Keterdiaman Ai, membuat Daaniyaal merasa gelisah dan takut. Daaniyaal takut jika Ai akan menolaknya, padahal Daaniyaal belum menceritakan masa lalunya kepada gadis itu.

"tapi aku takut kamu menolakku, setelah kamu tahu masa laluku," lanjut Daaniyaal

Belum sempet Ai bertanya karena penasaran, sang pelayan datang dengan membawa pesanan kami. Akhirnya mereka menunda obrolannya dan akan melanjutkannya setelah makan siang.

Setelah makan siang, Daaniyaal langsung mengantar Ai ke rumahnya. Mereka menjadi canggung. Ai juga hanya diam saja saat Daaniyaal berpamitan dengannya. Karena perubahan sikap Ai, Daaniyaal tidak lagi menanyakan apa - apa kepada Ai. Daaniyaal pun langsung berpamitan kepada Ai dan melajukan motornya menuju rumah kontrakannya.





***





Sudah hampir seminggu, Ai tidak menemuinya. Bahkan saat mengantar makan siang, bukan Ai yang mengantar, tetapi orang lain. Kali ini Daaniyaal benar-benar kecewa dengan gadis itu. Ia kira, Ai gadis yang berbeda, tapi nyatanya tidak. Gadis itu langsung menjauhinya setelah mengetahui masa lalunya.

Daaniyaal merasa kecewa dengan respon Ai. Karena tadi Ai tidak menolak ataupun menerimanya. Karena itu, Daaniyaal menjadi malas untuk melakukan apa - apa. Dia berdiam di rumah kontrakan. Dan membiarkan kedua temannya yang mengawasi para pekerja.

"kenapa sih, bro? Dari kemarin sikapmu aneh banget. Lebih suka di rumah ketimbang ke lokasi," kata Riky yang bingung dengan sikap temannya itu. Sekarang mereka sedang di ruang tamu, menikmati waktu santai di malam hari yang dingin karena hujan.

"iya. Padahal biasanya dia yang rajin ke lokasi ketimbang kita," tambah Toni

Daaniyaal hanya menghela napasnya mendengar ucapan kedua temannya itu. Dia sudah lelah sekarang. Lelah hati dan lainnya. Ternyata menyukai seorang gadis dengan masa lalu yang dia miliki, sangatlah susah.

"cerita sama kita! Ada masalah apa? Mungkin kita bisa bantu," lanjut Toni karena Daaniyaal hanya diam saja

"minggu kemarin, aku ngajak seorang gadis buat nikah," cerita Daaniyaal

Toni dan Riky yang tadinya sedang bersantai, seketika terkejut mendengar ucapan Daaniyaal. Mereka masih menunggu lanjutan cerita Daaniyaal. Mereka tidak ingin memotong ataupun bertanya. Jika Daaniyaal sudah bercerita, dia tidak ingin ada orang yang memotong ataupun bertanya.

"lalu aku cerita tentang masa lalu aku," kata Daaniyaal dan kedua temannya menunjukkan ekspresi yang berbeda

"gadis itu tidak menolak ataupun menerimanya. Apalagi waktu aku anter dia sampai ke rumah. Dia hanya diam saja," lanjut cerita

"sepertinya aku salah menilai gadis itu. Aku kira dia gadis yang baik, lembut dan penyayang. Tapi sikapnya berubah setelah tahu masa laluku. Bahkan sekarang dia menjauhiku," lanjutnya lagi

"memang kamu tahu dari mana kalo gadis itu menjauhi mu?" tanya Riky yang penasaran dengan gadis yang diceritakan oleh Daaniyaal

"iya. Terus kapan kamu deket dengan seorang gadis? Setahu kita, kamu ngga keliatan sedang dekat sama perempuan. Terus perempuan yang mana? Kita kenal kah?" tanya Toni juga

"kalian kenal gadis itu. Dia Ai, gadis yang sering mengantarkan kita makanan. Dan seminggu ini aku juga tahu kalo bukan dia yang mengantarkan makan siang kita," jawab Daaniyaal

"seriusan? Kamu sama Ai?" tanya Riky tidak percaya

"kok kita bisa ngga tau ya," tambah Toni dan Daaniyaal hanya menganggukkan kepalanya mendengar respon kedua temannya itu

"tenang bro. Mungkin kalian berdua tidak berjodoh. Jadi ngga usah dipikirin. Cukup lupakan dan cari yang lain aja. Mungkin dia memang ngga baik untuk kamu," saran Toni sambil menepuk bahu Daaniyaal dan dianggui oelh Riky

Mereka bertiga terdiam. Diam dengan pikiran masing-masing. Hanya terdengar suara hujan yang turun sangat deras. Hawa dingin juga menemani mereka malam ini. Sampai terdengar suara ringtone dari salah satu ponsel mereka bertiga. Tidak ada niatan dari sang pemilik untuk mengangkat panggilan tersebut.

"ponselmu bunyi tuh," kata Riky

"iya. Diangkat! Siapa tahu penting," kata Toni

Daaniyaal hanya menatap ponselnya sekilas, kemudian dia menggelengkan kepala dan tak acuh. Dia tidak ingin mengangkat telepon tersebut karena dia tahu siapa yang meneleponnya. Suara ringtone berhenti. Tetapi selang beberapa detik, ringtone itu berbunyi lagi.

"siapa sih yang telepon?“ gerutu Riky sambil melirik ponsel Daaniyaal

Riky mengambil ponsel Daaniyaal yang masih berdering dan meletakkannya di tengah, "dari Ai itu. Diangkat saja! Mungkin aja penting," kata Toni dan Daaniyaal menolak dengan menggelengkan kepalanya

"Siapa tahu dia mau jawab permintaanmu? Kan tadi katamu, dia tidak menolak atau menerima," saran Toni

"iya, ngapain juga dia telepon kamu malam - malam gini. Apalagi hujan juga. Pasti ada hal penting yang mau disampaikan ke kamu," tambah Riky

Sejenak Daaniyaal memikirkan apa yang diucapkan kedua temannya itu. Memang Ai belum menjawab permintaannya. Dan malam begini, untuk apa dia menelepon, apalagi kondisi hujan begini. Kan bahaya jika melakukan komunikasi saat hujan deras seperti ini. Ada secuil harapan dalam diri Daaniyaal sekarang. Dia menatap ponselnya yang masih berdering.

"berpikir positif, bro. Kita doa in semoga ini berita bahagia," kata Toni menepuk bahu Daaniyaal dan Riky menganggukkan kepala mendukung ucapan Toni
Daaniyaal akhirnya menerima panggilan Ai. Dia tidak beranjak dari duduknya. Dia tetap berada disitu bersama kedua temannya.





















Enough for today

Don't forge to vote and comment my story

Follow fanyawomenly
Follow IG juga @greenalam1357
Tenang, nanti aku foll back

😁😁😁

Thank you have vote and comment my story

Thank you have read my story

Selamat berpuasa ya
Jangan lupa zakat fitrah dan tadarus Qur'an

😊😊😊

Have a nice day

😉😉😉

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now