PART 3

2.2K 212 7
                                        

"A-ayahh," kaget Yu Raa, kedua matanya memanas. Seketika memori ketika dirinya dibunuh oleh Ayahnya sendiri terputar apik disana.

"Ayah?" Bingungnya.

Yu Raa menggelengkan kepalanya dengan cepat, wajah seorang pria didepannya ini memang mirip dengan Ayahnya didunianya dulu.

"A-ah maafkan Aku, kalau begitu aku pergi dulu.. permisi," gagap Yu Raa kemudian langsung berlari kesembarang arah. Matanya yang memanas perlahan maju ketahap berikutnya yaitu munculnya cairan bening, cairan bening itu kini jatuh dengan bebas dikedua pipi Yu Raa.

Yu Raa sudah terisak, banyak pasang mata yang menatapnya bingung. Ia tak berani menengok kebelakang. Memori tentang Ayahnya itu membuatnya teringat bahwa ia belum sepenuhnya ikhlas dan memaafkan kelakuan bejat Ayahnya.

Yu Raa menangis, tubuhnya ia senderkan dipohon beringin yang ia temukan ditepi sungai. Lingkungan disini juga sepi, sangat memungkinkan untuknya menangis tanpa mengganggu siapapun. Dan yang paling penting adalah.. ia sendiri, itu yang paling ia butuhkan.

Yu Raa menekuk lututnya sendiri, menenggelamkan wajahnya menangis sendu. Suaranya bahkan mungkin akan sangat terdengar pilu dan sedikit mengganggu. Tapi masa bodo dengan itu, toh ia sendiri disini.

"ARGHHHHHH... kenapa harus ayah yang kutemui disiniii," teriak Yu Raa keras lalu bermonolog pelan. Ia kemudian berjalan pelan ketepi sungai sembari mengambil beberapa batu ditangannya. Tubuhnya jatuh terduduk dengan air mata yang ikut jatuh dan menghiasi pipinya disana.

"Aku benci Ayah," ucap Yu Raa sedikit terisak.

Plungg..

Batu itu terlempar tenggelam kesungai yang lumayan jernih itu.

"Aku benci Ayah,"

Plungg..

Lagi, batu yang ia lempar tadi tenggelam tapi dengan jarak yang berbeda dari sebelumnya. Yang ini lebih jauh

"Bohong jika Aku memaafkanmu dulu,"

Plungg.. lagi dan lagi ia melemparkan batu yang ia ambil tadi, ia belum bosan melakukan itu.

"Itu hanya ungkapan agar kau bangun dari kematianmu," ucapnya sembari sesekali mengusap air matanya yang jatuh.

"Tapi hasilnya kau tetap mati dan lancang menemuiku didunia baruku tadi, i hate you dad, very hate you." Lanjutnya, lalu melemparkan batu ditangannya dengan sekuat tenaga.

Tak terdengar bunyi apapun, lemparan batu itu terlihat sangat jauh bersamaan dengan hati Yu Raa yang perlahan tenang.

Yu Raa mengusap air matanya, sudah cukup bersedihnya. Ia adalah Yura, sesosok detektif dan agen ternama. Bagaimana mungkin ia menangis pilu seperti ini? Ini benar benar memalukan. Dengan kasar ia mengusap kedua pipinya sampai memerah. Ini adalah hidupnya, tak ada yang boleh membuatnya lemah selain dirinya sendiri. Tak ada satupun yang boleh. Itu tekadnya.

Plunggg.. kali ini bukan Yu Raa yang melemparnya. Tapi siapa?

"Apakah kau sudah selesai dengan tangisan brisik dan bualan murahanmu itu?" Ucap seseorang membuat Yu Raa kaget. Dibarengi dengan lemparan batu yang jatuh didepannya, membuat air lemparan itu mengenai Yu Raa.

'Heii berani sekali dia?'

Bukannya ia sendirian? Matanya melirik kekanan kekiri bahkan kealiran sungaipun ia jelajahi dengan matanya itu. Tak ada siapapun disini. Jadii siapa yang berbicara tadi?

Tiba tiba seseorang turun dari pohon beringin membuat Yu Raa tertegun. Jika orang itu sedari tadi berada disana, itu berarti secara tidak langsung ia mendengar semua yang Yu Raa katakan?

Reinkarnasi with TWINSWhere stories live. Discover now