Prolog

50 4 1
                                    


Aku melangkahkan kakiku ragu, jantungku berdegup seakan-akan minta keluar dari tubuhku, aku ingin sekali kembali pulang, walaupun sebenarnya ini yang sudah aku tunggu-tunggu selama ini. Mataku mengedar kesekitar tempat ini, semua siswa dari sekolah lain sudah tak sabar menunggu untuk masuk, ada yang masih menghafal dengan buku tebal ditangannya, ada yang mengobrol dengan teman satu sekolahnya, atau mungkin berkenalan dengan siswa sekolah lain. Spanduk lebar yang tergantung di dinding depan gedung ini memberi ucapan selamat datang. Aku, adalah salah satu peserta perlombaan ini, sekolahku memilih aku dan kedua temanku yang lain untuk mewakili sekolah dalam olimpiade kimia ini.

"Jawab soalnya dengan benar, banyak berdoa, dan jangan gugup, oke?", ucapan mama masih terngiang di kepalaku, belum lagi wajah penuh harap guru kimia yang sudah membimbingku masih terbayang jelas.

Kepalaku yang kemarin masih dipenuhi rumus kini kosong tanpa penghuni, sepertinya mereka lari dan bersembunyi, menyelamatkan diri dari puluhan soal yang siap aku kerjakan hanya dalam setengah jam lagi. Ketika orang lain sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing, aku hanya terdiam dengan mata kosong, kedua temanku pergi, beberapa menit lalu mereka bilang akan pergi ke toilet, namun sekarang belum kembali, jujur aku menyesal tidak ikut dengan Sarah dan Lila tadi.

"Jangan tatap spanduk itu lama-lama, nanti kamu makin gugup,", aku memutar kepalaku, seorang siswa dengan seragam sekolah yang aku tidak kenal sudah berdiri didepanku sambil tersenyum. Lelaki ini bertubuh lebih tinggi dariku, "hai,", ucapnya kembali menyapaku.

Aku tersenyum, setelah beberapa lama aku berdiri mematung kini ada orang yang bisa diajak bicara, "perkenalkan, namaku Asean Pandu Winata, panggil aku Sean, aku dari SMA Nusa Bakti,", sekali lagi lelaki itu bicara.

"Asean?", aku mengulang namanya yang terdengar sedikit lucu.

"Yap, dan kamu?", tanyanya menatapku, lalu beralih ke kartu peserta yang aku gantung di leherku.

"Anaya Arcelly? Namamu bagus," ia kembali menatapku, aku tersenyum ramah.

Salah seorang panitia perlombaan datang dan memberi pengumuman pada seluruh peserta. "Registrasi sudah dibuka, kepada seluruh peserta diharapkan untuk segera menuju meja registrasi,"

"Aku harus pergi, maaf," ucapku lalu pergi meninggalkan Sean setelah melihat lelaki itu mengangguk.

Meja registrasi belum ramai oleh peserta, aku hanya berjarak sekitar satu meter dari meja registrasi, mengantri dibelakang beberapa peserta yang akan melakukan registrasi. Aku masih belum bisa menemukan Sarah dan Lila, entah dimana mereka sekarang.

"Ruangan 2 lantai 2" ucapku mengulang apa yang diucapkan panitia di meja registrasi tadi, aku berjalan menaiki tangga dengan peserta-peserta dari sekolah lain, lalu kemudian sebuah tangan menepuk pundakku, aku menoleh dan mendapati Sarah dan Lila yang sudah berada di belakangku.

"Kalian, aku kira siapa," ucapku terkejut.

"Maaf Nay, kita lama ya?" tanya Sarah.

"Udahlah gak pa-pa, kita harus fokus sama lomba dulu sekarang," jawabku mempersingkat waktu.

Aku duduk dibangku lalu melepas ransel, waktu pembagian soal masih sekitar lima belas menit lagi, aku menyiapkan alat tulisku dan sesekali membuka buku pelajaran. Beberapa peserta sudah memenuhi ruangan, mataku menelusuri ruangan lomba ini, kemudian berhenti pada satu titik. Pintu ruangan terbuka dan beberapa peserta yang baru memasuki ruangan mulai mencari tempat duduk dengan nama mereka diatas meja, mataku tertuju pada satu orang, Sean, lelaki itu memasuki ruangan dan duduk didepan setelah menemukan namanya, raut wajahnya tampak tenang dan tanpa rasa takut, ia tidak terlihat seperti orang yang akan mengikuti lomba. Aku mencoba mengalihkan pandangan dan kembali membuka buku, aku tidak mau terus menerus memikirkan lelaki itu.

HiraethWhere stories live. Discover now