PROLOG

450 28 11
                                    

Mobil yang kini ia tumpangi akhirnya sampai di lobby apartemennya. Ia kemudian meregangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan setelah cukup lama duduk akibat terjebak dalam kemacetan tadi.

"Sudah sampai, Mbak Yaya." Kata Pak Supardi, supir yang ditugaskan agensinya untuk mengantar jemputnya melalui jadwal pemotretan dan syutingnya yang padat. Pak Supardi lebih memilih untuk memanggilnya dengan sebutan Mbak Yaya, karena katanya ia salah satu dari banyak fansnya yang juga biasa memanggilnya dengan nama tersebut. Namun demikian, di belakang gemerlap dunia showbiz yang ia tekuni, ia memanggil dirinya Alex dan lebih memilih untuk dipanggil Alex oleh para sahabat dan kerabat dekatnya. Menurutnya, nama itu lebih ringkas, tak terlalu girly, dan membuatnya lebih merasa seperti dirinya sendiri.

"Ok pak, terima kasih ya.." Kata Alex.

"Besok saya jemput lagi jam lima subuh ya?"

"Eh?"

"Mbak Ellen bilang begitu tadi, katanya Mba Yaya akan ada pemotretan editorial majalah besok pagi jam 7." Kata Pak Supardi.

Shit.. ia lupa karena sepertinya ketika Ellen menerangkan jadwalnya besok ia tertidur sejenak karena fisiknya yang kecapekan.

"Ellen bakal ikut juga kan? Aku perlu orang buat bangunin soalnya."

"Iya, seperti biasa, Mbak Ellen juga bakal ikut buat bantu bangunin Mbak Yaya." Jawab Pak Supardi. Hari ini Ellen tidak mendampinginya pulang karena ia meminta izin untuk pergi menghadiri acara pernikahan sahabatnya.

"Ok deh kalau gitu Pak, sampai besok." Kata Alex.

"Iya Mba Yaya, hati-hati." Tukasnya. Alex kemudian keluar dari mobil itu dan melihatnya mulai berlalu. Ia menghela nafasnya.

Alex kemudian berjalan melalui lobby apartemen menuju lift yang akan membawanya menuju unit apartemennya yang terletak di lantai paling atas gedung ini. Seharian tadi ia harus melakukan syuting iklan salah satu brand make up yang baru saja memilihnya sebagai brand ambassador mereka. Ia merasa lelah dengan semua ini namun bukankah jalan hidup ini yang dulu ia pilih untuk ia tekuni?

Pada awal karirnya, Alex adalah seorang dancer amatir, ia menekuni hal itu karena kecintaannya pada dunia seni tari dan tidak menjadikannya sebagai mata pencaharian. Dunianya berubah ketika kemudian ia memutuskan untuk mengikuti ajang audisi pencarian bakat yang diadakan oleh salah satu TV swasta, hal yang membawanya menuju posisi puncak dan memenangkan kompetisi tersebut. Kekuatannya yang dapat menggabungkan tarian hiphop dengan klasik dan menjadikannya elegan namun modern berhasil mengambil hati para penonton yang mengantarkannya menjadi juara. Setelah kemenangannya itu, mulailah perjalanannya di dunia showbiz. Tubuhnya yang tinggi semampai dan wajahnya yang photogenic membuatnya ditarik untuk mulai menekuni dunia modeling yang dipenuhi jadwal sesi pemotretan majalah, katalog, dan juga peragaan busana. Hal itu jugalah yang kemudian membuka pintunya untuk menjadi brand ambassador beberapa produk fashion dari middle hingga high end brand.

"Such a long day.. hoaam." Gumam Alex ketika akhirnya sampai di ruangan apartemennya yang sepi dan gelap. Matanya mencari dua kucing yang biasa menghampirinya, namun kemudian ia teringat jika dikarenakan kesibukannya beberapa hari kebelakang, Alex harus menitipkan kucingnya yang bernama Lily dan Leo pada sahabatnya Jojo.

Menyerah dengan tubuhnya yang mulai lunglai, Ia kemudian menaruh tasnya di atas meja dan melemparkan tubuhnya di sofa empuknya. Wangi semerbak bunga lily putih segar di meja terhirup oleh hidungnya. Ia kembali menatap vas bunga berisikan berpuluh tangkai bunga lily segar di mejanya dalam gelap. Ia bisa melihat kartu ucapan yang tergantung di vas bunga itu.

Happy belated birthday, Lexy.

Seseorang tanpa nama mengirimkan bunga itu tadi malam sebagai hadiah ulang tahunnya yang sebenarnya sudah lewat. Alex kemudian memejamkan matanya. Hanya satu orang yang ia tahu memanggilnya dengan nama itu.

ONCEWhere stories live. Discover now