OSN ?

5 1 0
                                    


DI kelas 12 Fisika 3 saat ini sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika, mapel favorit Naya.

Setelah rampung menjelaskan materi, Bu Sulis selalu guru matematika memerintahkan kelas Fisika 3 untuk mengerjakan beberapa latihan soal yang ada di buku paket.

Selagi anak didiknya mengerjakan apa yang diperintahkannya, Bu Sulis mengecek daftar presensi siswa hari ini.

"Putri nggak berangkat?"tanyanya setelah mengetahui salah satu murid kebanggaannya tidak terlihat  kehadirannya.

"Enggak, Bu." jawab beberapa siswa kompak.

Raut wajah bu Sulis berubah sedikit terkejut "Kenapa?"

Sebagian warga kelas langsung menatap Naya, seolah hanya gadis itulah yang tahu jawabannya.

Semula Naya bingung dengan tatapan teman sekelasnya. Tapi setelah ingat akan sesuatu, gadis itu lantas menepuk jidatnya sendiri.
"Ohiya, surat!"

Bagaimana mungkin dia bisa melupakan surat ketidakhadiran Putri yang kemarin dititipkan oleh Ardy!

Gadis itu kemudian mengambil amplop di saku roknya dan bergegas maju kedepan, menyerahkan surat tersebut kepada bu Sulis.

"Ini surat ketidakhadiran Putri, Bu. Maaf kalau saya telat ngasihnya" ucap Naya sopan.

Bu Sulis mengangguk, "Iya tidak apa-apa."

Ibu Guru berbadan agak berisi tersebut kemudian membuka surat itu dan sedikit mengernyit saat membaca tulisan di akhir surat tersebut.

"Naya, boleh Ibu bicara sebentar?"tanya bu Sulis saat Naya hendak berbalik, kembali ke bangkunya.

Naya mengangguk, tak keberatan sama sekali "Oh iya Bu, boleh"

Bu Sulis tersenyum hangat sebelum membuka suara. "Kamu mau apa enggak Nay, menggantikan Putri sebagai perwakilan  siswi yang ikut OSN Matematika?"

Bak ketiban kelapa di kampung Durian Runtuh! pertanyaan Bu Sulis langsung membuat Naya terkejut bukan main.

'OSN? MATEMATIKA? IMPOSSIBLE FOR ME!'batin Naya. Sungguh, tidak ada yang bisa mengalahkan kecerdasan Putri di bidang matematika --di sekolahnya--.

Bagaimana mungkin Bu Sulis menunjuknya untuk menggantikan Putri semudah makan kuaci tiga kelinci!

"Kok malah bengong sih? Nay?"

"HAH?"

Sepertinya suara Naya barusan mengagetkan sekaligus mengundang rasa penasaran teman sekelasnya. Bu Sulis pun sama terkejutnya.

Naya mengerjap sadar, "M-maaf Bu, tapi kenapa mendadak begini?" tanyanya yang kini sudah mengecilkan suaranya.

Bu Sulis membuang napas panjang, "Ibu sudah tidak ada pilihan lain lagi Nay. Sebenarnya sudah dari jauh-jauh hari Ibu bilang kepada Putri agar mempersiapkan diri dengan matang di hari ini, karena akan ada penetapan siswa siswi terpilih OSN yang akan dilaksanakan di SMA Gelatik setelah pulang sekolah, tapi hari ini Putri malah tidak hadir."

Naya menggigit bibir bagian bawah, sekarang ini gadis itu sangat nervous.
"Apa tidak bisa ditunda saja Bu pertemuannya?"

Bu Guru matematika itu menggeleng,
"Tidak bisa Nay. Seluruh siswa-siswi OSN satu Jakarta akan dipertemukan hari ini, dan rasanya sangat tidak mungkin untuk tidak mengirimkan perwakilan dari sekolah ini"

"Tapi Bu, skill matematika saya dan Putri sangat berbeda jauh. Saya tidak yakin bisa melakukannya melebihi Putri."ucap Naya merendah.

"Tidak ada yang tidak mungkin Nay, Ibu rasa kamu adalah murid yang juga pintar matematika selain Putri. Jadi tidak ada salahnya jika kamu menggantikan Putri kali ini." jelas Bu Sulis agak memuji, "Sekarang pilihannya ada di tangan kamu, mau atau tidak?"

Jeda Januari [ON GOING]Where stories live. Discover now