2

24 3 2
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa detik yang lalu, Sean tampak menatap punggung Anaya yang tidak bergeming. Tak lama kemudian salah satu teman sekelas mereka yang duduk di sebelahnya tampak menghampiri Anaya.

"Nay, kantin yuk" ajak perempuan itu.

Anaya tak langsung menjawab, ia tampak terdiam sebentar hingga akhirnya mengangguk. Perempuan itu tampak tersenyum lebar, menggandeng lengan Anaya dan menuntunnya keluar kelas. Sean mengikuti mereka dengan jarak agak jauh.

Sarah, teman sekelas sekaligus teman seolimpiade dengan Anaya itu mendudukkan Anaya di salah satu bangku yang kosong di kantin.

"Mau makan apa?" tanyanya menatap Anaya.

"Mie ayam?" tawarnya yang disambut anggukan Anaya.

"Boleh ikutan duduk disini?" Sean tiba-tiba muncul dibelakang Sarah, membuat gadis itu sedikit terkesiap karena suara rendah Sean yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Sebelum menjawab, Sarah menatap Anaya. Gadis yang ditatapnya tampak mengangguk mengiyakan. Melihat respon Anaya, Sean duduk tanpa diperintah dihadapan Anaya.

"Mau pesen juga?" tanya Sarah.

"Boleh"

"Mang, Mie Ayamnya tiga" Abang Mie ayam yang tak terlalu jauh mengacungkan jempolnya.

Sarah duduk disamping Anaya, gadis itu menatap Sean cukup lama dengan tatapan penuh selidik. Orang yang ditatap justru mengecek handphonenya tanpa menoleh ataupun merasa terganggu dengan tatapan Sarah. Setelah cukup lama ditatap Sean tampak risih dan memandang Sarah.

"Kenapa?" tanyanya.

Sarah menarik wajahnya ke posisi semula, kemudian tampak berpikir "kok kayak gak asing ya"

Sarah kembali mengingat-ingat dimana gadis itu pernah melihat Sean sebelumnya.

"AH!" serunya setengah berteriak dan membuat kedua orang yang tengah duduk dengannya itu menoleh.

"Kamu yang waktu itu nolongin Naya kan?" ucapnya kemudian kembali mengingat wajah Sean yang saat itu tak terlalu jelas diingatnya.

Sean mengangguk dengan senyum merekahnya.

Sarah mengangguk-angguk mengerti, "Kenapa pindah kesini?"

"Aku pindah rumah ke daerah sini, sekolah lamaku cukup jauh dari sini jadi aku terpaksa pindah"

Sarah mengangguk-angguk mengerti, sementara Anaya justru hanya menatap sekilas kemudian melamun.

Tak lama pesanan mereka sampai.

"Cobain, ini mie ayam terenak yang pernah ada di kota Bandung"

Sarah sempat melirik Bang Yanto yang baru saja menyediakan mie ayam jualannya tersebut, berharap mendapat diskon karena sudah mempromosikannya pada Sean. Namun si Abang hanya tersenyum tipis dan kembali ke gerobak jualannya. Sean tak banyak bicara, ia mulai menyantap mie ayam yang dipesannya itu.

Tiba-tiba saja seorang lelaki duduk di samping Sean, ia meraih mangkuk Sarah dan menyuapkan beberapa sendok mie kedalam mulutnya. Spontan Sarah yang melihatnya memukul lengan cowok itu dengan sendok lain yang ada di meja tersebut, membuat cowok itu meringis kesakitan dan menatapnya kesal.

"Kebiasaan, kalo minta tuh bilang-bilang dong!" Sarah merebut kembali mangkuk mie ayamnya.

"Biasanya juga gini kan" Bara, lelaki itu beralih menatap Sean yang masih asyik memakan mie-nya tanpa memperhatikan kejadian tadi.

"Kamu anak baru di kelas kita kan? Kenalin, Bara" lanjutnya sembari tersenyum bangga.

"Sean"

"Kalian baru kenalan disini?" tanya Sarah

HiraethWhere stories live. Discover now