Dia yang Menjatuhkan Hatinya(2)

9 3 0
                                    

Jatuh cinta memang sering menjatuhkan logika
(;ŏ﹏ŏ)

Mataku mengerjap saat mentari berhasil menemukanku di bawah selimut. Seingatku tadi malam sudah kututup gorden jendela, sengaja agar tak terjadi seperti sekarang ini. Namun sejak kapan sudah bergeser? Aku menoleh ke arah pintu kamar. Benar. Aku lupa menguncinya, itu artinya ibuku yang sudah menggeser gorden. Cukup mudah memang membangunkanku.

Ah,ya. Aku jadi teringat peristiwa tadi malam yang begitu cepat dan tanpa aba-aba. Dan kenapa tak kukirimkan saja pesan balasan untuk membenarkan semuanya? Entahlah. Akupun tak terlalu mengerti perasaanku. Mungkin ini kali pertama seseorang menyatakan perasaan padaku, dan akupun cinta pertamanya.

Kulangkahkan kaki untuk membersihkan sisa-sisa tidurku. Tiga puluh menit berlalu aku telah siap, dan kini tengah memakai sepatu di teras rumah sebelum akhirnya bersiap untuk ke sekolah tak lupa berpamit pada ibuku.

Sudah menjadi kebiasaan bagiku pergi ke SMA dengan angkutan umum. Jarak rumah dengan jalan raya agak memakan waktu, tapi karena sudah terbiasa itu tak menjadi masalah.

Di tengah perjalanan yang sepi, tak sengaja berpapasan dengan Aira. Kami berbincang cukup heboh sepanjang perjalanan. Hingga sampai di halte bus kami masih bertahan dengan topik obrolan.

Bus datang, kami segera masuk. Tak banyak penumpang mengingat waktu masih cukup pagi. Namun, beberapa ibu membawa barang dagangannya yang berukuran besar, membuat kami harus mundur ke belakang untuk mendapat tempat lengang.

"Duh, repot Nih turunnya". Aku membenarkan ucapan Aira. Namun tetap saja mau tak mau kami harus tetap mundur.

Untuk memastikan tidak ada seseorang di belakangku, aku sedikit menoleh agar tidak menabrak. Namun sesuatu mengejutkan terjadi. Seseorang tersenyum kepadaku dengan rona malu yang begitu kentara tak jauh beda denganku. Kami saling melirik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya Aira bertanya padaku.

"Chay, kamu kenapa ketawa sendiri?"
Jelas aku terkejut mendengarnya, setauku diriku hanya tersenyum sedari tadi, " Iyakah? Gapapa kok hehehe". Hanya kujawab seperti itu untuk meredam rasa penasarannya.

Bus berhenti tepat di halte sekolah. Kami turun dengan dia yang semalam membuatku berbunga.

Berjalan dari gerbang hingga koridor kami habiskan dengan obrolan ala cewek. Meski aku sedikit canggung karena dia memilih tetap berjalan tepat di belakangku.

Kami berpisah tepat di depan kelas Aira XI MIA 2. Kini tersisa kami berdua. Kuberanikan diri menoleh padanya. Lalu kuberikan senyum termanisku. Kami tak memiliki banyak nyali untuk berjalan bersisihan.

Sesampainya di kelas kuletakkan tas. Aku kembali melangkah untuk mengambil sapu di belakang kelas, karena ini jadwal piketku. Belum jauh kulangkahkan kaki, suara lain menginterupsi, "Chay, resleting kamu kebuka". Sindi berbicara agak lirih di sampingku. Kuraih resleting rokku, dan benar saja aku lupa menariknya. Akkhh apa sepanjang jalan dia tersenyum karena melihatnya?

Aku terlalu bersemangat untuk segera bertemu dengannya di kelas. Aakkhh!! Efek jatuh cinta semengerikan ini ternyata.

Zamana🌈

Anthology Of TalesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin