Dua puluh menit kemudian, Arsha tiba di depan gerbang indekos gadis itu. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Yola. Bagaimanapun mereka harus bertemu. Ia akan melakukan berbagai cara.

"Kamu di indekos?"

"Iya, Kak. Ada apa?" Jawaban Yola membuat Arsha lega. Itu artinya ia bisa mengajak Yola pergi. Untung saja gadis itu tidak pergi dengan Antariksa. Jika benar maka Arsha akan membunuh bocah tengil itu.

"Saya mau bahas perihal cover novel. Sekarang, saya ada di depan indekos kamu."

"Tapi, Kak. Saya...."

"Sekarang atau tidak sama sekali. Saya mau mengikuti seminar di luar kota dua minggu ke depan, lusa saya akan berangkat," ancam Arsha, lalu ia mematikan ponselnya. Ia yakin Yola akan keluar menemuinya.

Sepuluh menit kemudian, Yola keluar dengan tas laptop di tangannya. Gadis itu mengenakan kaos putih dilapisi outer berwarna merah dengan celana jin panjang.

"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Yola.

Yola akui, ia masih enggan bertemu Arsha sejak peristiwa kemarin. Ia masih mencoba menata hatinya. Tapi, ia tidak kuasa menolak perintah yang bersangkutpautan dengan novelnya. Impiannya sebelum lulus ia memiliki novel yang telah diterbitkan. Jadi, ia harus mau menuruti kemauan Arsha. Ia berusaha untuk tidak canggung dan melupakan apa yang terjadi kemarin.

"Ke rumah saya."

Yola menatap Arsha ragu. Ia kira mereka akan pergi ke kantor redaksi atau kafe. Bagaimana bisa pria itu mengajaknya ke rumah? Apa Arsha tidak takut jika ada yang berpikiran macam-macam tentang mereka? Yola jadi takut. Apalagi jika harus bertemu Mamanya Arsha. Ia jadi ingat waktu itu Arsha mengakui jika ia adalah pacarnya kepada wakil dekan. Bisa gawat kalau wakil dekan sudah berbicara yang tidak-tidak pada Mama Arsha.

"Kenapa nggak di kantor Kak Arsha saja?" Yola berusaha menolak.

"Kenapa kamu ingin ke kantor saya?"

"Eh, itu saya penasaran pengin lihat burungnya Kakak," ujar Yola mencari alasan. Ia teringat burung merpati yang dipelihara Arsha di kantor, tapi belum pernah ia lihat.

"Burung? Kamu mau lihat burung saya?"

Apa yang Arsha tangkap berbeda maksud dengan Yola? Arsha jadi salah tingkah. Kenapa Yola jadi agresif? Lagi pula apa Yola berani melihatnya?

"Iya Kak. Burung merpati putih bapak itu. Saya pengin lihat." Seketika pikiran Arsha pecah. Ternyata burung yang ia maksud berbeda dengan versi Yola.

"Oh oke." Arsha yang malu hanya mampu mengungkapkan itu.

"Saya ambil helm sebentar ya Kak," pamit Yola kembali ke dalam indekos. Ia kita tadi Arsha membawa mobil. Jadi ia tidak membawa helm.

****

Ketika sampai di kantor, Arsha langsung menguras pikirannya. Mereka membahas perihal design cover mulai dari warna, skstsa dan font. Bukan hanya dengan Arsha tapi juga dengan Tunjung. Warna yang dipilih pastel, sketsanya latar kampus dengan cewek dan cowok saling berhadapan lalu ada daun yang jatuh berterbangan dan juga beberapa detail kecil lainnya.

Selesai diskusi mereka langsung pergi menuju rooftop. Arsha mendesah melihat Yola berlari-lari seperti anak kecil, menghampiri sepasang burung merpati putih yang sedang makan. Apakah burung merpati lebih menarik daripada dirinya? Dengan malas ia ikut duduk di sebelah Yola.

"Nama burungnya siapa, Kak?" tanya Yola gemas. Ia mengelus burung tersebut.

"Nggak ada nama."

ARSHAKA - The Prince CharmingWhere stories live. Discover now