PROLOG. 💖

4 3 0
                                    

Hayoooo, ada yang kenal nggak sama otor? Hehehehee, otor back nih, moga pada suka yah.

~Takkan Terganti~

"lo berubah! Lo nggak sama lagi!"

"Sya! Lo sadar nggak sih?! Lo udah nyakitin Nadine dalam banget! Lo adalah orang yang paling nggak tau diri yang pernah gue kenal!"

"Gue benci lo!"

Apakah kalian sadar, seberapa hancurnya gue? Seharusnya kalian menjadi penerang gua, menjadi pelita, harusnya kalian rangkul gue saat ini.

Kalian jahat! Apa kalian tau itu?Apakah gue berubah ada urusannya dengan kalian? Nggak! Setiap orang berubah pasti ada alasannya, begitupun gue, apa kalian tau, apa penyebab gue berubah? Kenapa gue jadi kayak gini?

Kalian cuma manfaatin gue, gue tau itu. Dulu gue begitu bodoh, hingga nggak sadar akan itu, tapi sekarang gue sadar, gue bego! Percaya sama kalian adalah hal terbodoh yang pernah gue lakuin!

Gue nggak maksud buat nyalahin kalian, kalian nggak salah kok. Gue yang salah, salah karena udah jadi orang bego. Maaf udah ngerepotin kalian!

Gue pergi! Sampai jumpa! 

***

Natasya Pov

Entah sudah keberapa kalinya aku kembali ke rumah sakit ini? Rasanya sangat memuakkan! Puluhan jarum disuntikkan ke tubuhku, rasanya sakit! Tapi, pada saat itu tak ada orang yang menemani jauh lebih menyakitkan.

Ditusuk oleh puluhan jarum? Kalian tau Bagaimana rasa sakitnya? Jelas sakit banget, tapi inilah kenyataannya. Aku harus kuat!

"Sya? Kamu baik-baik aja?" tanya dokter padaku.

"Ya dok, saya baik-baik aja. Apa udah selesai?" tanyaku.

Dia mengangguk, aku tersenyum. Akhirnya selesai juga aktivitas memuakkan ini.

"Sebaiknya jaga kondisi kamu sebaik mungkin, jangan beraktivitas berlebihan, jaga pola makan, jangan stress, satu lagi jangan lupa berdoa buat kesembuhan kamu," sarannya.

Aku tersenyum, "Nggak dokter bilangpun, saya udah pasti bakal ngelakuinnya."

"Iyah, saya percaya, tapi kamu juga jangan putus asa, yah. Setiap masalah pasti ada solusinya. Begitu juga atas masalah kamu." Dia berkata dengan tulus.

"Dokter nggak usah kek gitu, kalau dokter kek gitu, malahan dokter kelihatan sama kayak mereka."

Dia terkekeh, "Setiap manusia memiliki persamaan dan perbedaan. Saya seperti ini karena saya peduli dengan kamu."

"Peduli? Awalnya aja, lalu setelah tau semuanya tak ada arti lagi!" jawabku nanar. Sakit rasanya berkata begitu.

Dia tersenyum dengan tulus, tatapannya begitu menyejukkan. Membuat mata memandang jadi tentram. Hampir saja aku terpana, aku lansung beranjak.

"Makasih buat semuanya ya, dok. Saya pamit!" ucapku.

"Tentu saja, ingat pesan saya. Hati-hati di jalan."

***

"Mama! Papa! Sya pulang!" Aku berlari ke arah kedua orangtuaku.

Meraka tersenyum ke arahku, aku semakin mendekat, tapi mereka malah semakin menjauh. Aku terus berlari, semakin cepat, tapi mereka terlalu cepat, hingga mereka menghilang di balik cahaya.

"Ma, Pa! Please, jangan tinggalin Sya lagi! Sya takut! Ma, lihatlah anakmu sendiri. Sya kangen dipeluk mama tiap malam, dicium, disuapin, semuanya." Aku berhenti mengejar mereka, aku hanya sanggup melihat cahaya itu dari jauh. Membawa mama dan papa pergi.

"Pa, ke mana papa pergi? Papa nggak kangen sama Sya? Nggak ada yang ngelindungin Sya disini pa, gelap, sakit, dingin, dan sendiri. Sya nggak kuat!"

"Syaa, sini!" Seseorang memanggilku.

Aku menoleh ke sana, ke mari. Mencari di mana asal suara itu. Lalu, datanglah dia. Dia yang mengulurkan tangannya, wajahnya berseri bak malaikat, tentunya dengan senyuman aku sambut uluran tangan itu, tapi, pada saat tangan kami telah bertaut, dia menghempaskan tubuhku.

Ada apa ini? Kenapa semua begini? Dia menarik rambutku dengan kasar.

Lalu wajah yang awalnya berseri berubah, semua gelap, aku tinggal sendiri. Sakit! Kenapa harus sendiri lagi? Apakah tak ada kebahagiaan dalam hidupku?

"Lo jahat!"

"Nggak guna!"

"Idupnya cuma ngerepotin aja!"

"Kamu nggak berguna!"

Begitu banyak hinaan berkelebat. Aku terpaku!

"Berhenti! Cukup! Kumohon!" teriakku, tapi tak ada yang mendengar. Malah suara itu semakin keras, mereka semakin dekat! Aku sangat takut.

Aku menunduk, membiarkan suara itu terus menggema, ku turunkan kepala ke lutut, kututup semua. Biarlah, tak ada yang memelukku, aku yang akan memeluk diri sendiri.

Aku sendiri dalam ruang gelap ini! Mereka membenciku, tanpa mau mengetahui apa alasannya.

Bersambung ....

Maaf kalo pada nggak suka.
In Syaa Allah, nanti otor perbaiki.
Sekarang segini dulu yah.

Moga pada suka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir dan Awal.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang