memberikan bingkisan yang mereka bawa.

"kok bawa seperti ini, nak Daaniyaal. Malah ngrepotin," kata pak Sulaiman merasa sungkan

"ngga apa-apa pak, ngga ngrepotin," jawab Toni sambil tersenyum

Pak Sulaiman menerima bingkisan itu dan meletakkannya di meja tamu satu persatu. Kemudian mempersilakan tamunya itu untuk duduk.

"Ai, tolong kesini, tamunya sudah datang," panggil pak Sulaiman

Terlihat seorang gadis dengan gamis dan kerudung yang senada berjalan menuju ruang tamu. Gadis itu terlihat cantik dengan riasan yang sederhana. Saat tiba dia ruang tamu, matanya langsung tertuju ke Daaniyaal. Laki-laki itu terlihat tampan dengan baju resmi tapi terlihat santai. Dan dia tersenyum kepada Daaniyaal dan Daaniyaal pun membalasnya dengan tersenyum.

"tolong bawa ini ke dalam! Jangan lupa bawakan minum dan makanan kecil!" perintah sang bapak

"iya, pak," jawab Ai dan dia membawa bingkisan yang berupa parsel buah dan 2 kotak berisi kue. Untuk paper bag nya dia tinggal di ruang tamu.

Semuanya sudah berkumpul di ruang tamu. Suasana malam yang tenang dan dingin ini tidak membuat Ai ataupun Daaniyaal merasa tenang. Pasalnya mereka berdua terlihat gugup dengan jantung yang berdetak sangat cepat.

Ai duduk diantara bapak dan ibunya. Daaniyaal duduk diantara Toni dan Riky. Di meja tamu sudah tersedia cangkir yang berisi teh hangat serta beberapa makanan kecil seperti lapis legit, kue bolu gulung, tahu bakso dan beberapa jajanan kering.

"kedatangan kami kemari, bermaksud meminang putri pak Sulaiman, yang bernama Alaika untuk teman saya, Daaniyaal," kata Toni memulai percakapan sambil menunjuk Daaniyaal yang duduk di samping kirinya

Pak Sulaiman menganggukkan kepalanya dan berkata, "putri saya ini sebenarnya banyak kekurangannya." Ai yang mendengar itu langsung menyenggir dan menundukkan kepalanya

"Ai ini tidak begitu pintar memasak seperti ibunya. Anaknya juga hanya punya teman sedikit, karena tidak mudah bergaul dan pendiam. Dia juga suka minder," lanjut pak Sulaiman membicarakan kekurangan Ai dan Ai menyenggol lengan bapaknya itu karena malu

"sama, pak. Teman saya ini, Daaniyaal dia juga punya banyak kekurangan. Dia juga pendiam, kalo bicara hanya sepertinya saja, sedikit galak…… " kata Toni sambil tertawa dan lainnya pun ikut tertawa

"..... Dan sebenarnya, Daaniyaal itu…. adalah….. duda beranak 3, pak," lanjut Toni dan suasana menjadi hening seketika. Tidak ada suara tawa. Hanya ada suara serangga.

Suasana yang hening ini, membuat Daaniyaal tidak nyaman. Ucapan Toni yang terakhir, membuatnya sedikit khawatir. Khawatir jika pak Sulaiman tidak menerima lamarannya. Karena mana ada orang tua yang mengizinkan putri satu - satunya menikahi seorang duda. Walaupun pemikirannya ditepis dengan ucapan Ai saat di telepon kemarin, Daaniyaal tetap merasa khawatir.

Di sisi lain, Ai juga merasa khawatir. Bapaknya hanya diam saja. Apakah bapaknya tidak mau menerima pinangan mas Daaniyaal? Ai jadi takut jika hal itu benar-benar terjadi. Ai menatap bapaknya yang duduk di sampingnya. Pria yang menjaganya dari kecil itu, terlihat sedang menarik napas. Kemudian menghembuskannya.

"walaupun putri saya ini banyak kekurangannya, dia adalah putri saya satu - satunya. Sebagai orang tua, pasti menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik, seperti, nak Daaniyaal yang menginginkan anak - anak anda mendapatkan yang terbaik," kata bapak Ai dan Ai menjadi gugup mendengar ucapan bapaknya itu. Dia menggenggam tangan ibunya yang berada di sampingnya. Ibunya hanya tersenyum dan membelai punggungnya Ai dengan gerakan pelan.

"nak Daaniyaal adalah seorang duda dan putri saya ini masih perawan. Sedikit berat rasanya jika menyerahkannya kepada nak Daaniyaal. Sebagai orangtua, saya ingin putri saya ini mendapatkan laki-laki yang paling tidak masih lajang," pupus sudah harapan Daaniyaal untuk menikahi Ai. Apalagi mendengar penuturan laki-laki di depannya. Dia harus tetap tersenyum dan menerimanya meski telah ditolak

"tapi saya bisa apa, kalo putri semata wayang saya menyukai nak Daaniyaal. Saya sebagai orangtua yang merawatnya dari bayi, hanya bisa menyetujui keinginannya," lanjut pak Sulaiman

Daaniyaal yang mendengarnya hanya bisa terkejut dan tidak percaya. Dia mencoba mencerna ucapan laki-laki di depannya. Tadi beliau mengatakan menyetujui? Bukankah itu artinya laki-laki di depannya ini menerima lamarannya? Apakah benar?

"terima kasih, pak Sulaiman, karena sudah menerima lamaran teman saya ini. Untuk selanjutnya bagaimana jika kita merencanakan persiapan pernikahan untuk mereka berdua?" tawaran Toni menyadarkan Daaniyaal, bahwa ini semua bukanlah sebuah mimpi. Ini adalah kenyataan. Dia akan menikah dengan gadis di depannya itu. Daaniyaal tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

"iya, tidak apa-apa jika mau merencanakan persiapan pernikahannya. Pernikahannya cukup yang sederhana dan semampu kami," kata pak Sulaiman

"untuk pesta pernikahan, saya yang akan mengurusnya. Untuk biaya, tidak perlu dipikirkan. Biar menjadi urusan saya dan kedua teman saya," akhirnya Daaniyaal berbicara

"iya, pak. Biar kami yang mengurus resepsi pernikahannya. Saya punya teman WO dan pasti dia bisa membantu," sekarang suara Riky yang terdengar. Temannya itu juga merasa bahagia untuk Daaniyaal. Akhirnya sahabatnya itu bisa move on dan mau mencoba melanjutkan hidup barunya.

"apa tidak merepotkan? Seharusnya pihak perempuanlah yang menanggung resepsi pernikahan," kata Pak Sulaiman merasa tidak enak

"tidak apa-apa, pak. Karena ini pernikahan teman kami, Kami ingin Daaniyaal juga merasakan kebahagiannya. Ini yang bisa kami lakukan, yaitu membantu merencanakan acara resepsi. Apalagi Ai adalah putri anda satu - satunya. Pasti anda ingin pesta pernikahannya meriah karena yang sekali seumur hidup," kata Toni

"iya, pak. Saya setuju dengan Toni. Anda dan ibu cukup menjaga kesehatan. Untuk persiapan surat - surat, saya akan membantu Ai yang akan mengurusnya," tambah Daaniyaal

Daaniyaal menatap Ai yang duduk di samping bapaknya itu. Dia memandang Daaniyaal. Daaniyaal tersenyum kepada Ai dan Ai menundukkan kepala karena merasa malu.










🌹🌹🌹🌹🌹












Enough for today

Don't forget vote and comment

Follow fanyawomenly
Follow juga IG @greenalam1357, ntar aku foll back

Thank you have vote and comment my story

Thank you have read my story

Selamat berpuasa
Jangan lupa zakat fitrah dan mal nya. Tadarus Qur'an nya juga terus ya

😁😁😁

Have a nice day

😉😉😉

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now