Part 23 ~•~ Suasana baru

32 6 0
                                    

Siang menjelang sore, sebenarnya belum waktunya ia pulang ke rumah, namun karena lelah ia memutuskan untuk pulang walaupun nanti harus berdebat dengan Beatrice.

Seperti saat ini, tidak sengaja Alea memecahkan gelas saat mengambil air minum.

Mendengar suara bising, Beatrice menghampirinya sambil memarahi Alea.

"Tante tenang aja, nanti Alea bereskan," ujar Alea tenang setelah Beatrice menumpahkan kekesalannya.

Beatrice melihat lebih jelas pada pecahan gelas kaca itu, setelah tahu gelas yang pecah itu adalah pemberian ibunya dari Italia ia tersentak kaget.

"Alea! Kenapa kamu minun pake gelas itu?"

Alea binggung harus bagaimana, daritadi Beatrice marah-marah. Alea pun menyadari bahwa ini salahnya.

"Kamu ini nakal banget sih! Semua barang aja sekalian hancurkan!" geram Beatrice lalu pergi meninggalkan Alea.

"Cuma ada keributan di rumah kalau gue tetap bertahan di sini,"

Alea menelepon seseorang.

"Gue mau pindah ke dormitory cepet bantu gue,"

Alea bukan kabur dari masalah, ia tidak ingin menjadi penyebab ketidakharmonisan keluarga ini. Perlahan Alea mencoba mengikhlaskan papa yang memilih Beatrice dibanding mamanya sendiri. 

°°°

"Lo yakin?" tanya Leon entah yang beberapa kalinya.

Mereka berada di depan dormitory khusus perempuan. Dormitory ini milik kampus, bagi mahasiswa baru ataupun lama bisa tinggal disini.

Alea mengangguk yakin.

"Thanks ya udah bantuin gue, sorry kalo keberadaan gue di rumah malah mengundang keributan,"

"No problem, kalau butuh gue tinggal ke departemen bussines gue sering ada di sana," ujar Leon.

"Oh iya Leon, jangan beri tahu papa gue ambil jurusan jurnalistik, karena keinginan dia gue di departemen yang sama kayak lo,"

Leon mengangguk. Alea percaya pada cowok yang tak banyak bicara itu.

°°°

2 tahun kemudian.

Setelah kepindahannya dari rumah papa ke dormitory ini membuat beban hidupnya terangkat satu.

Hari ini Alea sudah mulai dengan aktivitas kuliahnya, jarak dari dormitory ke gedung fakultasnya cukup jauh walaupun masih berada dalam satu pekarangan kampus.

"Hallo Alea," Idalia, teman satu kelas Alea menyapanya dengan malas. Gadis asli Jerman itu terduduk lesu di dalam kelas.

"Was stimmt nicht mit dir?" (Ada apa denganmu?)

"Ich bin immer noch müde vom gestrigen Training bis in die Nacht," (saya masih malas karena praktik kemarin sampai malam)

"Also hast du Nachtstunden genommen?" (jadi kamu ambil kelas malam?"

Idalia mengangguk. "Nur für Kurse in Kommunikationstechnologie," untuk mata kuliah teknologi komunikasi saja.

"Pantas saja keliatan lemes gitu," gumam Alea

"Hah?" Idalia tidak mengerti dengan kalimat yang Alea barusan.

Alea hanya tersenyum tipis dan menggeleng.

°°°

Hari sudah sore, Alea melewatkan makan siangnya karena jadwal kuliahnya yang begitu padat.

"Mau pesan makanan lain?" tawar Leon ketika makanan di depan Alea hanya di makan beberapa suap saja. Ia terlihat tidak berselera makan.

Alea mengerjapkan matanya, "Eh gak usah," jawab Alea cepat.

Leon sudah menjadi sarjana dan bukan mahasiswa lagi sekarang, jika ada waktu luang ia mengunjungi kampus ini untuk melihat Alea— adik tirinya itu.

"Gue cuma lagi mikir aja," lanjut Alea.

Leon mengerutkan keningnya, menunggu ucapan Alea selanjutnya.

"Arthur sibuk gak ya?" gumam Alea yang masih terdengar Leon.

Saat akan berbelok ke kantin, ia berhenti tepat di sudut gedung Departement Medical Sciences, apa Arthur masih ada kelas?

Sudah lama tidak bertemu dengan Arthur, Alea menghampiri department itu, baru saja menginjakkan kakinya di lobi kebetulan Arthur dengan jas putih khas kedokteran itu berjalan dengan seorang wanita di sampingnya, namun Arthur tidak menyadari adanya Alea di sekitar gedung ini.

"Pantes aja jarang ketemu," gumam Alea, tak lupa bibirnya membentuk senyum kecut.

Ponselnya bergetar menandakan pesan masuk. Beruntung cowok itu mengajaknya makan, kalau tidak mungkin Alea setelah ini akan pulang ke dormitory.

*

"Lo gak panggil dia emang pas tadi lo liat dia?" tanya Leon setelah mendengar Alea bercerita.

Alea menggeleng. "Soalnya dia sama cewek," jawab Alea dengan suara pelan.

"Ceweknya mungkin," balas Leon asal.

"Ish," Alea hanya berdesis pelan.

"Udah ah mau pulang ke dorm, jadwal gue beresin kamar." kursi itu berdecit saat Alea mendorongnya ke belakang.

"Thankyou udah traktir," pamitnya pada Leon.

°°°

Sampai di dalam dormitory, Alea membuka pintu kamarnya, namun seseorang melewatinya, seperti tidak asing. Cewek berambut pendek sebahu dan berjas putih.

Detik selanjutnya Alea melebarkan matanya, dia cewek tadi.

"Eunbi!" teriak seseorang pada cewek itu dari kejauhan.

Cewek yang di panggil Eunbi itu melambaikan tangannya kemudian berjalan cepat menghampiri orang yang memanggilnya.

"Eunbi?" gumam Alea. Dia gadis asia yang sepertinya dari korea.

Kemudian Alea masuk ke kamarnya, ia menuju mejanya, di kamar ini berisi tiga orang, beruntung teman kamarnya itu berasal dari Malaysia dan Indonesia, tidak akan terjadi culture shock diantara mereka.

"Hah? Apa ini?" sebuah kotak kecil dengan surat di atasnya.

Kedua temannya itu tidak ada di kamar, Alea pikir kotak ini milik salah satu dari mereka.

Namun karena penasaran, ia membuka suratnya yang dilipat sekali itu.

Gue kangen lo

D

Alea terkejut dengan isi surat ini, ia yakin ini untuknya inisial D kembali membuatnya berpikir lagi setelah bertahun-tahun tidak mendapat surat itu. Terakhir hanya jebakan dari Stella yang mempermainkannya dengan memakai nama Davian. 

Alea meraih kotak kecil itu dan membukanya.  

Buku apa itu?

Diraihnya buku itu, ia duduk di kursi dan membuka lembar pertama, foto Alea yang berada dalam kelas dengan memegang buku sejarah sambil membaca secarik surat dengan inisial D dan itu kali pertamanya ia mendapatkan suratnya. Disamping foto itu ada sebuah tulisan.

'Gue tahu lo sangat membutuhkan buku sejarah itu Al, buku itu gak ada di perpustakaan, gue cuma bisa bantu lo dengan cara ini'

Dibuka lagi lembar berikutnya, foto Alea yang sedang memegang jaket hitam di tangannya dengan pakaian yang basah kuyup karena Stella yang menjebaknya. Seperti sebelumnya disamping foto itu ada tulisan.

'Maaf....'

'Karena lo yang berusaha dapetin kembali pemberian dari gue, lo sampai kehujanan gitu'

"Gue?" gumam Alea. Ia mencerna kalimat itu. Pemberian itu dari Davian dan sekarang dalam buku ini penulis menyebutkan bahwa pemberian itu dari Davian. 

Alea menjatuhkan buku itu karena terkejut bukan main. Buku ini ada di sini, apakah Davian ada di sini? 

Love is Delayed ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang